Sukses

Ustadz Adi Hidayat Lebih Memilih Istighfar Dibandingkan Dunia Seisinya, Ini Alasannya

Keutamaan dahsyat istighfar diungkap Ustadz Adi Hidayat

Liputan6.com, Cilacap - Banyak sekali keutamaan mengucapkan istighfar, di antaranya ialah untuk menghapus dosa-dosa yang telah kita kerjakan. Selain itu, berkah istighfar membuat rezeki kita mengalir deras.

Saking dahsyatnya keutamaan istighfar, pendakwah muda asal Pandeglang Banten, Ustadz Adi Hidayat  (UAH) lebih memilih istighfar meskipun disandingkan dengan pilihan lain yang sangat memikat, yakni dunia seisinya.

UAH menuturkan hal ini untuk mengungkap keutamaan istighfar yang tidak banyak orang tahu padahal yakni perihal keutamaannya yang jauh lebih utama dibandingkan dunia seisinya.

Penting diketahui, istighfar juga merupakan bentuk pengakuan seorang hamba akan kekurangan dirinya yang acapkali berbuat kesalahan dan dosa.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kemuliaan Istighfar

UAH menegaskan bahwa jikalau ada pilihan termasuk dunia dan seisinya, maka pilih istighfar. UAH mengatakan alasan untuk memilih istighfar sebab keutamaan dan kemuliaan kalimat ini yang dahsyat.

Kalau ada pilihan termasuk dunia dan seisinya pilih istighfar, pilih istighfar,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Yuriemaymay2167, Rabu (09/10/2024).

Beliau melanjutkan keterangan perihal 2 keutamaan istighfar yang dahsyat, yaitu memberikan keberkahan kepada semua yang kita miliki, termasuk harta benda dan menyebabkan doa cepat terkabul.

“Karena kemuliaannya dua. Satu istighfar itu memberikan jaminan langsung dari Allah kepada kita untuk menjadikan semua yang Allah titipkan kepada kita semua berkah dan bernilai baik,” paparnya.

“Yang kedua, istighfar itu cara paling cepat untuk untuk mengabulkan doa. Semakin tinggi orang istighfar, terbiasa dengan istighfar, naik kendaraan, di kendaraan istighfar, latihan dia latihan terus dan terbiasa dengan itu. Ya Allah mustajab doanya, kadang-kadang belum minta sudah diberi, cepat sekali makanya istighfar itu mahal sekali,” tandasnya.

3 dari 3 halaman

Ragam Kalimat Istighfar

Menukil Republika, ada beberapa redaksi istighfar sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW yaitu:

1. Redaksi Pertama  

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَىى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ 

“Allôhumma anta rabbî lâ ilâha illâ anta kholaqtanî, wa ana ‘abduka, wa ana ‘alâ ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. a’ûdzu bika min syarri mâ shona’tu, abû`u laka bini’matika ‘alayya wa abû`u bidzanbî, faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta.”  

(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). 

2. Redaksi Kedua

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ؛ فَاغْفِرْ لِي  مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  

“Allôhumma innî dzolamtu nafsî dzulman katsîron, wa lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta faghfirlî maghfirotan min ‘indika warhamnî, innaka antal ghofûrur rohîm.”  

(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku sendiri dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang). 

3. Redaksi Ketiga  

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ 

“Astaghfirullôhal ‘adzîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa atûbu ilaihi”. 

(Aku memohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Mahahidup dan Maha berdiri sendiri).

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul