Liputan6.com, Cilacap - Banyak yang berpendapat bahwa sikap istiqomah antara lain ditunjukkan dengan sikap madep mantep alias hanya fokus melakukan kebaikan yang telah biasa dilakukan.
Sebagai contoh, sehabis sholat kita telah rutin untuk wiridan, lalu jika tiba-tiba ada undangan syukuran tetangga atau kegiatan lainnya yang positif, di mana waktunya bersamaan dengan kebiasaan yang kita lakukan, maka kita tetap memilih wiridan dan tidak menghadiri undangan tetangga dengan alasan istiqomah.
Rupanya tidak demikian dalam memahami istiqamah ini. Kesalahan memaknai istiqamah sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan orang ini diungkap ulama asal Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Gus Baha pemahaman istiqomah versi ahli ilmu tidak demikian adanya. Lantas apa arti istiqomah yang benar menurut ahli ilmu? Simak ulasannya berikut ini!
Simak Video Pilihan Ini:
Istiqomah Versi Ahli Ilmu
Gus Baha menjelaskan pengertian istiqomah yang mudah dipahami menurut Imam Nawawi. Menurut Imam Nawawi, istiqomah erat kaitannya dengan keputusan ilmu dalam menyikapi segala sesuatu, bukan didasarkan pada keputusan nafsu.
“kalau rumus istiqamah paling mudah itu kata Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ itu adalah keputusan ilmu,” terangnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @ Senin (28/10/2024).
“Kalau keputusan nafsu itu kita tidak mudah istiqomah,” sambungnya.
Lebih lanjut Gus Baha membeberkan contoh sebagaimana dipaparkan oleh Imam Nawawi. Salah satu contohnya ialah saat kita tengah melakukan kebaikan yang telah biasa kita lakukan, tiba-tiba ada kebaikan lain yang mengharuskan kita untuk lebih memprioritasnya, maka pilihan terbaik ialah meninggalkan kebaikan yang telah terbiasa kita lakukan. Inilah yang sejatinya disebut istiqamah.
“Imam Nawawi mencontohkan begini, misalnya habis Maghrib kita istiqamah baca Yasin itu cara pemaknaan itu baca Yasin itu kebaikan sehingga nanti kalau kita batalkan karena anak kita sakit atau karena ada orang tua kita sakit kemudian kita ke rumah sakit mengantarkan ini juga tidak mengganggu istiqamah,” terangnya
“Baca Yasin karena maknanya adalah baca Yasin kebaikan, ditinggalkan untuk kebaikan yang bentuknya lain,” tandasnya.
Advertisement
Istiqomah Bukan Versi Ahli Ilmu
Gus Baha menandaskan supaya jangan memahami istiqamah versi bukan ahli ilmu yang semata-mata didasarkan pada pertimbangan hawa nafsunya.
Misalnya saat kita tengah melakukan kebaikan yang biasa kita lakukan, tiba-tiba kebetulan ibu, saudara atau tetangga yang sedang sakit keras dan kritis dan sangat membutuhkan bantuan kita untuk pergi ke rumah sakit, namun kita tetap memilih tidak membantunya dengan alasan ingin disebut istiqomah karena sedang melakukan kebaikan yang telah biasa kita lakukan.
Menurut Gus Baha jika demikian pilihannya, maka dia terkategori bukan ahli ilmu sebab mempertimbangkan hawa nafsunya, sebab hanya mementingkan pribadi dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Ini pengertian istiqomah yang keliru.
“Jangan seperti istiqomah versi ghairu ahlil ilmi yang dikatakan orang-orang yang tidak ahli ilmu sehingga kadang cara berpikirnya itu tetap baca Yasin meskipun Ibu kamu sedang sakit parah dan kritis,” katanya.
“Itu akhirnya kan kayak Islam itu jadi sadis, jadi demi istiqomah meninggalkan ibadah sosial. Maka banyak ulama mengatakan istikomah itu ya kebaikan ke kebaikan yang lain,” pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul