Sukses

Orang Jarang Ibadah tapi Dapat Rezeki Berlimpah, Simak Kata UAS

Mengapa Allah SWT berikan banyak rezeki dan harta kepada mereka yang jarang beribadah kepada-Nya? Simak penuturan Ustadz Abdul Somad alias UAS.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kita melihat orang yang jarang beribadah tapi memiliki harta berlimpah? Sebaliknya, apakah kita pernah mengamati orang yang getol sholat, puasa, zakat, sedekah, dan ibadah lainnya malah hidupnya tak sekaya orang yang jarang ibadah

Ya, fenomena jarang ibadah tapi rezeki berlimpah itu memang terjadi di kehidupan nyata. Pertanyaanya, mengapa Allah SWT berikan banyak rezeki dan harta kepada mereka yang jarang sujud kepada-Nya?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh pendakwah kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) melalui sebuah kisah yang terjadi pada 1376 H. Kisah ini menceritakan sekelompok nelayan Al-Jubail yang rajin sholat dan tidak dengan perolehan rezeki yang berbeda. 

Dikisahkan, suatu hari sekelompok nelayan yang getol ibadah pergi menangkap ikan di tengah laut, tapi perjuangannya selama tiga hari tiga malam tidak mendapat apa-apa.

Sementara, ada sekelompok nelayan lain yang tidak sholat, lalai atas perintah-Nya, tapi justru tangkapan mereka banyak sekali. 

“Biasa, yang namanya manusia di antara mereka berbisik. Kita sholat tapi gak dapat ikan, tetangga kita gak sholat, gak sujud, gak ibadah, gak dzikir, gak baca Al-Qur’an, eh ikannya banyak,” demikian disampaikan UAS, dikutip dari YouTube Kata Ustadz, Jumat (4/10/2024).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Nelayan yang Getol Ibadah Pilih Jauhi Perintah Allah

Pada akhirnya, setan berhasil menggoda nelayan ahli ibadah tersebut. Mereka mulai meninggalkan sholat secara perlahan. 

Saat kondisi jauh dari ketaatan Allah SWT, malah para nelayan tersebut mendapat ikan besar. Setelah membelah perutnya, tak disangka mereka mendapatkan mutiara yang harganya mahal.

“Begitulah Allah SWT menguji iman mereka. Menurut standar keduniawian mereka sudah lulus karena berhasil mendapat tangkapan. Apa yang diinginkan nelayan selain tangkapan ikan, bahkan bonusnya ikan dapat, mutiara dapat,” tutur UAS.

Di antara sekian nelayan yang menikmati hasil tangkapan tersebut, ada nelayan yang lulus ujian dari Allah SWT. Hatinya merasa terganjal jika menikmati hasil tangkapan yang tidak berkah.

“Kami sholat berhari-hari tidak ada tangkapan ikan, tapi begitu salat kami tinggalkan, bukan sekadar ikan yang dapat, malah ada mutiara. Ini bukan berkah, ini istidraj. Ini bukan nikmat, ini ujian berbalut nikmat,” kata nelayan tersebut.

Kemudian hasil tangkapan itu dibuang ke laut. Nelayan itu tidak menikmati hasil tangkapan yang tidak diridai Allah SWT. Kemudian ia beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT karena telah meninggalkan sholat.

3 dari 4 halaman

Yang Terjadi setelah Membuang Hasil Tangkapan Tidak Berkah

Nelayan itu pergi sejauh 3 mil. Mereka berhenti di suatu pantai dan berkemah. Kemudian nelayan yang lulus dari ujian Allah kembali ke tengah laut.

Apa yang terjadi? Nelayan itu dapat ikan besar, di belah perutnya, menemukan mutiara yang sama persis seperti mereka buang saat sadar akan kekeliruan.

“Subhanallah, masya allah, tabarakallah, lahaula walaquwwata illa billahilaliyiladzim. Apa maknanya? Kalau itu sudah menjadi ketetapan Allah milikmu, walaupun engkau buang, dia akan datang kembali dengan cara yang sama di saat waktu yang berbeda,” kata UAS.

Lantas apa beda mutiara pertama dengan kedua? Mutiaranya sama, tapi yang membedakan adalah berkah dan tidaknya. Mutiara pertama yang didapatkan nelayan itu karena meninggalkan kewajiban kepada Allah, sedangkan mutiara kedua diperoleh setelah lulus ujian dari Allah SWT.

4 dari 4 halaman

Hikmahnya

Oleh sebab itu, benar ungkapan Imam Hasan Al-Bashri, “Aku tahu rezekiku tidak mungkin tertukar dengan rezeki orang lain, karenanya hatiku tenang.”

“Mutiara yang datang dari perut ikan, satu kali dia datang dengan cara yang haram, di masa lain dia datang dengan cara yang halal, maka tinggalkan yang haram, ambillah yang halal,” tutur UAS.

UAS mengatakan, merasa cukup dengan pemberian yang dititipkan Allah akan membuat seorang muslim menjadi orang yang amat berkecukupan. 

“Merasa cukup dengan apa yang dilimpahkan Allah, maka kita adalah orang-orang yang kaya. Sebaliknya, walaupun berkecukupan tapi senantiasa dalam hati merasa kurang perlu butuh, maka sesungguhnya adalah orang-orang kaya yang bermental fakir senantiasa merasakan kekurangan,” ujar UAS.

UAS berpesan agar jangan pernah merasa mendapat nikmat selama kita masih menjadi pelaku dosa. Sebenarnya itu bagian daripada laknat Allah SWT.

“Bendanya sama, bentuknya sama, tapi dipandang dengan pandangan yang berbeda. Oleh sebab itu, mari kita jaga, luruskan niat, bersihkan hati, introspeksi diri, apakah ini aku peroleh karena rahmat Allah atau ini ujian dari Allah,” pesan UAH.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa orang yang jarang beribadah tapi dapat hartanya berlimpah, itu bisa jadi bagian dari istidraj, harta yang sejatinya adalah musibah di dunia. 

Sebaliknya, ketika kita ahli ibadah tapi rezeki yang diperoleh tidak sebanyak orang ahli maksiat, tidak masalah karena yang ia dapatkan adalah harta yang berkah. Jika tidak mendapat di dunia, maka Allah akan berikan yang lebih besar di akhirat.

Wallahu a’lam.