Sukses

Menurut Buya Yahya Jangan Anggap Sepele soal Cinta Sesama Jenis, Na'udzubillah

Menurut Buya Yahya, cinta sesama jenis adalah dosa besar yang tak boleh diabaikan dan memiliki dampak serius terhadap mental serta tatanan sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena cinta sesama jenis semakin marak dan menjadi perhatian serius, na'udzubillah. Tanpa rasa malu atau takut, beberapa di antara mereka bahkan mulai terbuka mengakui perbuatan tersebut, seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang wajar.

Padahal, perilaku ini bertentangan dengan nilai-nilai moral dan ajaran agama yang menegaskan bahwa hubungan sesama jenis adalah dosa besar.

Kebebasan yang salah arah ini mengikis norma masyarakat dan memberikan dampak buruk pada generasi muda yang bisa terpengaruh oleh hal-hal yang tak sesuai dengan tuntunan agama maupun budaya.

KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang lebih akrab disapa Buya Yahya, menyampaikan pandangan kritis mengenai fenomena cinta sesama jenis yang menurutnya harus disikapi secara serius oleh umat.

Menurut Buya Yahya, cinta sesama jenis adalah dosa besar yang tak boleh diabaikan dan memiliki dampak serius terhadap mental serta tatanan sosial. "Jika ini dosa besar, maka jangan sampai ada yang melegalkan atau memberikan izin untuk melakukannya," ujar Buya Yahya dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @albahjah-tv.

Dalam tayangan tersebut, Buya Yahya menegaskan bahwa sikap umat terhadap cinta sesama jenis seharusnya bukan dengan mencaci atau menghina, namun dengan perhatian lebih terhadap aspek kesehatan mental para pelakunya.

Buya Yahya mengingatkan bahwa fenomena ini bukan sekadar masalah fisik, melainkan juga berakar dari gangguan mental dan moral yang memerlukan penanganan serius.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Orang Tua, Jangan Sepelekan Ini Ya

Buya Yahya menyebut bahwa banyak orang sering kali hanya memandang isu ini dari sudut pandang perilaku seksual tanpa melihat efek jangka panjangnya. Ia menekankan bahwa efek tersebut dapat merusak mental dan perilaku sehingga cenderung membuat seseorang merasa nyaman dengan hal-hal yang menyimpang.

"Masalah utamanya bukan sekadar tindakan fisik, tetapi kerusakan mental yang diakibatkannya," ujar Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, sikap enteng terhadap perilaku menyimpang ini dapat membawa umat kepada pemahaman yang keliru mengenai norma dan adab dalam pergaulan.

Buya Yahya menekankan pentingnya memahami bahwa perilaku menyimpang bukan hanya sekadar soal fisik, tetapi juga menyangkut kehormatan dan martabat manusia yang harus dijaga.

Ia mengajak umat untuk tidak menyepelekan masalah ini dan memahami dampak buruknya terhadap generasi muda. Buya Yahya menegaskan bahwa kebebasan yang diberikan tanpa batas pada perilaku menyimpang akan merusak pemahaman mereka tentang etika dan agama.

"Jika kita hanya diam, kebebasan itu bisa saja meluas dan merusak mental generasi kita," ungkap Buya Yahya.

Lebih jauh, Buya Yahya mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena yang terjadi saat ini di mana perilaku menyimpang dianggap normal atau bahkan dilegalkan.

Ia menilai bahwa hal ini berbahaya bagi generasi mendatang karena mengaburkan batasan antara yang benar dan yang salah, khususnya dalam nilai-nilai keagamaan.

Dalam paparannya, Buya Yahya menyampaikan bahwa orang tua juga perlu lebih waspada terhadap pergaulan anak-anaknya. Ia mencontohkan bahwa seorang ayah mungkin akan gelisah jika putrinya berteman dengan laki-laki di dalam kamar.

 

3 dari 3 halaman

Bukan Saatnya Mencaci dan Menghina, Ini yang Seharusnya Dilakukan

Namun, sering kali orang tua tidak khawatir jika anak laki-laki mereka berteman dengan sesama jenis di ruang pribadi, padahal hal ini bisa menjadi pintu menuju perbuatan yang tidak pantas.

Buya Yahya menekankan bahwa penanganan masalah ini memerlukan peran serta semua pihak, termasuk keluarga dan lingkungan. Ia mengajak seluruh umat Islam untuk lebih peduli dalam menjaga lingkungan sosial yang sehat dan sesuai dengan tuntunan agama, serta tidak menganggap remeh masalah ini.

Menurutnya, sikap permisif terhadap fenomena menyimpang ini dapat membuat umat abai terhadap risiko yang dihadapi anak-anak muda. Ia menekankan bahwa mengabaikan masalah ini sama saja dengan membiarkan kehancuran mentalitas generasi muda terus berkembang tanpa kendali.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa upaya menanggulangi masalah ini tidak cukup hanya dengan kecaman, namun memerlukan pendekatan kasih sayang dan bimbingan yang tepat.

"Ini bukan saatnya untuk mencaci maki atau menghina, tapi untuk membantu dan menyadarkan mereka yang terjerumus dalam perilaku ini," ujarnya.

Dalam pandangannya, Buya Yahya menilai bahwa fenomena cinta sesama jenis sebagai PR bersama bagi umat Islam yang harus segera ditangani. Hal ini karena dampak dari fenomena tersebut bukan hanya mengenai pelakunya saja, tetapi juga menyangkut nilai-nilai dan tatanan sosial yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Sebagai langkah awal, Buya Yahya menyarankan agar para orang tua lebih memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anak mereka serta memberikan pendidikan agama yang kuat. "Jangan sampai lingkungan kita menjadi tempat yang nyaman bagi perilaku menyimpang," tambahnya.

Pada akhirnya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tidak hanya menjaga diri dari perilaku menyimpang tetapi juga mengajak orang lain untuk tetap berada di jalan yang lurus sesuai dengan ajaran agama. "Kita tidak bisa membiarkan generasi muda kita rusak tanpa ada upaya untuk menyadarkan mereka," ujar Buya Yahya.

Buya Yahya mengingatkan bahwa Islam memberikan tuntunan yang jelas dalam menjaga kesucian diri dan membentuk masyarakat yang beradab. Menurutnya, jika umat mengabaikan masalah ini, maka sama saja dengan mengabaikan tanggung jawab untuk menjaga umat dari kerusakan moral.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul