Sukses

Kenapa setelah Punya Mobil dan Menikah Malah Jarang Ngaji, Apa Sebabnya?

Menurut Buya Yahya, seharusnya ketika seseorang diberikan rezeki lebih, seperti kendaraan atau pasangan, semangat beribadah dan mengaji mestinya semakin bertambah.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena menurunnya semangat beribadah setelah mendapatkan nikmat dunia seperti kendaraan dan pasangan menjadi perhatian KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang dikenal sebagai Buya Yahya.

Dalam ceramahnya, ia mempertanyakan mengapa seseorang yang dahulu rajin mengaji justru semakin jarang hadir setelah menikah dan memiliki mobil.

Buya Yahya, seperti dikutip melalui kanal YouTube @buyayahyaofficial, mengungkapkan keheranannya atas perubahan perilaku ini.

Menurutnya, seharusnya ketika seseorang diberikan rezeki lebih, seperti kendaraan atau pasangan, semangat beribadah dan mengaji mestinya semakin bertambah.

"Dulu, ketika masih jomblo, bisa ngaji di barisan paling depan. Setelah menikah dan punya motor, mulai mundur ke belakang. Ketika punya mobil, malah jarang hadir di pengajian. Ini kan tidak masuk akal," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.

Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang belum memiliki kendaraan dan harus berjalan kaki, semangat untuk hadir di majelis pengajian justru tinggi.

Namun, anehnya, setelah mendapatkan kemudahan berupa motor atau mobil, kehadiran di majelis tersebut malah berkurang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Sudah Nikah, Malah Jarang Ngaji

Buya Yahya melihat fenomena ini sebagai tanda bahwa dunia telah memasuki hati seseorang. Dunia, katanya, sering kali merusak seseorang dan menjadi penyebab utama menjauhnya seseorang dari ibadah, termasuk dari pengajian.

"Kenapa sekarang setelah menikah jadi jarang ngaji? Apakah gara-gara istri? Padahal seharusnya, setelah menikah, semangat ngaji harusnya tambah kencang. Karena apa? Karena sekarang ada hiburan halal di rumah, istri yang seharusnya mendukung," tambahnya.

Ia menyebutkan bahwa memiliki istri seharusnya menjadi motivasi tambahan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Pasangan hidup yang halal, menurut Buya Yahya, seharusnya mendorong seseorang untuk lebih rajin beribadah dan tidak malah menjauh.

"Dulu, ketika jomblo, hidupnya tidak jelas, linglung, tolah-toleh. Setelah menikah, mestinya tambah istiqamah, lebih rajin dalam beribadah karena sudah ada yang mendampingi," jelasnya.

Namun, realitanya, banyak yang justru menjadikan pasangan sebagai alasan untuk semakin jauh dari ibadah. Buya Yahya menekankan bahwa fitnah dunia, termasuk pasangan, sering kali menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Menurutnya, ketika seseorang diberi rezeki lebih oleh Allah, seperti mobil atau pasangan, semestinya itu menjadi kesempatan untuk lebih banyak beribadah.

3 dari 3 halaman

Banyak Rezeki Harusnya Semakin Rajin Ibadah

Ia juga menekankan bahwa semakin banyak rezeki, semestinya semakin banyak pula ibadah yang dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah.

"Logikanya, kalau diberi rezeki oleh Allah, mestinya ibadah juga tambah banyak. Tapi kenyataannya, banyak yang justru mundur," ungkapnya.

Buya Yahya juga menyoroti perbedaan perilaku antara orang yang kaya raya dengan yang fakir. Menurutnya, yang fakir sering kali lebih rajin dalam beribadah, seperti sholat lima waktu di mushola dekat rumah, sementara yang kaya raya justru kebingungan dan jarang hadir di masjid.

"Yang fakir, rajin sholat lima waktu di musala samping rumah. Tapi yang kaya raya, bingung. Kenapa bisa begitu? Karena dunia sudah merasuk ke dalam hatinya," ujarnya.

Ia mengingatkan agar umat Muslim tidak terjebak oleh kenikmatan dunia yang justru bisa menjauhkan dari Allah. Nikmat dunia seperti mobil dan pasangan, kata Buya Yahya, seharusnya menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebaliknya.

Dalam penutup ceramahnya, Buya Yahya mengajak para jamaah untuk selalu introspeksi diri dan kembali meningkatkan semangat beribadah, baik dalam keadaan jomblo maupun sudah menikah dan memiliki kekayaan.

Nasihat Buya Yahya ini menjadi pengingat bagi banyak orang agar tidak terperdaya oleh fitnah dunia, yang sering kali menjauhkan seseorang dari ibadah dan mengaji.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul