Sukses

Peringatan Gus Baha, kalau Sholat Tahajud Hanya Minta Hajat Terkabul Lebih Baik Tidur Saja

Gus Baha mengutip pandangan Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa jika seseorang melakukan tahajud hanya untuk menuntut terkabulnya permohonan dari Allah, maka lebih baik tidur saja.

Liputan6.com, Jakarta - Tahajud merupakan ibadah sholat sunnah yang dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir. Banyak orang meyakini bahwa sholat tahajud adalah waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa dan mengharapkan terkabulnya hajat.

Namun, menurut KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, jika tujuan utama tahajud hanya untuk mengharapkan hajat terkabul, lebih baik tidur saja.

Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @NasehatGusBaha83, Gus Baha menyampaikan pandangan yang berbeda tentang persepsi umum mengenai sholat tahajud.

Menurutnya, banyak orang yang salah kaprah menjadikan ibadah malam tersebut sebagai sarana untuk mengejar keinginan duniawi semata.

Gus Baha menjelaskan bahwa ada orang yang terus-menerus melaksanakan sholat tahajud dengan harapan agar segala keinginannya dikabulkan oleh Allah SWT.

Sementara itu, ada juga orang yang tidur dengan menikmati rahmat Allah berupa istirahat. “Mendingan tidur saja kalau sholat tahajud hanya untuk hajat terkabul," ujar Gus Baha dalam video tersebut.

Lebih lanjut, Gus Baha mengutip pandangan Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa jika seseorang melakukan tahajud hanya untuk menuntut terkabulnya permohonan dari Allah, maka lebih baik tidur saja.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Hajat Tak Terkabul Khawatirnya Ngejek Ajaran Islam, Mending Tidur

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa terkadang orang yang rajin tahajud merasa kecewa dan tergoda oleh bisikan setan jika doanya tidak dikabulkan.

"Imam Ghazali mengatakan, timbang tahajud terus menuntut Pangeran, mendingan turu (lebih baik tidur)," kata Gus Baha, menggambarkan pandangan sang imam. Menurutnya, setan sering membisikkan kepada orang yang rajin tahajud tetapi tidak terkabul keinginannya, membuat mereka ragu terhadap janji Allah dan ajaran Nabi.

Daripada terus-menerus merasa kecewa karena hajat tak kunjung terkabul setelah tahajud, Gus Baha menekankan bahwa lebih baik tidur saja. "Lebih baik tidur daripada akhirnya malah mengejek ajaran Islam," tegasnya.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa sejak zaman dahulu, para ulama telah memperingatkan agar tidak menjadikan tahajud sebagai sarana semata-mata untuk memenuhi keinginan duniawi.

Banyak orang yang merasa kecewa karena setelah melakukan tahajud, keinginannya tidak tercapai, dan akhirnya menyalahkan kiainya atau ijazah yang diberikan.

“Wis, daripada ngono, ora usah tahajud mending turu (daripada begitu, tidak usah tahajud lebih baik tidur),” lanjut Gus Baha.

Ia mengajak umat untuk introspeksi diri dan memahami esensi sebenarnya dari tahajud, yaitu sebagai bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah, bukan sebagai media untuk mengejar keinginan semata.

 

3 dari 3 halaman

Bahaya Nanti Jika Hajat Tidak Terkabul

Menurut Gus Baha, sikap menuntut terkabulnya doa hanya akan menurunkan nilai spiritual ibadah itu sendiri. Ibadah tahajud seharusnya dilandasi oleh keikhlasan dan ketundukan sepenuhnya kepada kehendak Allah, tanpa pamrih dan tanpa syarat.

Hanya dengan cara ini, seorang hamba bisa merasakan kedamaian dan keberkahan yang sesungguhnya dari ibadah malam tersebut.

Gus Baha menambahkan, banyak orang yang salah kaprah menjadikan tahajud sebagai alat tawar-menawar dengan Allah.

Ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka mulai menyalahkan agama, bahkan merasa bahwa ajaran Nabi tentang doa mustajab dalam tahajud tidak terbukti.

Oleh karena itu, Gus Baha menyarankan agar umat muslim tidak terlalu fokus pada hasil atau terkabulnya hajat ketika melaksanakan tahajud.

“Lebih baik tidur jika tujuan tahajud hanya untuk hajat pribadi," ulangnya, menekankan pentingnya niat yang lurus dalam beribadah.

Pendekatan ini tidak berarti menyepelekan tahajud, namun lebih kepada menjaga kemurnian niat dalam melaksanakan ibadah. Gus Baha mengajak agar umat muslim lebih memahami tujuan utama ibadah tahajud sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan bukan sekadar untuk menggapai keinginan duniawi.

“Jadi, kalau kita mau tahajud, lakukanlah dengan niat karena Allah, bukan karena keinginan pribadi,” pungkasnya.

Dengan demikian, umat akan terhindar dari kekecewaan jika doanya belum terkabul, dan tetap bisa menikmati kedamaian dalam beribadah.

Pandangan Gus Baha ini membuka mata banyak orang akan pentingnya meluruskan niat dalam beribadah. Ibadah, termasuk tahajud, seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bukan sekadar jalan untuk mengejar harapan-harapan dunia yang mungkin belum tentu terbaik bagi kita.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul