Sukses

Lisan Itu Cerminan Iman Seseorang Kata Ustadz Adi Hidayat, Maksudnya Seperti Ini

Lisan erat kaitannya dengan keimanan seseorang kata Ustadz Adi Hidayat

Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah muda asal Pandeglang, Banten, yang merupakan alumnus Kulliyah Dakwah Islamiyyah, Tripoli Libya yakni Ustadz Adi Hidayat atau populer dengan sapaan UAH menerangkan keterkaitan lisan dengan iman seseorang.

Lisan adalah salah satu anggota tubuh manusia yang fungsinya antara lain untuk bercakap-cakap. Anggota tubuh ini sangat penting demi keberlangsungan kehidupan sosial seseorang.

Menurut mubaligh yang sangat mengagumi sosok Gus Baha ini menerangkan, lisan itu cerminan keimanan seseorang.

Ini artinya keimanan seseorang salah satunya dapat diamati dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Lantas bagaimana keterkaitan lisan dengan keimanan seseorang menurut UAH? Brikut ini penjelasan selengkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Cerminan Iman Seseorang

Menurut mubaligh Muhammadiyah ini lisan erat kaitannya dengan keimanan seseorang sebab orang yang beriman itu tidak akan mudah mencela sesamanya.

Demikian juga kalimat-kalimat yang keluar dari lisan orang yang memiliki keimanan yang tinggi tiada lain ialah kata-kata dan kalimat-kalimat yang mulia.

“Lisan orang beriman itu tidak mudah mencela,” terangnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @Papahkarawang, Kamis (03/10/2024).

“Semakin tinggi imannya, semakin bagus kosakatanya, karena isi hatinya baik semua,” sambungnya.

UAH melanjutkan, jikalau isudah terbiasa dengan kalimat-kalimat yang mulia, mustahil seorang yang imannya kuat menggunakan kata-kata yang kotor.

“Kalau sudah menemukan yang baik itu sudah untuk mencari kosakata yang kotor,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Penjelasan Rasulullah SAW tentang Lisan dan Keimanan Seseorang

Menukil Republika, Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan. Dengan begitu, lisan menjadi selalu digunakan untuk sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan kehendak Allah SWT.   

Rasulullah SAW bersabda, ''Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai apa saja yang ia maui.'' (HR Bukhari-Muslim).

Orang-orang yang beriman, dalam menggunakan lisan hendaknya tepat sasaran dan waktu. Artinya, dalam berbicara harus terlebih dahulu memperhatikan sasaran pembicaraan serta memilih saat yang tepat, sehingga dapat efektif. 

Ayat, hadis, dan peristiwa tersebut menegaskan betapa besarnya Islam memberikan perhatian terhadap pemeliharaan fungsi lisan. Islam memandang urusan lisan sebagai masalah serius.

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada seorang Badui yang selalu berbicara berlebihan. Pesan itu berbunyi, ''Sesungguhnya Allah tidak menyukai pembicaraan yang berlebihan. Maka Allah mencerahkan wajah seseorang yang berbicara menurut kebutuhan saja.'' (HR Muslim). 

Lisan adalah media komunikasi manusia yang menjembatani antara seseorang dan yang lainnya sehingga mampu memahami maksud yang disampaikan dengan perantara indera wicara. Menggunakan lisan pun perlu etika. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan.'' (QS ash-Shaaf: 2-3).

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul