Sukses

Saat Amal Kita Tidak Cukup untuk Menggapai Rahmat Allah, Apa yang Harus Dilakukan? Simak Nasihat Gus Baha

Gus Baha menjelaskan amalan yang harus dilakukan saat ibadah kita tidak cukup untuk mengantarkan kita menggapai rahmat Allah SWT.

Liputan6.com, Cilacap - Rahmat Allah SWT secara mudah dapat diartikan belas kasihan atau kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Untuk menggapai rahmat Allah SWT diperlukan ketekunan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Namun upaya sungguh-sungguh dalam beribadah menurut kita belum tentu sama dengan penilaian Allah SWT. Boleh jadi ibadah yang selama ini kita tunaikan belum cukup untuk mendapatkan rahmat Allah SWT.

Jikalau hal ini terjadi, di saat amal kita belum cukup atau tidak layak untuk menggapai rahmat Allah SWT, lantas apa yang harus kita lakukan?

Berkaitan dengan hal ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan hal yang harus dilakukan oleh seseorang muslim agar selamat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini Amalannya

Saat ibadah atau amal baik kita tidak cukup untuk menggapai rahmat atau kasih sayang Allah SWT, maka menurut Gus Baha kita memohon kepada Allah SWT dengan cara berdoa.

Adapun doa yang diajarkan Gus Baha ialah perihal dengan cara memelas sehingga nantinya berkah hal ini rahmat Allah lah yang akan menggapaimu menuju kebahagiaan.

“Ya Allah jika amal saya tidak layak untuk menggapai rahmat-Mu, maka rahmatmu yang layak menggapai saya,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Gusbaha-n8f, Rabu (16/10/2024).

“Jadi amal kita tidak cukup untuk menggapai rahmatnya Allah. Rahmatnya Allah itu terlalu jauh, amal kita terlalu pendek, itu tidak akan cukup,” sambungnya.

“Jika saya tidak layak menggapai rahmat-Mu karena tangan saya tidak menjangkau, tapi rahmat-Mu yang layak menggapai saya,” tandasnya.

3 dari 3 halaman

Sekilas tentang Pengertian Rahmat Allah SWT

Menukil Republika, rahmat Allah SWT adalah bentuk kasih sayang Allah sebagai Sang Pencipta (Khalik) kepada yang Dia cipta (makhluk). Dia begitu luas terbentang bagi seluruh makhluk di dalam dunia.  

Bahkan, Allah SWT menegaskan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang berdusta bahwa rahmat-Nya begitu luas: 

فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ 

''Maka, jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, 'Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas dan siksa-Nya tak dapat dielakkan bagi orang-orang yang berbuat dosa.''' (QS al-An'am [6]: 147).

Sifat luas tersebut terbentang bagi seluruh makhluk, terlebih bagi manusia. Manusia merupakan sebaik-baik makhluk ciptaan Allah, dia memiliki keistimewaan berupa akal sebagai penimbang dalam melangkah kepada yang bajik ataukah batil. 

Rahmat Allah bagi manusia berupa rezeki dan kemaslahatan hidup di dalam dunia, seluruhnya mendapatkan rahmat-Nya, tak terkecuali bagi orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya.   

Hanya, dari sekian rahmat-Nya, ada yang bersifat terputus dan ada pula yang berkelanjutan. 

Muhammad Ali ash-Shabuni dalam kitab Shafwatut Tafaasir memaparkan dua kata akan sifat rahmat Allah dalam surat al-Fatihah, yakni ar-Rahman dan ar-Rahiim.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul