Sukses

Ancaman Berat bagi Orang yang Gemar Ghibah di Dunia, Kata UAH

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa orang yang terbiasa melakukan gibah di dunia dan tidak bertobat akan mendapatkan balasan yang mengerikan di akhirat.

Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu ceramahnya memberikan penjelasan mengenai dosa ghibah atau menggunjing, yang sering kali dianggap sepele oleh banyak orang.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, ghibah memiliki dampak yang sangat buruk, baik di dunia maupun di akhirat. Gibah, atau membicarakan seseorang di belakangnya dengan niat merendahkannya, merupakan dosa yang tidak hanya menghilangkan pahala pelakunya, tetapi juga menimbulkan siksaan berat di akhirat.

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa orang yang terbiasa melakukan gibah di dunia dan tidak bertobat akan mendapatkan balasan yang mengerikan di akhirat.

"Orang yang terbiasa gibah saat di dunia dan dia tidak bertobat, maka di akhiratnya langsung dihidangkan makanan yang terbuat dari bangkai orang yang digibahkan itu," ujar UAH.

Hukuman ini, menurut Ustadz Adi, menggambarkan betapa menjijikkannya dosa gibah di mata Allah.

Dikutip dari kanal YouTube @Travel-elit, Ustadz Adi Hidayat memberikan contoh yang lebih rinci mengenai dampak ghibah di dunia. Ia menjelaskan bahwa setiap kali seseorang menggunjing orang lain dengan menyebutkan namanya, secara langsung pahalanya berpindah kepada orang yang digunjingkan.

"Misal Anda bicarakan orang lain, begitu dibicarakan, sebut namanya, itu langsung pindah pahala," tegasnya. Ustadz Adi menekankan bahwa dosa gibah sangat serius dan menyebabkan kerugian besar bagi pelakunya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ilustrasi Pahala Lenyap Gara-gara Ghibah

Ia kemudian memberikan ilustrasi tentang bagaimana pahala seseorang bisa lenyap hanya karena melakukan gibah.

"Misalnya seseorang membicarakan Ustadz Adi Hidayat dengan niat merendahkannya, begitu disebut namanya, pahalanya langsung pindah kepada saya," jelas Ustadz Adi. Menurutnya, ini menunjukkan betapa besar kerugian yang diterima pelaku gibah.

Selain kehilangan pahala, dosa gibah juga memperburuk kondisi spiritual seseorang.

Dalam Hadis Muslim yang sering dikutip oleh Ustadz Adi Hidayat, dijelaskan bahwa memindahkan pahala kepada orang yang digibahkan adalah sebuah konsekuensi langsung dari perbuatan tersebut. Oleh karena itu, Ustadz Adi mengingatkan agar setiap orang lebih berhati-hati dalam berbicara tentang orang lain.

"Ketika Anda menyebut nama orang dengan niat gibah, pahalamu akan berpindah seketika kepada orang itu," tambahnya. Ini adalah bentuk pengingat bahwa lidah harus selalu dijaga dari perkataan buruk.

Selain itu, Ustadz Adi Hidayat juga menyoroti bahwa tidak semua orang menyadari betapa besar dampak dari perbuatan gibah. Banyak orang yang merasa bahwa membicarakan keburukan orang lain adalah hal yang biasa, padahal setiap kata yang keluar akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

"Kadang orang merasa hanya sekedar bicara, tapi itu bisa menjadi bencana besar jika tidak disadari," ujarnya. Ia menekankan pentingnya kesadaran dalam menjaga lisan.

Lebih jauh lagi, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa dosa gibah tidak hanya mencakup perbuatan menggunjing secara langsung, tetapi juga dalam bentuk obrolan ringan yang merendahkan orang lain.

"Bahkan ketika hanya sekedar menyebut nama seseorang dengan niat merendahkan, itu sudah cukup untuk memindahkan pahala," jelasnya. Ia mengingatkan bahwa perbuatan ini harus dihentikan dan diganti dengan doa serta kata-kata yang baik tentang orang lain.

Dalam ceramah tersebut, Ustadz Adi juga menjelaskan tentang cara bertaubat dari perbuatan gibah. Menurutnya, tobat yang diterima adalah tobat yang disertai dengan penyesalan mendalam dan permintaan maaf kepada orang yang telah digunjingkan.

"Jika sudah terlanjur gibah, segera bertobat, dan jika memungkinkan, minta maaf kepada orang yang digibahkan," sarannya. Tobat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar dosa-dosa yang telah dilakukan bisa diampuni.

3 dari 3 halaman

Lakukan Ini Jika Pernah Ghibah

Namun, jika permintaan maaf tidak mungkin dilakukan, Ustadz Adi menekankan pentingnya memperbanyak doa dan memohon ampunan kepada Allah.

"Jika kita tidak bisa meminta maaf langsung, setidaknya berdoalah agar orang yang kita gibahkan mendapat kebaikan, dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita," jelasnya. Doa dan perbaikan diri adalah cara terbaik untuk menebus kesalahan.

Selain itu, Ustadz Adi Hidayat juga memberikan nasihat agar setiap orang selalu berusaha menjaga lisan dan memperbaiki niat dalam berbicara. "Selalu perhatikan apa yang kita bicarakan, karena setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat," ujarnya.

Menurut Ustadz Adi, lisan adalah salah satu alat yang paling mudah menyebabkan dosa, sehingga harus dijaga dengan baik.

Ia juga mengingatkan bahwa orang yang terbiasa melakukan gibah seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah merusak hubungan dengan sesama manusia.

"Gibah tidak hanya merusak hubungan kita dengan Allah, tapi juga dengan sesama," tegas Ustadz Adi. Oleh karena itu, menjaga lisan dari gibah adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial.

Pada akhirnya, Ustadz Adi Hidayat mengajak setiap orang untuk selalu memperbaiki diri dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahala.

"Jangan sia-siakan pahala yang sudah kita kumpulkan dengan berbuat gibah," pesan Ustadz Adi. Ia menekankan bahwa setiap amal kebaikan yang kita lakukan harus dijaga agar tidak hilang sia-sia hanya karena perkataan buruk yang tidak perlu.

Ceramah Ustadz Adi Hidayat ini menjadi pengingat penting bagi setiap orang agar selalu waspada terhadap dosa gibah. "Ingat, setiap kata yang kita ucapkan akan membawa dampak besar, baik di dunia maupun di akhirat," tutupnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â