Sukses

Allah Tidak Suka Orang yang Berlebihan dalam Berdoa, Kenapa? Simak Penjelasan Gus Baha

Berlebihan dalam doa, kata Gus Baha, bisa berupa meminta hal yang tidak realistis atau sesuatu yang jauh di luar kebutuhan kita.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama alim allamah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pandangan menarik tentang adab berdoa dan bagaimana Allah tidak menyukai orang yang berlebihan dalam permintaan doa mereka.

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha menyoroti bahwa meminta sesuatu dalam doa memang dianjurkan, namun penting untuk menjaga keseimbangan dan tidak meminta hal-hal yang terlalu besar atau berlebihan tanpa terlebih dahulu bersyukur.

Gus Baha memberikan penjelasan tentang pentingnya mensyukuri apa yang sudah kita miliki sebelum meminta lebih.

Diikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube @manumbeo1086, doa berlebihan, kata Gus Baha, bisa berupa meminta hal yang tidak realistis atau sesuatu yang jauh di luar kebutuhan kita.

Sebagai contoh, Gus Baha menyebutkan tentang seorang yang masih jomblo. Bagi seorang yang belum menikah, target utama seharusnya adalah menemukan jodoh dan menikah. Namun, setelah menikah, tiba-tiba meminta lebih dari sekadar pasangan yang baik, misalnya mengharapkan istri yang sempurna, salehah, dan tidak cerewet.

Ini dianggap berlebihan, karena status jomblo yang baru hilang saja belum disyukuri, tapi sudah meminta hal-hal lain yang lebih besar.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Nikmat Satu Belum Disyukuri, Sudah Minta yang Lain

Gus Baha menekankan bahwa setiap langkah dalam hidup perlu disyukuri sebelum melangkah ke permintaan berikutnya.

Begitu pula dalam hal pernikahan, nikmat menikah dan memiliki pasangan harus lebih dulu disyukuri. Jangan buru-buru meminta lebih tanpa terlebih dahulu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah.

Ia juga mengaitkan hal ini dengan profesi. Misalnya, seorang dosen baru yang baru saja mendapatkan pekerjaannya. Sebagai dosen, hal pertama yang harus disyukuri adalah tidak lagi menganggur, yang secara sosial merupakan pencapaian besar.

Namun, ada yang baru hari kedua bekerja sudah mulai mencari tambahan insentif dan tunjangan, tanpa terlebih dahulu mensyukuri pekerjaan tersebut.

Menurut Gus Baha, sikap seperti itu adalah contoh ketidaksabaran dan ketidaksyukuran. Orang yang terlalu cepat melangkah dan meminta lebih sebelum mensyukuri apa yang ada adalah orang yang melampaui batas.

Allah tidak suka ketika hambanya berdoa dengan cara seperti ini, karena seharusnya rasa syukur selalu mendahului setiap permintaan.

 

3 dari 3 halaman

Peringatan Gus Baha

Ia juga mengingatkan bahwa manusia sering kali tidak bisa memenuhi rasa syukur untuk apa yang sudah dimiliki, tetapi sudah sibuk meminta hal-hal baru. Gus Baha menegaskan bahwa sikap ini adalah cerminan dari kurangnya rasa syukur dan mengabaikan nikmat yang sudah Allah berikan. Dengan kata lain, jika kita tidak bisa mensyukuri nikmat yang sudah ada, bagaimana mungkin kita pantas meminta lebih?

Gus Baha juga memberi nasihat bahwa dalam berdoa, hendaknya kita tidak hanya fokus pada permintaan besar yang mungkin tidak relevan atau belum waktunya. Ada baiknya kita mengukur kebutuhan dan keadaan kita sendiri, lalu mensyukuri hal-hal kecil yang sudah diberikan. Rasa syukur itulah yang akan membuka pintu bagi nikmat-nikmat berikutnya.

Ia mengajak umat untuk merenungkan seberapa sering kita meminta dalam doa, tetapi lupa untuk mensyukuri apa yang sudah ada. Misalnya, kita sering kali meminta rezeki yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, atau kehidupan yang lebih nyaman, tetapi melupakan nikmat kecil seperti kesehatan, keluarga, dan ketenangan yang sudah kita miliki.

Sebagai penutup, Gus Baha menegaskan bahwa syukur adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah. Allah akan menambah nikmat-Nya kepada orang yang bersyukur. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur dan terus-menerus meminta tanpa henti, itu adalah tanda bahwa kita kurang memahami betapa besar nikmat yang sudah kita terima.

Ia menyarankan agar kita lebih sering merenungkan setiap permintaan yang kita sampaikan dalam doa. Apakah sudah pantas meminta lebih jika rasa syukur kita untuk nikmat yang ada belum sempurna? Dengan menjaga keseimbangan antara syukur dan doa, kita bisa lebih bijak dalam berdoa dan tidak jatuh pada sikap berlebihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Gus Baha mengajak kita untuk selalu introspeksi dan belajar bersyukur dengan apa yang telah kita terima sebelum meminta lebih.

Sering kali, kita terlalu cepat merasa tidak puas dengan apa yang ada dan langsung meminta sesuatu yang lebih, padahal rasa syukur itulah yang seharusnya menjadi landasan dalam setiap doa kita.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul