Sukses

Muasal Peci Keranjang Gus Dur yang Legendaris, Kisah Gubuk Tua di Gorontalo

Setelah beberapa waktu berada di dalam gubuk, Gus Dur keluar dengan mengenakan peci keranjang yang baru saja diberikan oleh seseorang di dalam gubuk itu.

Liputan6.com, Jakarta - Peci keranjang yang menjadi salah satu ciri khas KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ternyata memiliki kisah menarik di balik penggunaannya.

Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, diungkapkan bahwa peci yang sering dipakai oleh mantan Presiden RI ini memiliki sejarah yang berhubungan dengan sebuah kunjungan pribadinya ke Gorontalo.

Dalam kunjungan tersebut, Gus Dur datang tanpa pengamanan ketat dan tanpa kehadiran Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Ini menunjukkan bahwa kedatangannya kali ini bersifat pribadi dan tidak diumumkan.

Dalam video tersebut terungkap bahwa keputusan Gus Dur untuk berkunjung ke Gorontalo merupakan hasil dari sebuah mimpi yang menginspirasinya.

Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Gus Dur memutuskan untuk bertemu dengan seorang ulama di Gorontalo. Hal ini mengejutkan banyak pihak, termasuk pejabat setempat dan aparat kepolisian yang tidak tahu menahu tentang kedatangan Gus Dur.

Kunjungan yang tidak terduga ini menjadi perhatian karena ia datang tanpa persiapan yang biasa dilakukan untuk menyambut seorang tokoh besar.

Setelah tiba di Gorontalo, Gus Dur langsung melanjutkan perjalanannya bersama sopir pribadinya. Mereka menuju Kecamatan Paguyaman di Kabupaten Gorontalo.

Saat tiba, Gus Dur tidak langsung menuju tempat yang ramai, melainkan menuju sebuah gubuk tua yang sederhana. Tindakan ini menunjukkan betapa rendah hati dan sederhana dirinya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Bertemu Ulama Misterius di Gubuk

Sesampainya di gubuk tua tersebut, Gus Dur meminta sopirnya untuk tetap menunggu di mobil. Dia sendiri kemudian berjalan sekitar 50 meter menuju gubuk.

Ini adalah langkah yang tidak biasa, mengingat Gus Dur bisa saja memilih untuk bertemu di tempat yang lebih formal. Namun, keinginan untuk bertemu dengan ulama tersebut lebih kuat.

Setelah beberapa waktu berada di dalam gubuk, Gus Dur keluar dengan mengenakan peci keranjang yang baru saja diberikan oleh seseorang di dalam gubuk itu.

Peci ini bukan hanya sekadar aksesori, tetapi memiliki makna khusus dalam perjalanan spiritual Gus Dur. Munkin saja, saat itu, Gus Dur merasa peci tersebut memiliki aura yang berbeda dan memberikan semangat baru baginya.

Menariknya, hingga saat ini, identitas ulama yang ditemui Gus Dur di gubuk tua itu masih menjadi misteri. Tidak ada yang mengetahui siapa sosok yang memberikan peci keranjang tersebut, menambah daya tarik kisah ini.

Namun, yang jelas, peci ini kemudian menjadi terkenal dan menjadi salah satu simbol dari Gus Dur.

 

3 dari 3 halaman

Sering Digunakan Gus Dur dalam Berbagai Kesempatan

Peci keranjang ini sering diasosiasikan dengan kepribadian Gus Dur yang unik dan penuh warna. Penggunaannya dalam berbagai kesempatan, baik resmi maupun informal, menunjukkan bahwa Gus Dur tidak terikat pada formalitas dan lebih memilih kesederhanaan. Hal ini membuatnya semakin dekat dengan masyarakat, baik yang mendukung maupun yang tidak.

Dalam pandangan banyak orang, peci keranjang bukan hanya sekadar penutup kepala, tetapi juga menjadi bagian dari identitas Gus Dur sebagai seorang pemimpin yang membawa nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.

Peci tersebut menggambarkan prinsip hidupnya yang selalu menjunjung tinggi keberagaman dan persatuan.

Dari cerita ini, dapat dipahami bahwa Gus Dur memiliki hubungan yang kuat dengan para ulama dan komunitas keagamaan. Kunjungan ke Gorontalo bukan hanya sekadar untuk bertemu, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu dan ketokohan ulama.

Gus Dur sangat menghargai peran ulama dalam masyarakat, dan ini terlihat dari sikapnya yang selalu mengedepankan dialog dan pendekatan yang ramah.

Sejak saat itu, peci keranjang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diri Gus Dur. Banyak orang mengenali Gus Dur melalui peci tersebut, dan ini menjadi salah satu simbol yang mewakili pandangan hidupnya yang toleran dan inklusif. Peci itu menjadi warisan yang dikenang oleh banyak orang hingga sekarang.

Cerita di balik peci keranjang ini menggambarkan betapa dalamnya nilai-nilai spiritual yang dimiliki Gus Dur. Dalam setiap perjalanan dan pertemuan, Gus Dur tidak hanya sekadar menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, tetapi juga berupaya mendalami makna dari setiap pengalaman yang ia jalani.

Dengan demikian, peci keranjang yang sering dipakai Gus Dur bukan hanya menjadi penutup kepala, tetapi juga simbol perjalanan spiritual yang penuh makna.

Kisah ini mengajarkan pentingnya menghargai setiap momen, terutama dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang memiliki pengaruh dalam hidup kita.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â