Liputan6.com, Jakarta - Emosi merupakan perasaan yang berasal dari hati. Emosi ini juga dapat membuat seseorang bertindak di luar akal sehatnya dan sehingga salah dalam mengambil keputusan.
Dalam kajian psikologi, orang-orang yang sangat mudah marah dikenal dengan istilah iritabilitas. Ini merujuk pada kondisi psikologis yang ditandai oleh ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol atau mengelola perasaan marah dengan tepat.
Seseorang yang mudah marah atau tersulut emosi ini tentunya akan dikucilkan atau tidak disenangi oleh lingkungan sosial di sekitarnya, bahkan juga berdampak buru bagi dirinya sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Rasulullah SAW juga melarang untuk tidak membiarkan amarah menguasai hati, tidak hanya sebagai bentuk kendali diri, namun juga menjadi salah satu kunci untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Artinya: “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani).
Ustadzah Haneen Akira dalam tayangan ceramahnya di channel YouTube @HaneenAkira, mengibaratkan suatu masalah yang sedang kita hadapi sebagai kobaran api sehingga layaknya kita harus bertindak seperti air yang bisa memadamkan amarah tersebut.
Saksikan Video Pilihan ini:
Menjadi Manusia Layaknya Air
Bukan menjadi bensin yang dapat membuat ledakan hebat dan semakin memperparah keadaan.
"Seperti Rasulullah SAW, beliau juga bilang gitu, aku tipenya air. Jadi air selalu mendinginkan, memadamkan, bisa menyelesaikan... yang panas-panas gitu. Dan itu harus dari kesadaran kita. Kalu enggak ya kita kesaaut gituh,". ujar Ustadzah Haneen.
Beliau juga menegaskan jika mengendalikan emosi memang butuh latihan, layaknya air memadamkan api tidaklah semudah itu. Sebab, semuanya tergantung pada diri masing-masing. Jika kita mudah terpancing amarah maka kita akan larut dalam perasaan emosi tersebut begitupun sebaliknya.
"Kita engga bisa ngontrol orang lain. Dia marah ya silahkan marah, tapi saya bisa. Karena ini hati aku, ini pikiran aku 'I am the master (aku tuannya). Jadi aku bisa mengontrol diri aku"
Ketika kita tidak bisa mengontrol diri berarti kita telah ditunggangi oleh rasa amarah, setan, jin, hawa nafsu, kebodohan dan banyak hal lainnya yang mengakibatkan kita tidak bisa menguasai diri sendiri.
Advertisement
5 Cara Meredam Emosi dan Amarah dalam Islam
Dalam Islam, meredam emosi menjadi aspek penting dalam menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna. Untuk itu, Islam memberikan panduan penting terkait bagaimana mengelola emosi dengan bijak, berikut uraiannya merangkum dari NU Online.
Pertama, berwudhu. Ketika seseorang tengah marah, dalam salah satu hadits Rasulullah menganjurkan untuk berwudhu. Pasalnya, emosi yang tidak terkendali akan menimbulkan dampak yang buruk. Lebih dari itu, amarah akan menimbulkan dendam kusumat yang bisa berakibat fatal, seperti pembunuhan, kekerasan, dan ujungnya berurusan dengan pihak berwajib.
Kedua, membaca taawudz. Di tengah emosi yang tak terkendali seorang Muslim dianjurkan untuk mengucapkan ‘adzubillahi minas syaithonir rojim. Ucapan ini sebagai upaya memohon pertolongan pada Allah, agar emosi yang hadir dalam hati bisa terkontrol, dan tidak menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
Ketiga, berdoa dan mengingat Allah. Ini adalah cara yang sangat penting dalam meredam emosi. Dalam Al-Qur'an, Allah berjanji bahwa orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tenang adalah mereka yang ingat kepada-Nya. Saat merasakan emosi yang kuat, mengingat Allah melalui dzikir, doa, dan membaca Al-Qur'an dapat membantu menenangkan pikiran dan hati.
Keempat, mengendalikan diri. Mengendalikan diri merupakan keterampilan emosional yang penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil napas dalam. Ketika Anda merasa marah, hentikan diri sejenak dan ambil napas dalam-dalam. Menghirup dan menghembuskan napas dengan perlahan dapat membantu menenangkan sistem saraf.
Kelima, membaca doa. Salah satu cara yang dianjurkan Islam untuk mengatasi marah adalah dengan berdoa. Dalam Islam, membaca doa saat marah tidak hanya memberikan jalan untuk mengungkapkan emosi, tetapi juga dapat membantu individu untuk mengendalikan diri, menemukan kedamaian, dan mempererat hubungan spiritualitas dengan Allah.