Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan sholat tepat waktu. Akan tetapi, menurut Gus Baha ada kondisi yang membuat seorang lebih baik menunda untuk sesuatu yang lebih penting.
Gus Baha mencontohkan, sopir yang mesti mengantar penumpang. Apabila baru adzan dan waktu sholat masih cukup panjang, lebih baik si sopir menyelesaikan tugas terlebih dahulu.
Advertisement
Baca Juga
Apa yang dicontohkan Gus Baha itu merupakan kearifan berdasar kaidah fiqih. Ulasan ini sekaligus menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Selasa (29/10/2024).
Artikel kedua yang juga populer yaitu guyonan Ustadz Das'ad Latif tentang pintu surga yang macet dan cara meresponsnya ala orang Amerika, Jepang dan Indonesia.
Sementara, artikel ketiga yaitu Kisah Mbah Kholil Bangkalan berguru kepada guru ghaib.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Baru Adzan Jangan Buru-Buru Sholat jika dalam Kondisi Seperti Ini, Ini Alasannya Menurut Gus Baha
Ketika adzan berkumandang, kebanyakan orang merasa harus segera meninggalkan aktivitasnya untuk menunaikan sholat. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, mengingatkan agar tidak terburu-buru beranjak jika waktu sholat masih panjang, terutama bagi mereka yang sedang bertugas seperti sopir.
Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menguraikan alasan dan pandangan fikih tentang hal ini, yang menuai banyak perhatian dan apresiasi.
Dalam video yang diunggah pada kanal YouTube @Dapurlukis, Gus Baha menjelaskan bahwa sholat memang memiliki waktu-waktu yang longgar, dan tidak semua situasi menuntut pelaksanaannya tepat setelah adzan.
Menurutnya, sholat bisa ditunda jika masih berada dalam rentang waktu yang luas, apalagi jika seseorang sedang bekerja atau berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Gus Baha, bagi seorang sopir atau seseorang yang tengah melayani orang lain, memutuskan untuk segera sholat begitu adzan berkumandang bisa berdampak pada pelayanan dan kenyamanan orang yang dilayani.
"Kalau sedang antar barang atau bercengkerama dengan teman, waktu sholat masih panjang, jadi tidak harus segera berhenti ketika adzan," ujarnya.
Advertisement
2. Guyonan Ustadz Das'ad Latif, ketika Pintu Surga Macet Indonesia yang Terakhir Maju
Dalam sebuah ceramah penuh canda dan tawa, Ustadz Das'ad Latif menghidupkan suasana dengan menyampaikan sebuah kisah jenaka tentang kejadian di depan pintu surga.
Dengan penuh kelakar, Ustadz Das'ad menggambarkan bagaimana para penghuni surga kelak harus menghadapi masalah teknis ketika akan memasuki gerbang surga. Ceramah yang lucu ini dikutip dari kanal YouTube @Hana_0201.
Ustadz Das'ad memulai ceritanya dengan situasi di mana pintu surga mendadak macet. “Ketika para calon penghuni surga siap masuk, tiba-tiba kunci pintu macet!” ujar Ustadz Das'ad sambil tersenyum.
Dengan gaya khasnya, ia melanjutkan bahwa malaikat yang menjaga pintu kemudian memanggil siapa saja yang bisa memperbaiki masalah tersebut.
Orang pertama yang maju, menurut cerita Ustadz Das'ad, adalah seseorang dari Jepang bernama Ajinomoto. “Orang Jepang ini langsung maju dan berkata, ‘Saya bisa perbaiki, tapi butuh biaya Rp3 juta,’” kata Ustadz Das'ad sambil menirukan gaya bicara yang formal.
Malaikat, yang bertanggung jawab atas gerbang surga, pun bertanya mengapa biayanya sebesar itu.
2. Kisah Mbah Kholil Bangkalan Berguru kepada Guru Ghaib, Karomah Wali
Karomah para ulama kerap menimbulkan kekaguman dan menjadi inspirasi bagi umat Islam di Nusantara. Salah satu kisah luar biasa adalah tentang KH Muhammad Kholil bin Abdul Lathif yang lebih dikenal dengan nama Mbah Kholil Bangkalan, sebagai sosok alim dengan karomah yang jarang ditemui.
Diceritakan bahwa Mbah Kholil muda sempat menimba ilmu dari seorang guru ghaib, Kiai Abu Darin. Kisah ini disampaikan dalam tayangan video di kanal YouTube @KaromahIslam, yang menggambarkan pengalaman spiritual Mbah Kholil yang penuh pelajaran.
Ketika masih muda, Syaikhona Kholil Bangkalan mendengar tentang keilmuan tinggi seorang kiai di Pasuruan bernama Kiai Abu Darin. Keinginan kuat untuk berguru membuat Kholil muda bertekad pergi ke sana dengan berjalan kaki.
Semangat yang membara membuat perjalanan panjang menuju Pasuruan terasa ringan, meskipun harus menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki.
Namun, harapan Kholil muda sirna saat tiba di Desa Wilungan, Pasuruan, tempat Kiai Abu Darin membuka pesantren. Di sana, Kholil menerima kabar bahwa Kiai Abu Darin telah wafat beberapa hari sebelum kedatangannya.
Rasa kecewa dan kehilangan menguasai hatinya, karena ia tidak dapat mewujudkan cita-citanya untuk berguru pada kiai yang sangat dihormati.
Advertisement