Liputan6.com, Jakarta - Adsa kisah sebuah keluarga penghafal Al-Qur'an yang luar biasa. Keluarga ini, meski berasal dari latar belakang sederhana, dengan ayah sebagai kuli bangunan dan ibu yang mencari kayu bakar di sawah, telah menunjukkan bahwa cinta dan dedikasi terhadap Al-Qur'an dapat mengubah kehidupan.
Dengan tiga anak yang semuanya hafiz, mereka menjadi teladan bagi banyak orang di sekitarnya. Ibu selalu menjamu tamu dengan penuh kasih, mengingatkan semua orang bahwa berkah datang bukan dari harta, melainkan dari ketaatan kepada Allah.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menceritakan kisah luar biasa tentang sebuah keluarga penghafal Al-Qur'an dalam sebuah ceramah yang diunggah di kanal YouTube @SYUKUR_99. Keluarga ini pernah ditemui oleh UAH, sehingga ia bisa cerita denghan gamblang dan detail.
Advertisement
Cerita ini menyoroti bagaimana keberkahan dan keteguhan iman dapat membawa kebahagiaan meskipun dengan kondisi yang sederhana. UAH menggarisbawahi betapa pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
Dalam ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa keluarga ini terdiri dari seorang ayah yang bekerja sebagai kuli bangunan.
“Masyarakat sering memandang sebelah mata pekerjaan sebagai kuli bangunan, tetapi mereka tidak tahu bahwa di balik kehidupan sederhana ini ada harta yang tak ternilai,” ungkap UAH.
Istrinya, yang juga memiliki peran penting dalam keluarga, sering mengambil kayu bakar dari kebun dan pinggiran hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sebulan Dapat Uang Rp500 Ribu Cukup
UAH menceritakan bagaimana istri dari kepala keluarga ini dengan penuh semangat menjamu tamu yang datang. “Masya Allah, setiap kali ada tamu, semua dijamu dengan makanan dan minuman yang cukup,” katanya.
Meskipun penghasilan suaminya hanya sekitar Rp500.000 per bulan, istri ini selalu bersyukur.
“Alhamdulillah, Abi pulang bawa uang banyak,” ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Keajaiban dari keluarga ini terletak pada kenyataan bahwa ayahnya adalah seorang ahli Al-Qur'an, yang hafal 30 juz. Istrinya pun tidak kalah hebat, dengan kemampuan menghafal Al-Qur'an hingga tujuh riwayat beserta sanadnya.
“Siapa yang menyangka bahwa di balik kesederhanaan mereka terdapat keistimewaan yang luar biasa?” tanya UAH retoris, mengundang keheranan dari para pendengarnya.
Anak-anak mereka pun mengikuti jejak orang tuanya dengan menjadi penghafal Al-Qur'an. “Ketiga anak mereka adalah Hafiz yang menghafal Al-Qur'an,” tambah UAH. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama dalam keluarga dapat membawa dampak yang positif.
Dalam kisah ini, UAH menekankan bahwa keberkahan tidak diukur dari banyaknya harta, tetapi dari kedamaian yang dirasakan dalam hidup.
“Dengan penghasilan Rp500.000 per bulan, hidup mereka terasa lebih kaya daripada banyak orang yang bergelimang harta tetapi tidak memiliki ketenangan,” ujar UAH.
Advertisement
Berkah Penghafal Al-Qur
Ini menjadi pelajaran berharga bagi umat untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
Keluarga ini mengajarkan pentingnya rasa syukur dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. UAH mengajak semua orang untuk mulai berlomba dalam berbuat baik dan memperdalam ilmu agama.
“Coba kita mulai berlomba, apakah kita sudah memanfaatkan waktu kita untuk menghafal Al-Qur'an?” tanyanya, menantang setiap pendengar untuk merenungkan kesungguhan mereka dalam beribadah.
Dia juga mengingatkan bahwa ketika Al-Qur'an diturunkan, maka berkah akan menyelimuti kehidupan. “Kita bisa melihat bahwa ketika Al-Qur'an menjadi bagian dari kehidupan mereka, semua nikmat dan kedamaian mengalir dalam rumah tangga,” tambahnya.
UAH mengajak para jemaah untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
Kisah keluarga ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama dalam konteks mendidik anak-anak untuk mencintai Al-Qur'an.
UAH menegaskan bahwa setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk membekali anak-anak mereka dengan ilmu agama yang kuat. “Jadilah teladan yang baik, karena anak adalah cermin dari orang tua,” ungkap UAH.
Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menghafal Al-Qur'an tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga membawa berkah bagi keluarga.
“Keluarga yang menghafal Al-Qur'an akan mendapatkan kedamaian dan keberkahan dalam hidup mereka,” ujarnya. Ini adalah dorongan bagi umat untuk lebih serius dalam mendalami Al-Qur'an.
“Jangan pernah merasa rendah diri hanya karena pekerjaan kita,” pesan UAH. Ia mengajak semua orang untuk melihat lebih dalam nilai-nilai kehidupan yang hakiki. “Hidup ini bukan tentang seberapa banyak kita memiliki, tetapi seberapa besar kita bersyukur,” tegasnya.
Sebagai penutup, UAH mengajak semua untuk mulai menjadikan Al-Qur'an sebagai bagian dari rutinitas harian. “Mari kita jadikan Al-Qur'an sebagai teman hidup kita, agar kita senantiasa merasakan keberkahan dan kedamaian,” katanya.
Pesan ini diharapkan dapat memotivasi umat untuk tidak hanya membaca, tetapi juga mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul