Sukses

Menggelar Resepsi Pernikahan, Anjuran Syariat atau Adat Masyarakat?

Banyak orang yang menunda untuk menikah salah satunya karena faktor biaya termasuk pengeluaran untuk acara resepsi. Lantas, benarkah ada tuntutan untuk menyelenggarakan pesta pernikahan dalam ajaran Islam?

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perspektif Islam, menikah adalah ibadah yang mulia. Sebagaimana Rasulullah SAW menyebutkan ketika seseorang menikah berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya.

Dalam Islam, pernikahan dapat dikatakan sah jika sudah ada kata ijab dan qabul dari wali dan calon suami. Akan tetapi, terkadang akad saja dirasa tidak cukup.

Oleh karena itu, diadakanlah pesta dengan menghadirkan para kerabat dan juga tamu undangan. Tujuannya adalah untuk mengumumkan pernikahan atau yang disebut dengan resepsi.

Resepsi pernikahan bisa jadi hanya diadakan di rumah pengantin saja atau bahkan menyewa gedung besar dengan segala hiasan dan hidangan mewahnya.

Akan tetapi, mengingat besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk acara resepsi pernikahan ini, seringkali banyak orang yang menunda hajatnya karena ingin mengumpulkan biaya untuk pernikahannya.

Lantas apakah resepsi pernikahan ini adalah sebuah tuntunan syariat atau hanya sekadar adat yang dijalankan oleh masyarakat?

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

6 Jenis Walimah dalam Islam

Dikutip dari laman bincangmuslimah.com, di dalam syariat Islam pesta disebut sebagai walimah. Setidaknya ada 6 macam pesta yang biasa diadakan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al-Ruyani di dalam kitab Baḥru al-Madzhab fī Furū’ al-Madzhab al-Syāfi’iy  juz. 9 hal. 453 dengan mengutip pendapat Imam Abdul Ghaffar al-Qazwini di dalam kitab al-Ḥāwī al-Ṣaghīr. Menurut beliau ada 6 macam bentuk pesta:

Pertama: walīmatul ursy adalah pesta atas berkumpulnya kedua pasangan suami istri

Kedua: walīmatul khurs adalah pesta atas melahirkan anak

Ketiga: walīmatul i’thar adalah pesta atas khitan

Keempat: walīmatul wakīrah adalah pesta atas membangun rumah

Kelima: walīmatun naqī’ah adalah pesta yang diadakan untuk menyambut orang yang datang dari perjalanan

Keenam: walīmatul ma’dabah adalah pesta yang diadakan tanpa adanya sebab.

3 dari 3 halaman

Resepsi Adalah Anjuran Syariat bukan Paksaan

Resepsi pernikahan sendiri atau yang disebut dengan walimatul ‘ursy memang dianjurkan untuk diadakan. Namun hukumnya tidak wajib hanya sekedar sunnah saja. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Ibnu Qasim di dalam kitab Fath al-Qarīb al-Mujīb fi Syarh Alfāẓ al-Taqrīb hal. 236

والوليمة على العُرس مستحبة. والمراد بها طعام يتخذ للعرس

Artinya: Walimah al-Ursy adalah disunnahkan. Dan yang dimaksud dengan walimah al-‘ursy adalah makanan yang dibuat untuk pesta pernikahan.

Lebih lanjut beliau juga menjelaskan tentang minimal makanan yang dihidangkan untuk pesta pernikahan ini dengan redaksi,

وأقلها للمكثر شاةٌ، والمقل ما تيسر

Artinya: Dan minimal hidangan yang disediakan untuk orang kaya adalah seekor kambing. Sedangkan untuk orang miskin adalah sesuatu yang ia mampu. 

Dari keterangan ini sudah jelas bahwa sejatinya pesta resepsi pernikahan memang berasal dari syariat bukan sekadar adat. Namun syariat ini hanya bersifat anjuran saja tanpa ada paksaan. Hal yang terpenting dari pesta yang diadakan ini adalah adanya jamuan yang disediakan untuk para tamu. 

Sehingga tidak ada tuntutan sama sekali di dalam pesta pernikahan yang diajarkan oleh Islam untuk menyediakan tempat di gedung yang mewah dengan pakaian yang megah. Makanan yang dihidangkan pun tidak dituntut untuk mewah, melainkan menyesuaikan dengan kondisi orang yang mengadakan. 

Oleh karena itu, tidak perlu mengkhawatirkan pesta perkawinan. Karena pada dasarnya pesta tersebut bisa diadakan secara sederhana sesuai dengan kemampuan orang yang bersangkutan.