Sukses

Kisah Tsauban, Sahabat yang Tak Bisa Makan karena Selalu Memikirkan Rasulullah

Tsauban memang terlihat kurus, tapi bukan berarti sakit. Ia tetap sehat bugar.

Liputan6.com, Jakarta - Betapa mulianya para sahabat nabi sampai-sampai mereka mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di sisi-Nya. Sebut saja salah satunya sahabat Tsauban radhiyallahu anhu.

Dari berbagai riwayat disebutkan bahwa Tsauban adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW ketika di Madinah.

Ulama kharismatik Ustadz Adi Hidayat (UAH) menerangkan bahwa Tsauban adalah orang salah yang ahli ibadah dan selalu lekat dengan masjid.

"Jadi (Tsauban) ini terkenal di antara sahabat nabi yang ahli masjid, nggak mau pisah dengan masjid, bahkan punya posisi khusus," kata UAH dikutip dari YouTube Counten Dakwahislami, Senin (23/9/2024).

Posisi favorit Tsauban di masjid adalah di pojok kanan. Alasannya karena di situlah ia lebih khusyuk beribadah, tidak akan mengganggu dan diganggu orang lain.

"Setiap Nabi ke masjid, beliau sudah ada di pojok kanan," ujar UAH.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kondisi Fisik Tsauban

Namun di sisi lain, keadaan fisiknya tidak selayaknya orang yang ahli ibadah. Tubuhnya kurus dan tidak tampak seperti orang sehat.

"Tapi nampaknya kok tidak berimbang dengan keadaan fisiknya. Orangnya kelihatan kurus seperti orang yang jarang makan dan sebagainya," tutur UAH.

Sampai pada suatu ketika nabi bertanya tentang kondisi fisiknya itu. Maka Tsauban menjelaskan kepada Rasulullah SAW bahwa dirinya kurus bukan berarti tidak mendapatkan makanan dan minuman.

"Saya juga bukan nggak mampu berjihad, jadi jangan dilihat kurus begini kalau disebutkan jihad fi sabilillah nggak bisa berangkat, saya akan jadi orang terdepan di dalamnya," kata Tsauban yang ditiru UAH.

Tsauban memang terlihat kurus, tapi bukan berarti sakit. Ia tetap sehat bugar.

3 dari 3 halaman

Tsauban Tak Ingin Pisah dari Nabi

"Tapi ini yang paling indah. Kata beliau, ya Rasulallah, saya ini seperti ini sulit makan sulit minum bukan berarti nggak ada makanan, tapi ketika siang datang, saya selalu memikirkan Anda, kira-kira malam ketemu lagi nggak dengan Anda,” kata UAH menceritakan Tsauban.

“Ketika malam saya pikirkan lagi Anda, kira-kira bertemu lagi nggak dengan Anda. Dan yang paling membuat saya sulit menyentuh makanan adalah kalau di dunia saya masih bisa melihat Anda ya Rasulallah, tapi kalau kita berpisah, entah Anda duluan meninggal atau saya duluan meninggal, di surga kita ketemu lagi nggak," lanjutnya.

Luar biasa, Tsauban tak ingin pisah dengan nabi. Baginya, bertemu dengan Rasulullah SAW adalah kenikmatan yang luar biasa.

UAH mengatakan, sebab inilah turunnya surah An-Nisa ayat 69 berkenaan dengan Tsauban yang gelisah karena menyadari bahwa derajatnya di surga tidak bisa menyamai Nabi Muhammad, sehingga ia khawatir tidak bisa bertemu dengan nabi di surga.

Adapun bunyi ayat ke-69 surah An-Nisa adalah sebagai berikut.

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا

Artinya: "Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (Q.S An-Nisa: 69).

Wallahu a’lam.