Sukses

Teks Khutbah Jumat: Gambaran Beratnya Sakaratul Maut, Rasa Sakit yang Tak Terbayangkan

Banyak yang merasa takut menghadapi sakaratul maut. Tak ada satu pun bagian tubuh yang terbebas dari sakitnya sakaratul maut. Maka selayaknya kita dapat mempersiapkan kematian itu, di samping mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat kelak.

Liputan6.com, Jakarta - Kematian bisa menghampiri seseorang kapan dan di mana pun ia berada. Seringkali kita mendengar kabar duka dari mereka yang meninggal dunia secara tiba-tiba bahkan tanpa penyebab apa pun.

Memang demikianlah takdir yang telah ditentukan oleh Allah bagi setiap makhluk. Sehingga datangnya kematian itu tidak bisa dipercepat atau diperlambat walau hanya sesaat.

Namun sebelum kematian, manusia akan mengalami sakaratul maut yaitu terpisahnya ruh dari jasad. Sakaratul maut rasanya sangat sakit dan nyeri teramat sangat.

وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ

Artinya: "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari." (QS. Qaf: 19)

Berikut merupakan teks khutbah Jumat yang dimuat dari laman NU Online. Khutbah Jumat ini dapat menjadi pengingat bagi kita akan perpisahan ruh dan jasad serta beratnya sakaratul maut yang akan dihadapi nantinya.

Materi khutbah ini disusun oleh Ustadz M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat. Semoga bermanfaat!

 

2 dari 4 halaman

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. كُلُّ نَفْسٍ ‌ذَائِقَةُ الْمَوْتِ، وَقَالَ تَعَالَى فِي آيَةٍ أُخْرَى: وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Hadirin jamaah sholat yang dirahmati Allah,

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat dan 'inayah-Nya, kita masih mendapatkan nikmat iman, Islam, nikmat sehat, nikmat panjang umur, serta nikmat kekuatan, sehingga hati kita masih terpanggil menjalankan perintah Allah, dan duduk bersimpuh di tempat yang insya Allah penuh berkah ini.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, hingga kepada kita yang senantiasa berharap syafaatnya kelak pada hari Kiamat.

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib selalu berpesan kepada diri khatib pribadi khususnya dan kepada jamaah sholat Jumat umumnya untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, hanya iman dan takwa yang menjadi benteng dan keselamatan diri kita.

Hadirin jamaah sholat yang dirahmati Allah,

Kematian adalah peristiwa berpisahnya ruh dengan jasad. Dan itu tidak terjadi kecuali disertai mabuk dan rasa nyeri yang amat sangat. Bahkan, ia menjadi rasa nyeri paling nyeri yang menimpa seorang hamba di dunia. Mabuk dan rasa nyeri itu kemudian disebut dengan “sakaratul maut”. Tak heran sakaratul maut menjadi sesuatu yang paling ditakuti dan selalu dijauhi setiap makhluk yang bernyawa, sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran:

وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ

Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya,” (QS. Qaf: 19).

Banyak ayat dan hadis yang menggambarkan betapa beratnya sakaratul maut, terutama yang dialami oleh hamba-hamba yang zalim dan ahli maksiat. Di antaranya adalah ayat berikut:

وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ

Artinya: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang zhalim​​​​​​​ berada dalam tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukuli dengan tangannya (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” (QS. Al-An‘am: 93).

Hadirin jamaah sholat yang dirahmati Allah,

Beratnya kematian juga tergambar dari perbincangan singkat antara Sayidina ‘Umar ibn Al-Khathab dengan Ka‘ab. Pria yang pernah menjabat sebagai khalifah kedua itu bertanya, “Wahai Ka‘b, sampaikanlah kepadaku tentang kematian.”

Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, maut itu bagaikan sebuah pohon yang banyak durinya dimasukkan ke dalam perut ibnu Adam. Setiap duri memegang satu urat darinya. Kemudian ditarik sekaligus oleh seorang laki-laki yang sangat kuat. Maka terputuslah semua urat yang menyangkut pada duri. Tertinggallah urat-urat yang tersisa.”

Kemudian, saat menghadapi sakaratul mautو ‘Amr ibn Al-‘Ash pernah ditanya oleh putranya tentang gambaran kematian. Ia menjawab, “Demi Allah, dua sisi tubuhku seakan-akan berada dalam himpitan. Nafasku seakan-akan keluar dari lubang jarum. Dan sebuah dahan berduri ditarik sekaligus dari ujung telapak kaki hingga ujung kepalaku.”

Bahkan, beratnya kematian juga dirasakan oleh para nabi. Hanya saja menurut Imam Qurthubi, bagi mereka beratnya kematian memiliki dua keistimewaan. Keistimewaan pertama adalah menyempurnakan keutamaan mereka dan mengangkat derajat mereka. Dan beratnya kematian mereka bukan berarti sebuah kekurangan atau celaan. Sebab, manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang di bawah mereka.

