Sukses

Sholat tapi Salah Arah Kiblat, Apakah Sah? Begini Penjelasan UAH

UAH menyatakan bahwa jika seseorang menunaikan sholat dengan penuh keimanan namun arah kiblatnya tidak tepat, maka pahalanya tetap sempurna.

Liputan6.com, Jakarta - Sholat adalah ibadah yang menjadi pilar dalam kehidupan seorang Muslim. Setiap aspek dalam pelaksanaan sholat, mulai dari gerakan hingga arah kiblat, memiliki makna penting.

Namun, bagaimana jika arah kiblat yang dituju ternyata salah, Apakah ibadah tersebut tetap diterima dan berpahala sempurna juga.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan menarik mengenai hal ini. Dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @kacongmavia, UAH menyatakan bahwa jika seseorang menunaikan sholat dengan penuh keimanan namun arah kiblatnya tidak tepat, maka pahalanya tetap sempurna.

"Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan sholat seseorang yang dikerjakan karena imannya," tegas UAH.

Penjelasan ini mengandung makna mendalam. UAH menjelaskan bahwa iman menjadi kunci penting dalam setiap ibadah yang dilakukan.

Ketika seseorang sholat dengan penuh keimanan, meskipun arah kiblat salah, Allah tetap menghitung pahala sholat tersebut secara sempurna.

"Karena engkau mengerjakan sholat dengan imanmu, maka Allah tidak menyia-nyiakan imanmu itu," ujar UAH.

 

 

Simak Penjelasan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pahala Sempurna Jika Landasannya Ini

Ini berarti bahwa bagi orang yang beriman, kesalahan dalam arah kiblat tidak akan mengurangi nilai pahalanya. Sebaliknya, kesalahan tersebut dimaafkan selama niat dan keimanan seseorang tetap teguh.

"Walaupun arah kiblatnya tidak tahu, mengarah kepada sisi yang belum berubah, tetap dihitung pahalanya sempurna karena imannya," jelas UAH.

Ada perbedaan signifikan antara orang yang beriman dengan orang yang belum sepenuhnya beriman. Orang yang sudah beriman akan menunaikan sholat dengan keyakinan bahwa ibadah tersebut adalah kewajiban dari Allah.

Namun, orang yang mengaku beriman tetapi meninggalkan sholat, keimanannya belum diakui sepenuhnya oleh Allah. "Orang yang mengatakan sudah beriman, namun tidak menunaikan sholat, ini artinya keimanannya belum diakui sepenuhnya oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala," tegasnya.

Keimanan seseorang terletak pada ketulusan dan kepatuhan kepada Allah, termasuk dalam menunaikan sholat, meskipun terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.

Menurut UAH, selama seseorang menunaikan ibadah dengan niat yang benar dan penuh iman, kesalahan teknis seperti salah arah kiblat tidak akan mengurangi nilai ibadah tersebut di hadapan Allah.

Dalam ceramahnya, UAH juga menekankan pentingnya memahami konsep iman dan sholat. Sholat adalah salah satu manifestasi keimanan yang paling nyata.

3 dari 3 halaman

Tetap Cari Tahu Dulu Kebenarannya, Jangan Asal

Jika seseorang beriman kepada Allah, maka ia tidak akan meninggalkan sholat, apapun keadaannya. Keimanan dan sholat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Meskipun demikian, UAH juga mengingatkan bahwa kesempurnaan dalam ibadah tetap harus diusahakan. Setiap Muslim diharapkan untuk mencari tahu dengan pasti arah kiblat yang benar sebelum menunaikan sholat.

Namun, jika setelah usaha terbaik dilakukan arah kiblat masih salah, Allah tetap memberikan pahala sempurna jika ibadah tersebut dilakukan karena keimanan.

Konsep ini memberikan ketenangan bagi banyak umat Muslim yang mungkin khawatir jika sholat mereka tidak sah hanya karena kesalahan arah kiblat.

UAH menegaskan bahwa iman adalah pondasi dari setiap ibadah. Selama keimanan seseorang kuat, Allah akan memaafkan kesalahan teknis yang terjadi dalam pelaksanaan sholat.

Ustaz Adi Hidayat mengajak umat untuk lebih memahami makna keimanan dalam setiap ibadah. Keimanan bukan hanya keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan, seperti menunaikan sholat.

Dengan memahami konsep ini, umat diharapkan bisa lebih tenang dan fokus dalam menjalankan ibadah, tanpa khawatir tentang kesalahan yang mungkin terjadi di luar kemampuan mereka.

Pahala dari sholat yang dilakukan dengan penuh keimanan tetap dihitung sempurna, meskipun ada kesalahan dalam arah kiblat. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah Maha Pengasih dan tidak akan menyia-nyiakan ibadah hamba-Nya yang dilakukan dengan keimanan yang tulus.

Dengan demikian, pesan yang disampaikan oleh UAH memberikan pemahaman bahwa yang terpenting dalam setiap ibadah adalah niat dan iman yang kuat. Jika seseorang memiliki iman yang kuat, Allah akan tetap memberikan pahala yang sempurna, bahkan jika ada kesalahan kecil dalam pelaksanaan ibadah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul