Liputan6.com, Jakarta - Keikhlasan dalam menjalani kehidupan sering kali menjadi pertanyaan besar bagi banyak orang. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan orang yang ikhlas ini.
Bagaimana ciri-ciri seseorang yang benar-benar ikhlas dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul dalam diskusi tentang kehidupan yang penuh dengan tantangan.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @Rani.ibrahim907, terdapat penjelasan menarik mengenai makna keikhlasan dari perspektif seorang ulama yang dikenal akan kebijaksanaannya.
Advertisement
Penjelasan ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai apa yang dimaksud dengan ikhlas dan bagaimana seseorang bisa mencapainya.
Syekh Ali Jaber, dalam tayangan tersebut, menyampaikan bahwa orang yang ikhlas tidak akan pernah tergoyahkan oleh pujian maupun hinaan.
"Orang yang ikhlas dipuji, dihina, diangkat, diagungkan, dimuliakan, atau dicaci maki sama saja. Dia tidak peduli apa kata manusia," ucapnya tegas. Bagi orang yang ikhlas, penilaian manusia tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana ia dipandang oleh Allah.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Sulit Amalkan Keiklhasan
Pentingnya menjaga keikhlasan dalam hati, sebagaimana dijelaskan Syekh Ali Jaber, bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan keyakinan yang kuat dan kemampuan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada apresiasi atau kritik dari orang lain. Hal ini, tentu saja, merupakan salah satu bentuk ketakwaan yang tinggi.
Mereka yang benar-benar ikhlas, lanjut Syekh Ali Jaber, tidak akan merasa terganggu ketika dimuliakan atau dicaci maki.
"Yang dipedulikan hanya apakah Allah ridha atau tidak. Manusia senang atau tidak, itu tidak lagi menjadi perhitungannya," jelasnya dalam video tersebut.
Pujian, dalam hal ini, tidak lagi menjadi sumber kebanggaan atau kebahagiaan bagi orang yang ikhlas. Sebaliknya, mereka memandangnya dengan netral, sama halnya dengan hinaan yang tidak lagi menyakiti hati mereka.
Orang ikhlas tidak mencari pujian manusia, melainkan ridha dari Allah semata.
Orang ikhlas juga digambarkan sebagai seseorang yang senantiasa berpikir positif dan selalu berprasangka baik terhadap orang lain. Mereka tidak membiarkan hatinya dipenuhi dengan rasa iri atau benci.
Dengan hati yang bersih, mereka dapat menjalani kehidupan dengan damai dan tentram.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak memiliki keikhlasan, pujian bisa menjadi sumber kesombongan dan hinaan bisa menjadi pemicu kemarahan.
Hal ini berbahaya karena hanya akan membawa mereka pada ketidaktenangan dan kebingungan dalam menjalani kehidupan.
Â
Advertisement
Begini Penjelasan Mendalamnya
Menurut penjelasan Syekh Ali Jaber, sikap ikhlas memungkinkan seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih.
"Kalau kita bisa hidup dengan seperti ini, insya Allah, hati nurani kita akan baik kepada semua orang dan selalu berprasangka baik," tambahnya.
Sikap seperti ini, jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, akan membuat seseorang mampu menghadapi berbagai macam cobaan hidup dengan lebih lapang dada. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir terhadap apa yang akan dikatakan oleh orang lain.
Keikhlasan juga membebaskan seseorang dari tekanan sosial yang sering kali menuntut mereka untuk selalu terlihat baik di mata manusia. Ketika seseorang sudah mencapai keikhlasan yang sejati, ia akan lebih fokus pada apa yang benar di mata Allah daripada mencari pengakuan dari orang lain.
Melalui keikhlasan, seseorang juga akan lebih mudah memaafkan orang lain, karena mereka menyadari bahwa penilaian manusia tidaklah penting. Yang paling utama adalah bagaimana Allah menilai setiap tindakan mereka.
Maka dari itu, penjelasan dalam video tersebut menegaskan bahwa keikhlasan adalah kunci untuk hidup dalam kedamaian batin.
Seseorang yang benar-benar ikhlas akan merasa ringan dalam menjalani setiap tantangan kehidupan karena ia tahu bahwa yang paling penting adalah ridha dari Allah.
Jika seseorang mampu hidup dengan prinsip keikhlasan ini, maka hati nurani mereka akan selalu baik kepada semua orang dan selalu berprasangka baik.
Tidak ada tempat bagi kebencian atau iri hati dalam hati yang penuh dengan keikhlasan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â