Keistimewaan kedua adalah memberi tahu makhluk atau umat akan beratnya kematian. Mereka mungkin mengira bahwa kematian itu ringan. Namun, jika beratnya kematian disampaikan oleh para nabi, mereka sendiri merasakannya, padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah, barulah umat akan memahaminya. Hanya saja kematian para nabi dan umatnya ada perbedaan. Kematian para nabi tidak terjadi sebelum diberikan tawaran atau pilihan. (Lihat: Jami'ul ‘Ulum wal-Hikam, karya Imam al-Qurthubi, jilid 38, hal. 32).

3 dari 4 halaman

Lanjutan Khutbah Pertama

Hadirin jamaah sholat yang dirahmati Allah,

Ada sebuah kabar gembira bagi orang-orang mukmin. Sebab, kematian mereka disaksikan dan disambut para malaikat yang bersiap akan membawa ruhnya dalam secarik kain sutera dari surga yang berisi minyak misik paling wangi. Selain itu, sakaratul maut pun terasa seperti ditariknya sehelai rambut dari adonan tepung atau seperti air yang mengalir dari lubang botol.

Demikian seperti yang digambarkan dalam riwayat Abu Hurairah. Di dalamnya, Rasulullah:

Ketika seorang hamba sudah sampai ajalnya, ia akan didatangi para malaikat dari langit. Mereka datang dalam rupa terbaik dan akan menempati sebuah tempat tertentu, seraya mengenakan pakaian yang terbaik pula.

Wajah mereka putih berseri-seri, seakan-akan mentari yang tengah bersinar. Di tangan mereka terdapat kain kafan dari surga untuk membungkus ruh sang hamba, lengkap dengan minyak wanginya yang akan mengharumkan ruh sang hamba. Tampak terlihat mereka duduk sejauh mata memandang, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa.

Tak lama berselang, datanglah malaikat maut dan duduk dekat kepala sang hamba. Dia berkata kepada ruh si hamba:

يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً

Artinya: “Wahai jiwa yang tenang…. Keluarlah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai,” (QS. Al-Fajr: 27-28).

Ruh pun tak bisa menunda perintah itu. Ia perlahan mengalir keluar dari jasad seperti keluarnya air yang bersih dan jernih dari mulut botol air.

Selengkapnya dapat diperhatikan dalam kitab Al-Qishashul Ghaib fi Shahihil Hadits an-Nabawi, karya Dr. Sulaiman al-Asyqar, terbitan Darun-Nafa’is, 2007, cet. pertama, halaman 224.

Namun, seringan-ringannya sakaratul maut bagi seorang mukmin tetap terasa cukup berat. Hal itu tampak dari cucuran keringat di keningnya. Demikian seperti yang diungkapan dalam riwayat At-Tirmidzi dari Buraidah. Rasulullah SAW menyatakan:

الْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الْجَبِينِ

Artinya: “Orang mukmin itu meninggal dengan keringat di keningnya.”

Keringat tersebut merupakan ungkapan dari beratnya kematian. Ada pula yang mengatakan sebagai tanda baik kematiannya. Sementara Ibnu Malik mengatakan, “Bagi seorang mukmin pun, kematian itu tetap terasa berat, sehingga ia berkeringat di keningnya demi membersihkan dosa-dosanya atau menambah ketinggian derajatnya.”

Hal ini ditegaskan dalam hadis yang lain, riwayat ‘Alqamah, dimana Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ نَفْسَ الْمُؤْمِنِ تَخْرُجُ رَشْحًا، وَلَا أُحِبُّ مَوْتًا كَمَوْتِ الْحِمَارِ. قِيلَ: وَمَا ‌مَوْتُ ‌الْحِمَارِ؟ قَالَ: مَوْتُ الْفَجْأَةِ

Artinya: “Sesungguhnya nyawa seorang mukmin keluar sambil berkeringat. Dan aku tidak menyukai kematian seperti kematian keledai.” Saat ditanyakan, seperti apa kematian keledai? Beliau menjawab, “Yaitu kematian yang mengagetkan,” (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin jamaah sholat yang dirahmati Allah,

Maka selayaknya setiap mukmin mempersiapkan kematian dan sakaratul maut, di samping mempersiapkan kehidupan abadi pasca kematian. Sebab, tidak ada yang mampu menunda dan memajukan kematian walau hanya sesaat. Haruskah persiapan itu menunggu nyawa sampai di kerongkongan? Adakah yang mampu menyembuhkan setelah nafas terakhir sudah berada di kerongkongan?

كَلَّآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلتَّرَاقِيَ، وَقِيلَ مَنۡۜ رَاقٖ

Artinya: “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (QS. Al-Qiyamah: 26-27).

Demikianlah gambaran beratnya kematian dan sakaratul maut. Dan itu akan dialami oleh setiap yang bernyawa. Semoga saja kita diwarisi kematian husnul khatimah dan diberi keringanan dalam menghadapi sakaratul maut. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

4 dari 4 halaman

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اَللَّهُمَّ أَحْيِنَا حَيَاةَ السُّعَدَاءِ وَ أَمِتْنَا مَوْتَ الشُّهَدَاءِ وَاحْشُرْنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الرُّسُلِ وَالْأَنْبِيَاءِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Saksikan Video Pilihan ini: