Sukses

Gus Baha Ungkap Hal Paling Berat saat jadi Kiai, Bikin Nelangsa

Ada sesuatu yang sangat berat saat menjadi kiai, bahkan masih dirasakah hingga kini oleh Gus Baha.

Liputan6.com, Cilacap - Ulama zuhud yang merupakan pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3iA, Rembang, Jawa Tengah, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam sebuah kesempatan ceramahnya curhat sesuatu yang sangat berat perihal statusnya menjadi seorang kiai.

Bahkan berdasarkan penuturan beliau, perasaan sangat berat ini tidak serta merta bisa dihilangkan. Bahkan rasa teramat berat itu masih beliau rasakan hingga saat ini.

Mungkin banyak yang mengira bahwa menjadi seorang kiaia atau ulama tersohor sekelas Gus Baha enak dan tanpa beban.

Namun anggapan sementara kalangan ini tertolak dengan pengakuan Gus Baha. Ada sesuatu yang sangat berat saat menjadi kiai, bahkan masih dirasakah hingga kini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Paling Berat Saat Dikasih Amplop Orang Meninggal

Gus Baha ungkap sesuatu yang paling berat yang hingga kini masih beliau rasakan yakni saat diberi amplop oleh keluarga yang sedang berduka sebab meninggal dunia.

“Saya paling berat hingga detik ini jadi kiai kalau disalami tempel orang yang meninggal,” @dapurlukis, Rabu (23/10/2024).

Beratnya Gus Baha karena bertentangan dengan kata hatinya, sebab tidak pada tempatnya orang yang sedang kesusahan justru memberi amplop yang berisi uang. Logikanya malah justru orang yang sedang kesusahan itu yang seharusnya kita beri amplop yang berisi uang.

“Itu kalau diterima saya merasa berdosa kepada anak yatim, merasa berdosa kepada Allah SWT, orang susah kok kasih salam tempel,” sambungnya.

3 dari 4 halaman

Bikin Bingung

Meski demikian, saat Gus Baha menolak, rupanya juga tetap salah sebab memuat yang memberi tersebut tersinggung. Hal ini kerap membuat Gus Baha bingung.

“Tidak diterima orang tersebut merasa tersinggung sekali kalau tidak saya terima,” tuturnya.

“Sebab merasa saya yang menjadi imam, saya yang susah, pasti keluarga si mati bertanya-tanya: kenapa Gus Baha tidak bersedia menerima uang saya, paling bingung,” imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Tidak Dibenarkan dalam Agama

Gus Baha menandaskan bahwa menerima amplop atau makanan dari orang yang sedang kesusahan dalam kacamata agama Islam tidak bisa dibenarkan.

Gus Baha menjelaskan bahwa harta dalam bentuk apapaun yang merupakan peninggalan si mayit itu sudah menjadi harta waris yang orang lain tentu saja tidak berhak menerimanya.

“Itu kan sesuatu yang secara moral agama ya menolak, menurut semua hadis shohih itu tidak dibenarkan, memberi makan pada waktu mengalami musibah kematian,” paparnya.

“Bagaimanapun juga kalau orang sudah meninggal menurut hadis dan Al-Qur’an sudah menjadi waris, Lah waris itu ya haknya yatim,” tandasnya.

“Repotnya keluarga si mayat itu lebih terhormat kalau mau menerima uang salam tempel dan bersedia makan makanannya,” pungkasnya.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul