Sukses

Sikap Bijak saat Doa Kita Terkabul dan Tidak, Nasihat Gus Baha

Berikut ini sikap bijak yang harus kita lakukan saat doa kita terkabul dan tidak terkabul.

Liputan6.com, Cilacap - Tak selamanya doa kita terkabul. Terkadang pula ada beberapa doa atau pemintaan kita kepada Allah SWT yang tidak terkabul.

Terkait doa terkabul dan doa tidak terkabul, ulama kharismatik yang merupakan ahli Al-Qur’an, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menekankan pentingnya sikap bijak tatkala kita mengalami hal tersebut.

Sikap bijak ini tentu saja memberikan dampak positif jika kita mengalami dua hal tersebut di atas. Saat doa kita terkabul, sikap bijak ini tentu saja menuntun kita ke arah positif dan mendapatkan pahala.

Terpenting, saat doa tidak terkabul pula, penting memiliki sikap bijak sehingga kita tidak berburuk sangka kepada Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Alasan Allah Mengabulkan Doa dan Tidak Mengabulkan Doa Kita

Gus Baha ungkap alasan mengapa Allah SWT mengabulkan dan terkadang tidak mengabulkan doa kita. Saat mengabulkan doa, menurut Gus Baha itu Allah SWT sedang menunjukkan betapa Dia adalah Dzat Yang Maha Baik.

Sementara jika tidak mengabulkan doa manusia, Allah SWT sedang menunjukkan betapa Digdayanya dan Maha Kuatnya Dia sebab tidak bisa diatur oleh makhluk.

“Kalau kamu minta dan Allah memberi, Allah ingin menunjukkan bahwa Dia Dzat yang baik. “YouTube Short @suudbulak2713, Minggu (13/10/2024).

"Kalau kamu minta dan Allah tidak memberi, Allah ingin menunjukkan bahwa Dia yang Digdaya dan kamu lemah sehingga tidak bisa ngatur kehendak Allah,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Sikap Bijak yang Harus Dilakukan

Menurut Gus Baha jikalau kita mengalamai dua hal tersebut, maka sudah seharusnya kita tetap berprasangka baik kepada Allah SWT dengan cara mengejawantahkan sikap bijak.

Adapun dikap bijak saat doa kita dikabulkan maka kita harus tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah SWT. Sebaliknya, jika doa kita tidak terkabul, maka seharusnya pula kita bersikap tawadlu, yakni bahwa manusia hanyalah hamba yang lemah yang tidak bisa menentukan keinginannya terwujud.

"Semua ini Allah memperkenalkannya Dzatnya, yaitu syukur atau tawadlu,” paparnya.

"Kalau dikabulkan syukur, jika tidak tawadlu," sambungnya.

"Mestinya saat tidak dikabulkan kan, Gusti saya manusia semua kepunyaan Engkau, tidak dikabulkan ya hak Engkau, memang bukan milik saya,” tandasnya.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul