Sukses

Meleleh, saat UAH Menjawab Pertanyaan Mungkinkan Seorang Anak Balas Kebaikan Ibu?

UAH juga mengingatkan bahwa rasa hormat kepada orang tua, terutama ibu, adalah bentuk bakti yang paling utama. Meskipun perawatan seorang anak terhadap orang tuanya penuh kasih, hal itu tidak berarti bisa membalas pengorbanan ibu yang tulus dan tanpa pamrih.

Liputan6.com, Jakarta - Membalas kebaikan orang tua adalah tugas yang tidak pernah bisa sepenuhnya kita lunasi, karena kasih sayang dan pengorbanan mereka, terutama ibu, tak terukur dengan apapun.

Mereka merawat, membimbing, dan mendampingi kita sejak lahir dengan harapan kita tumbuh menjadi orang yang baik. Sebagai anak, kewajiban kita bukanlah sekadar membalas, tetapi terus menjaga, merawat, dan menghormati mereka dengan cinta dan rasa syukur.

Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @dailyqueen20, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan pesan menyentuh hati mengenai hubungan anak dengan orang tua, khususnya ibu.

UAH menegaskan bahwa tidak ada perbuatan anak yang mampu membalas perjuangan seorang ibu yang telah merawat anaknya hingga dewasa.

"Ibu merawat anak agar hidup, sedangkan anak merawat orang tua hanya untuk mengantarkan pada kematian," ujar UAH dalam video tersebut.

UAH menjelaskan bahwa seorang ibu merawat anaknya dengan tujuan agar anak itu bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang baik.

"Tidak ada yang bisa membalas kasih sayang ibu," kata UAH.

Dia juga menekankan bahwa pengorbanan ibu tidak hanya meliputi fisik, tetapi juga emosional, di mana seorang ibu rela menahan lelah, sakit, bahkan kesulitan untuk memastikan anaknya mendapatkan yang terbaik.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kisah Anak Mengaku Balas Kebaikan Ibundanya

Dalam salah satu kisah yang dikutip UAH, seorang pria pernah datang kepada sahabat Nabi Muhammad SAW, Ibnu Abbas RA, untuk berkonsultasi mengenai perawatannya terhadap sang ibu.

Pria itu merasa bangga karena telah merawat ibunya hingga wafat. Dia menganggap dirinya sudah membalas jasa ibunya yang dulu merawatnya sejak kecil.

"Saya merawat ibu saya hingga beliau meninggal, sama seperti beliau merawat saya waktu kecil," kata pria itu penuh keyakinan.

Namun, jawaban dari Ibnu Abbas membuatnya tersentak. Ibnu Abbas mengatakan bahwa meskipun pria itu merawat ibunya dengan sempurna, dia tetap tidak akan pernah bisa membalas jasa sang ibu.

"Ibumu merawatmu supaya kamu hidup, sedangkan kamu merawat ibumu hanya untuk mengantarkannya kepada kematian," jelas Ibnu Abbas. Pesan ini menggambarkan betapa besarnya pengorbanan seorang ibu, yang tidak bisa diukur dengan apa pun.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan, bahkan jika seorang anak memberikan hal-hal mewah kepada ibunya, itu tetap tidak akan setara dengan bakti ibu dalam merawatnya.

"Jangan pernah berpikir bahwa pemberian yang mewah bisa membalas jasa ibu," tegasnya. Menurut UAH, seorang anak tidak boleh menganggap materi sebagai ukuran balasan atas kasih sayang ibu.

Selain itu, UAH juga mengingatkan bahwa rasa hormat kepada orang tua, terutama ibu, adalah bentuk bakti yang paling utama. Meskipun perawatan seorang anak terhadap orang tuanya penuh kasih, hal itu tidak berarti bisa membalas pengorbanan ibu yang tulus dan tanpa pamrih.

3 dari 3 halaman

Ibu Berikan Segalanya

"Ibu memberikan segalanya, bukan untuk mendapatkan balasan, tetapi karena cinta yang tak terbatas," ungkap UAH.

Pesan UAH ini membawa kita untuk merenung lebih dalam tentang posisi kita sebagai anak. Apa pun yang kita lakukan untuk orang tua kita, terutama ibu, tidak akan pernah setara dengan pengorbanan yang mereka lakukan selama membesarkan kita.

Hal ini seharusnya menumbuhkan rasa syukur dan kewajiban untuk terus berbakti dengan tulus kepada mereka.

Sebagai umat yang diajarkan untuk berbakti kepada orang tua, UAH mengajak setiap anak untuk menjaga dan merawat orang tua dengan sebaik mungkin.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa tujuan merawat orang tua bukan untuk membalas jasa mereka, karena itu adalah hal yang mustahil dilakukan.

"Perlakukan orang tua dengan penuh cinta dan kasih, sebagai bentuk syukur kita kepada Allah yang telah memberikan mereka kepada kita," pesan UAH.

Tak hanya berhenti di situ, UAH menegaskan bahwa ibu merawat anak agar hidup dan menjadi orang yang berguna bagi orang lain.

Namun, ketika seorang anak merawat orang tuanya, itu lebih kepada tanggung jawab moral dan keagamaan untuk mengantarkan mereka kepada akhir hidup yang baik.

"Ingat, tujuan merawat ibu bukanlah membalas, melainkan menghormati pengorbanannya yang tiada tara," tambahnya.

Banyak dari kita mungkin tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan untuk orang tua kita hanyalah sedikit dari apa yang mereka lakukan untuk kita.

UAH mengingatkan agar tidak sombong dengan perbuatan baik kita kepada orang tua, karena apa pun yang kita berikan, tidak akan pernah bisa menyamai cinta dan pengorbanan mereka.

Selain itu, UAH mengajak para anak untuk terus berdoa bagi kedua orang tua, terutama bagi mereka yang sudah wafat. "Doa anak yang saleh adalah bentuk bakti yang tidak akan pernah berhenti, bahkan setelah orang tua meninggal dunia," jelasnya.

Menurut UAH, doa ini akan menjadi salah satu amal jariyah yang akan terus mengalir bagi orang tua di alam kubur.

Sebagai penutup, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan kembali betapa pentingnya kita sebagai anak untuk selalu menghormati, merawat, dan mencintai orang tua kita, terutama ibu. "Tidak ada yang bisa membalas kasih sayang ibu, tapi kita bisa terus menunjukkan rasa syukur dan cinta kita kepada mereka," pungkasnya.

Pesan ini begitu mendalam, mengingatkan bahwa hubungan antara ibu dan anak adalah salah satu hubungan yang paling suci dan penuh makna dalam kehidupan.

Pesan ini membuat banyak orang merenung dan tersentuh, karena hubungan anak dan ibu adalah salah satu yang paling emosional dan tak tergantikan.

Bagi banyak orang yang mungkin masih memiliki kesempatan untuk merawat orang tuanya, ini menjadi pengingat betapa pentingnya memberikan yang terbaik selama mereka masih hidup.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul