Sukses

Kisah Kocak Malaikat Kesal saat Mencatat Orang yang Hadir di Majelis Dzikir, Diceritakan Gus Baha

Menurut Gus Baha, ada malaikat memiliki tugas untuk mencatat orang-orang yang hadir di majelis dzikir. Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mencatat semua yang hadir di majelis tersebut sebagai orang yang diridhai dan diampuni oleh-Nya. Namun, ada hal yang lucu dan menarik terkait tugas ini.

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih populer sebagai Gus Baha, dalam sebuah pengajian menyampaikan cerita menarik tentang malaikat.

Sosok alim alamah ini mengungkapkan bahwa meskipun malaikat adalah makhluk yang sempurna dan selalu patuh kepada Allah SWT, ternyata mereka juga bisa merasa kesal.

Gus Baha menceritakan hal ini dengan gaya khasnya yang santai dan humoris.

Cerita ini dikutip dari sebuah tayangan di kanal YouTube @daily-nasihat, di mana ia menjelaskan bahwa malaikat juga memiliki sentimen atau perasaan.

"Makhluk malaikat nggih gadah sentimen, malaikat gadah sentimen sing paling ketingal teng gene hadis sahih," ujarnya di tengah pengajian.

Menurut Gus Baha, ada malaikat memiliki tugas untuk mencatat orang-orang yang hadir di majelis dzikir. Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mencatat semua yang hadir di majelis tersebut sebagai orang yang diridhai dan diampuni oleh-Nya. Namun, ada hal yang lucu dan menarik terkait tugas ini.

"Malaikat iku yo nurut, tapi drengkine yo protes, muni ‘oke’ tapi atine loro," ucap Gus Baha sambil tersenyum.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Malaikat Kesal sama Orang di Majelis Dzikir, Karena Tak Niat Ngaji

Dikisahkan, bahwa malaikat tetap menjalankan tugasnya meski ada di antara orang-orang yang hadir di majelis tersebut dengan niat yang kurang baik, misalnya hanya untuk mencari teman atau menghindari masalah.

"Ana wong sing teko nang majelis dzikir iku mung goleti kancan, ora niat dzikir tenan. Malah kadang-kadang wong kuwi teka mung amarga lagi ngindari bojo utawa tukang tagih utang," terang Gus Baha dengan canda.

Meskipun begitu, Allah tetap memerintahkan malaikat untuk mencatat mereka sebagai orang yang diampuni.

"Malaikat yo muni, ‘Ya Allah, ing kono ono sing ora niat dzikir, lha kok tetep diampuni? Ora niat ngaji, malah goleti kancan ngaji.’"

Protes malaikat ini muncul karena merasa ada yang tidak adil, namun Allah tetap bersikeras bahwa semua yang hadir di majelis dzikir harus dicatat sebagai orang yang diampuni.

"Dadi, Allah SWT ngendikan, ‘Aku wis sumpah, Angger wong iku melu ngaji utawa majelis dzikir, kudu diampuni. Ora bakal cilaka wong sing melu majelis dzikir, kudu mbok tulis apik-apik!’" jelas Gus Baha menirukan firman Allah SWT.

Akhirnya, meskipun malaikat sempat protes, mereka tetap melaksanakan perintah Allah dan mencatat semua yang hadir di majelis dzikir sebagai orang yang diampuni. "Akhire malaikat yo nurut, tapi tetap karo protes sek." Gus Baha menceritakan hal ini dengan nada bercanda, yang membuat para jemaahnya tertawa.

3 dari 3 halaman

Pengampunan Allah SWT Sangat Luas

Dengan gaya khasnya yang santai dan penuh humor, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan penting tentang kasih sayang Allah yang begitu luas. Meskipun ada orang yang hadir di majelis dzikir dengan niat yang tidak tulus, Allah tetap memberikan ampunan kepada mereka karena berada dalam majelis yang diberkahi.

"Allah SWT iku Maha Pengampun. Kadangkala, niat kita ora tulus, tapi Allah tetap ngampuni. Sing penting, kita harus tetep njaga niat sing apik," pesan Gus Baha dengan bijak.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga mengingatkan bahwa meskipun Allah memberikan ampunan yang begitu luas, keikhlasan tetap menjadi hal penting dalam setiap ibadah. "Yen niatmu ora apik, yo ndang diperbaiki. Allah SWT iku Maha Welas Asih, nanging kita tetep kudu njaga niat sing lurus."

Cerita ini menjadi pengingat bagi para jemaah tentang pentingnya keikhlasan dalam beribadah, dan bagaimana Allah selalu memberikan ampunan dengan cinta dan kasih-Nya, bahkan bagi mereka yang hadir di majelis dzikir dengan niat yang belum sempurna.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul