Sukses

Skincare dan Komestik Istri, Apakah Termasuk Nafkah Wajib Suami? Pandangan Ulama 4 Mazhab

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kewajiban memenuhi kebutuhan skincare dan kosmetik istri. Berikut penjelasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Suami memiliki kewajiban dalam menafkahi istri. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 233:

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا

Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf”

Namun, di zaman sekarang kebutuhan yang dimaksud tidak hanya berupa makanan. Skincare dan kosmetik juga termasuk salah satu kebutuhan perempuan saat ini. Tentunya dengan prioritas kebutuhan yang bertingkat mulai dari kebutuhan primer hingga sekunder.

Lantas, apakah skincare dan kosmetik juga termasuk kebutuhan nafkah istri yang harus dipenuhi oleh suami? Berikut penjelasannya mengutip dari laman bincangmuslimah.com. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

Pandangan Ulama tentang Kebutuhan Skincare dan Kosmetik Istri

Syekh Wahbah Zuhaili dalam Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengemukakan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai kebutuhan untuk skincare dan kosmetik dalam nafkah istri yang wajib suami penuhi.

Pertama, menurut ulama hanafiyah wajib memenuhi kebutuhan alat untuk membersihkan dan merawat tubuh. Seperti untuk keperluan membersihkan rambut, gigi, wajah dan anggota tubuh lainnya dengan sabun atau daun bidara sesuai kebiasaan daerahnya.

Salah satu pendapat dalam madzhab hanafiyah menyatakan nafkah ini wajib sebagaimana kewajiban memberikan biaya kesehatan. Sedangkan untuk alat-alat kosmetik tidak termasuk nafkah yang wajib suami penuhi kecuali jika suami menginginkan istri berhias.

وقيل: تجب عليها كأجرة الطبيب. وأما الطيب فيجب عليه ما يوضع بعد الحيض والرائحة الكريهة، أما الخضاب والكحل فلا يلزمه، بل هو على اختياره

“Dan dikatakan: (nafkah alat-alat untuk perawatan dan kecantikan) wajib suami berikan pada isteri seperi biaya dokter. Adapun parfum, suami wajib menyediakan sebatas untuk menghilangkan bau darah setelah haid dan menghilangkan bau badan. Adapun pewarna merah dan celak, suami tidak wajib menyediakan kecuali jika ia berkehendak.”

Kedua, menurut ulama malikiyah suami hanya wajib memenuhi alat-alat kebersihan sesuai keadaan, kedudukan dan kebiasaan masyarakat di sebuah negara, termasuk untuk kebersihan tubuh. Seperti kebutuhan air untuk minum, mandi, mencuci dan wudhu. Adapun kosmetik, suami wajib memenuhi kebutuhan kosmetik yang istri butuhkan yang mana jika tidak suami penuhi maka akan berdampak buruk bagi istri.

وتجب عليه أيضاً أدوات الزينة التي تتضرر المرأة بتركها ككحل ودُهْن من زيت أوغيره كحناء إذا كانا معتادين، لا غير معتادين، ولا يجب عليه مالا تتضرر المرأة بتركه

“Dan wajib bagi suami juga alat-alat berhias yang mana jika istri tidak memakainya akan berdampak buruk baginya seperti cela, minyak oles, atau selainnya seperti hena jika sudah biasa memakainya tapi tidak wajib jika memang tidak biasa. Dan suami tidak wajib memenuhinya jika istri tidak merasakan dampak buruk jika tidak memakainya.”

3 dari 3 halaman

Pendapat Lainnya

Ketiga, menurut ulama syafi’iyah yang wajib suami penuhi adalah alat-alat untuk kebersihan dan perawatan saja seperti sisir,  dan alat-alat untuk mencuci rambut dan membasuh badan. Adapun alat kosmetik, tidak termasuk nafkah yang wajib suami penuhi .

ولا يجب لها الكحل والخضاب وما تزين به إلا إذا طلبه الزوج. وأما الطيب فيلزمه إن كان لقطع السهوكة (الرائحة الكريهة).

“Suami tidak wajib menyediakan cela dan pewarna merah bagi istri dan apapun untuk berhias kecuali jika suami yang menginginkannya. Adapun parfum, suami wajib menyediakannya jika untuk menghilangkan bau tak sedap”

Keempat, menurut ulama hanabilah suami wajib memenuhi kebutuhan istri untuk merawat dirinya seperti sisir, minyak rambut, daun bidara, sabun dan semisalnya yang biasa istrinya gunakan untuk membersihkan kepala dan badan. Suami juga wajib memenuhi kebutuhan kosmetik istri jika suami memang ingin istrinya berhias.

 ويجب عليه الخضاب والحناء إن طلبه منها للزينة، ولا يجب عليه إن لم يطلبه؛ لأنه يراد للزينة، وعليه الطيب لقطع أثر الحيض والعرق والرائحة الكريهة

“Suami wajib memberikan pewarna merah dan hena jika suami ingin istri berhias dan tidak jika suami tidak menginginkannya berhias. Dan suami juga wajib memberikan parfum untuk menghilangkan bau bekas haid, keringat, dan bau tidak sedap.”

Jadi berdasarkan pendapat-pendapat ulama yang Syekh Wahbah jelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa memenuhi kebutuhan untuk merawat diri merupakan nafkah yang wajib suami berikan kepada istri.

Adapun nafkah kosmetik untuk mempercantik diri, tidak wajib kecuali jika suami menginginkan istri berhias. Hanya ulama malikiyah yang mewajibkannya dengan syarat jika memang telah menjadi kebiasaan istri atau jika tanpa alat kosmetik tersebut maka akan memberikan dampak buruk bagi istri. Wallahu’alam.