Sukses

Kisah Wartawan Tak Pandai Bahasa Arab tapi Dianggap Ahli Nahwu Gara-Gara jadi Imam Sholat

Situasi ini pun menjadi guyonan bagi Gus Baha. Ia menjelaskan bahwa meskipun wartawan tersebut tidak memahami bahasa Arab secara mendalam, ia mampu melafalkan bacaan sholat dengan benar karena hafalan.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, mengisahkan cerita kocak tentang seorang wartawan Indonesia yang dianggap ahli bahasa Arab oleh orang-orang di Gaza, Palestina.

Kisah ini diangkat untuk menggambarkan betapa situasi yang sederhana kadang bisa membawa persepsi yang berbeda, terutama dalam hal kemampuan berbahasa.

Kisah tersebut dapat disimak dalam tayangan video di kanal YouTube @NEWiMAN. Gus Baha menceritakan bahwa ada seorang wartawan internasional dari Indonesia yang hanya bisa berbahasa Inggris, tapi dianggap ahli tata bahasa Arab atau ahli nahwu.

Wartawan ini sedang meliput di Ramlah, sebuah wilayah di Gaza, Palestina. Ketika berinteraksi dengan orang-orang Arab setempat, ia dengan jujur mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berbahasa Arab.

"Diajak ngobrol pakai Bahasa Arab, wartawan ini tidak bisa, bisanya Bahasa Inggris," kata Gus Baha.

Namun, peristiwa unik terjadi ketika wartawan tersebut diminta menjadi imam sholat di masjid setempat. sholat yang dipimpin adalah sholat jahriyah, yaitu sholat yang bacaannya dikeraskan seperti dalam sholat Maghrib, Isya', dan Subuh.

 

2 dari 3 halaman

DIkira Ahli Bahasa Arab, Sampai Diciumi

Meski tidak fasih berbahasa Arab, wartawan ini ternyata mampu melantunkan bacaan sholat dengan benar karena hafalannya yang baik.

Sholat jahriyah sendiri adalah sholat di mana bacaan-bacaan seperti takbir, Al-Fatihah, dan ayat-ayat Al-Qur'an dibaca dengan suara yang keras. Bacaan ini dilakukan saat menjadi imam atau saat melaksanakan sholat sendirian.

Dalam kasus wartawan ini, meskipun tidak mengerti bahasa Arab, ia mampu menjalankan tugasnya sebagai imam dengan baik.

Ketika wartawan ini selesai memimpin sholat, orang-orang Arab yang ada di sana sangat terkesan dengan kemampuan bahasa Arabnya.

Mereka bahkan menghampiri wartawan tersebut dan mencium pipinya sebagai tanda penghormatan. Orang-orang Arab tersebut beranggapan bahwa wartawan ini adalah seorang yang tawaduk dan ahli bahasa Arab karena tidak ada kesalahan dalam bacaan sholatnya.

"Wong Arab niku nek seneng kalih tiang, diambungi, saking kagume," kata Gus Baha.

Situasi ini pun menjadi guyonan bagi Gus Baha. Ia menjelaskan bahwa meskipun wartawan tersebut tidak memahami bahasa Arab secara mendalam, ia mampu melafalkan bacaan sholat dengan benar karena hafalan.

Namun, bagi orang-orang Arab yang mengerti ilmu nahwu dan bahasa Arab, kemampuan wartawan ini dianggap luar biasa.

Gus Baha juga menjelaskan sedikit tentang ilmu nahwu, yang merupakan bagian dari tata bahasa Arab. Ilmu ini mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali struktur kalimat dan membunyikan bagian akhir dari setiap kata dengan tepat.

Orang yang ahli dalam ilmu nahwu dapat dengan mudah mengenali kesalahan dalam tata bahasa dan pelafalan, namun dalam kasus wartawan ini, tidak ada kesalahan yang ditemukan.

 

3 dari 3 halaman

Begini Pesan Moralnya

Menurut Gus Baha, dalam pandangan orang Arab, wartawan ini menunjukkan keahlian yang jarang dimiliki oleh orang non-Arab. Meskipun ia hanya mengandalkan hafalan, kemampuannya dalam melafalkan bacaan sholat dengan benar dianggap sebagai bukti keahliannya dalam bahasa Arab, khususnya dalam ilmu nahwu.

Kisah ini juga menjadi pelajaran tentang pentingnya hafalan dalam menjalankan ibadah, terutama sholat. Meskipun seseorang mungkin tidak mengerti arti dari setiap kata dalam bacaan sholat, dengan hafalan yang baik dan niat yang tulus, ia tetap bisa menjalankan ibadah dengan benar.

Gus Baha mengajak para pendengarnya untuk mengambil hikmah dari cerita ini. Kadang-kadang, situasi yang sederhana bisa membuat kita terlihat lebih ahli di mata orang lain, terutama ketika kita berusaha menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh.

Hal ini juga menunjukkan bahwa ibadah yang dilakukan dengan niat yang tulus bisa membawa kesan yang mendalam bagi orang-orang di sekitar kita.

Ia juga menekankan pentingnya niat dalam beribadah. Meskipun wartawan tersebut mungkin tidak paham bahasa Arab secara detail, niatnya untuk memimpin sholat dengan baik sudah cukup untuk membuatnya dihormati oleh orang-orang di Gaza.

Gus Baha juga menyisipkan pesan moral bahwa kadang dalam hidup, kita dinilai bukan hanya dari apa yang kita tahu, tetapi juga dari bagaimana kita menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Wartawan tersebut mungkin tidak ahli dalam bahasa Arab, namun ia berhasil menjalankan perannya sebagai imam sholat dengan baik.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menegaskan bahwa kisah ini merupakan contoh dari kebesaran Allah dalam menjaga niat baik seseorang.

Ketulusan hati dalam beribadah bisa membawa keberkahan dan pengakuan dari orang-orang di sekitar kita, meskipun kita merasa kurang dalam beberapa hal.

Kisah wartawan yang dianggap ahli nahwu ini menjadi salah satu guyonan khas Gus Baha, yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan makna dan hikmah untuk kehidupan sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â