Sukses

Jangan Berpikir Diterima atau Tidak oleh Allah, Terpenting Beribadah Kata Gus Baha

Gus Baha, seorang ulama yang dikenal sebagai ahli tafsir dan pakar Al-Quran, mengulas pentingnya pemahaman yang benar tentang sujud, terutama bagi generasi muda yang seringkali terjebak dalam pemikiran pragmatis.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika berbicara tentang konsep sujud dalam ibadah, banyak ulama yang memberikan penjelasan mendalam mengenai maknanya. Sujud merupakan bentuk penghambaan tertinggi seorang hamba kepada Allah SWT, yang mencerminkan ketundukan dan rasa syukur.

Dalam kehidupan sehari-hari, sujud tidak hanya sebatas gerakan fisik, tetapi juga harus diiringi dengan niat yang tulus dan hati yang ikhlas.

Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman mengenai sujud seringkali mengalami pergeseran, terutama di kalangan anak muda.

Ada yang berpikir bahwa sujud hanya akan diterima jika dilakukan dengan niat sempurna, namun ada pula yang lebih mengedepankan sisi ritual semata.

Di sini, para ulama berperan penting dalam meluruskan pemahaman tersebut agar tidak melenceng dari ajaran Islam yang benar.

Dalam sebuah ceramah yang diunggah melalui kanal YouTube @Soulinema, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, menjelaskan konsep sujud bagi anak muda.

Gus Baha, seorang ulama yang dikenal sebagai ahli tafsir dan pakar Al-Quran, mengulas pentingnya pemahaman yang benar tentang sujud, terutama bagi generasi muda yang seringkali terjebak dalam pemikiran pragmatis.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Prestasi Terbesar Hamba Adalah Sujud

Menurut Gus Baha, ketika seorang hamba kelak bertemu dengan Allah, yang menjadi kebanggaan utamanya adalah bahwa ia pernah bersujud kepada-Nya.

"Prestasi terbesar seorang hamba di hadapan Allah adalah sujud yang pernah dilakukannya," ungkap Gus Baha. Namun, ia juga menekankan bahwa niat sujud haruslah murni tanpa mengharapkan balasan langsung dari Allah, seperti diterimanya amal tersebut secara instan.

Banyak anak muda, lanjut Gus Baha, yang memiliki pemikiran bahwa sujud mereka harus langsung diterima oleh Allah agar bisa mendapatkan ganjaran berupa surga dan bidadari.

Hal ini menurutnya merupakan salah satu bentuk ketidakmatangan dalam beribadah. "Seringkali anak muda sujud tapi pikirannya sudah mengkhayal masuk surga dan bersama bidadari," kata Gus Baha dengan nada bercanda namun penuh makna.

Gus Baha kemudian menjelaskan bahwa dalam Mazhab Abul Hasan Asy-Syadzili, konsep sujud dan amal tidaklah sesederhana itu. Seorang hamba haruslah yakin bahwa segala amal yang dilakukannya merupakan anugerah dari Allah, bukan hasil dari usahanya sendiri.

"Dalam ajaran Syadziliah, amal sedikit tapi yakin itu anugerah Allah lebih baik daripada beramal banyak tapi masih merasa salah," tegas Gus Baha.

3 dari 3 halaman

Begini Pendapat Mazhab Abul Hasan Asy-Syadzili Soal Ini

Mazhab Abul Hasan Asy-Syadzili dikenal sebagai mazhab yang menekankan pentingnya keyakinan penuh bahwa semua kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba adalah karena rahmat Allah semata.

Gus Baha menjelaskan bahwa ajaran ini tercermin dalam Kitab Hikam karya Ibnu Atha'illah as-Sakandari, murid Abu al-Abbas al-Mursi yang merupakan penerus dari Abul Hasan Asy-Syadzili. Kitab ini menjadi cerminan dari ajaran murni Syadziliah.

Gus Baha juga menambahkan bahwa ajaran Syadziliah mengajarkan para pengikutnya untuk tidak terlalu sibuk menghitung-hitung amal perbuatan.

"Yang lebih penting adalah bagaimana kita menyadari bahwa setiap amal yang kita lakukan, baik itu sedikit maupun banyak, pada akhirnya adalah karena Allah," jelasnya.

Menurut Gus Baha, dengan memiliki kesadaran ini, seorang hamba akan terhindar dari sifat sombong atau merasa bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga mengajak para anak muda untuk lebih fokus pada keikhlasan dalam beramal. "Jangan terlalu terobsesi dengan diterima atau tidaknya amal kita, karena itu adalah hak prerogatif Allah," tuturnya.

Baginya, yang paling utama adalah bagaimana seorang hamba bisa tetap teguh dalam beribadah, terlepas dari apakah amal tersebut langsung diterima atau tidak.

Pemikiran yang diajarkan oleh Abul Hasan Asy-Syadzili, lanjut Gus Baha, mengarahkan seorang hamba untuk lebih pasrah kepada Allah. Pasrah di sini bukan berarti menyerah, melainkan meyakini bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kehendak-Nya.

"Kita sebagai hamba harus selalu ingat bahwa apa yang terjadi, baik atau buruk, semuanya adalah kehendak Allah," ujarnya.

Di akhir ceramahnya, Gus Baha memberikan nasihat penting kepada para anak muda. Ia mengingatkan bahwa kesuksesan dalam ibadah bukan diukur dari banyaknya amal, tetapi dari keyakinan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah tersebut.

"Amal yang sedikit tapi dilakukan dengan keyakinan dan keikhlasan jauh lebih berharga daripada amal yang banyak tapi disertai dengan keraguan," pungkasnya.

Ceramah ini menjadi pengingat bagi para anak muda, khususnya, untuk tidak terjebak dalam pemikiran yang pragmatis dalam beribadah.

Sebaliknya, mereka harus lebih fokus pada niat dan keikhlasan dalam setiap ibadah yang dilakukan. Hanya dengan cara itulah, seorang hamba bisa meraih keberkahan dan keridhaan dari Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â