Sukses

Baru Adzan Jangan Buru-Buru Sholat jika dalam Kondisi Seperti Ini, Ini Alasannya Menurut Gus Baha

Menurut Gus Baha sholat bisa ditunda jika masih berada dalam rentang waktu yang luas, apalagi jika seseorang sedang bekerja atau berinteraksi dengan orang lain.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika adzan berkumandang, kebanyakan orang merasa harus segera meninggalkan aktivitasnya untuk menunaikan sholat. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, mengingatkan agar tidak terburu-buru beranjak jika waktu sholat masih panjang, terutama bagi mereka yang sedang bertugas seperti sopir.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menguraikan alasan dan pandangan fikih tentang hal ini, yang menuai banyak perhatian dan apresiasi.

Dalam video yang diunggah pada kanal YouTube @Dapurlukis, Gus Baha menjelaskan bahwa sholat memang memiliki waktu-waktu yang longgar, dan tidak semua situasi menuntut pelaksanaannya tepat setelah adzan.

Menurutnya, sholat bisa ditunda jika masih berada dalam rentang waktu yang luas, apalagi jika seseorang sedang bekerja atau berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Gus Baha, bagi seorang sopir atau seseorang yang tengah melayani orang lain, memutuskan untuk segera sholat begitu adzan berkumandang bisa berdampak pada pelayanan dan kenyamanan orang yang dilayani.

"Kalau sedang antar barang atau bercengkerama dengan teman, waktu sholat masih panjang, jadi tidak harus segera berhenti ketika adzan," ujarnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Alasan Fikih yang Fleksibel

Ia melanjutkan, situasi yang sebenarnya mengharuskan seseorang berhenti untuk sholat adalah ketika waktu sholat benar-benar hampir habis atau memasuki batas akhir.

"Kalau waktu sholat tinggal tujuh atau delapan menit, itu yang harus diutamakan untuk sholat, atau kalau dalam sepak bola kita sebut sebagai injury time," jelas Gus Baha.

Gus Baha juga menyebut bahwa tidak ada kewajiban langsung untuk sholat tepat saat adzan, kecuali dalam situasi tertentu di mana waktu sholat sudah hampir habis.

Sebaliknya, ketika waktu masih panjang, seseorang diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitasnya. "Pertanyaannya bukan tentang wajib atau tidaknya, tapi lebih kepada keutamaan saja, karena belum ada desakan waktu,” imbuhnya.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menyarankan agar seorang sopir yang melayani konsumen tetap mempertimbangkan citra profesionalitas. Ia mencontohkan bahwa terkadang, memaksa sholat segera setelah adzan bisa dianggap kurang profesional karena meninggalkan konsumen di tengah perjalanan.

Menurutnya, keputusan untuk sholat bisa diambil dengan menyesuaikan waktu agar tidak meninggalkan kesan negatif terhadap layanan.

Dengan penjelasan ini, Gus Baha ingin mengingatkan bahwa fikih Islam memiliki fleksibilitas, terutama dalam hal mengatur waktu sholat. Meski sholat memiliki waktu tertentu, Islam tetap memberikan ruang agar umat bisa menjalankan aktivitas lain tanpa harus terburu-buru. Hal ini, menurutnya, selaras dengan nilai-nilai Islam yang memperhatikan situasi dan kondisi umatnya.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa dalam Islam, menjaga hubungan baik dengan sesama dan menjaga profesionalitas dalam pekerjaan juga termasuk bagian dari ibadah.

Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya bijak dalam menata waktu ibadah tanpa mengesampingkan kewajiban sosial atau pekerjaan yang sedang ditekuni.

 

3 dari 3 halaman

Ini Jika Waktu Sholat Hampir Habis

Namun demikian, Gus Baha juga menegaskan bahwa ketika waktu sholat sudah hampir habis, maka wajib bagi umat Islam untuk segera menunaikan sholat. Menurutnya, hal ini tidak hanya sebagai bentuk ketaatan, tetapi juga agar terhindar dari kewajiban yang tertunda.

"Saat waktunya sudah hampir habis, maka mau tidak mau, waktu itu harus digunakan untuk sholat," jelasnya.

Dengan panduan ini, Gus Baha berharap agar umat Islam bisa lebih fleksibel dan bijaksana dalam menyikapi waktu sholat. Ia menekankan bahwa Islam memberikan keleluasaan bagi umatnya agar tidak merasa terburu-buru, asalkan tetap memahami kapan waktu sholat itu benar-benar mendesak.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa dalam kasus seperti ini, fokus utamanya bukan pada wajibnya sholat segera, melainkan pada keutamaan atau afdhalnya melaksanakan sholat di awal waktu. Namun, keutamaan ini bisa saja dikesampingkan jika seseorang berada dalam situasi yang membutuhkan kelonggaran waktu.

Bagi Gus Baha, menjaga keseimbangan antara ibadah dan aktivitas sosial juga termasuk cerminan dari kesempurnaan beragama. Dengan penjelasan ini, Gus Baha berharap umat Islam bisa memahami bahwa setiap situasi bisa ditelaah dari sudut pandang fikih yang memberikan kemudahan tanpa mengabaikan kewajiban kepada Allah.

Pandangan Gus Baha ini memberikan pemahaman baru tentang bagaimana seorang Muslim dapat menjalankan ibadah tanpa mengganggu keseharian, terutama bagi mereka yang memiliki pekerjaan yang mengharuskan keterlibatan dengan orang lain. Islam, menurut Gus Baha, tetap memberikan kemudahan dengan aturan-aturan yang mengakomodasi keseimbangan antara ibadah dan aktivitas sosial.

Panduan ini tidak hanya relevan bagi para sopir, tetapi juga bagi siapa pun yang merasa kesulitan menyesuaikan waktu sholat dengan aktivitasnya. Gus Baha menekankan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan, bukan memberatkan, sehingga umatnya tetap dapat menjalankan kewajiban tanpa merasa terbebani.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul