Liputan6.com, Jakarta - Hama wereng bisa jadi mimpi buruk bagi setiap petani. Sebab, serangan wereng bisa menyebabkan gagal panen.
Wereng yang kecil namun mematikan bisa menyebabkan padi mengering hingga mematikan seluruh batang dan daun tanaman.
Kehadiran wereng sering kali menjadi ancaman besar yang menyebabkan harapan panen sirna, mengakibatkan para petani terjerat dalam kesulitan ekonomi.
Advertisement
Dampak lebih lanjutnya bahkan dapat memengaruhi ketersediaan pangan, terutama bagi petani yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian mereka.
Namun, kisah luar biasa muncul dari masa KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan seorang gurunya, KH Muhammad Thohir atau yang dikenal sebagai Mbah Bungkuk.
Kisah ini dikisahkan dalam kanal YouTube @karomahislam, di mana diceritakan bagaimana sang wali menyelamatkan warga dari ancaman gagal panen akibat serangan wereng.
Mbah Bungkuk, salah satu guru KH Hasyim Asy’ari, dikenal luas sebagai wali dengan karomah atau kelebihan luar biasa. Hingga kini, karomah Mbah Bungkuk masih sering didiskusikan di kalangan santri Pesantren Bungkuk serta masyarakat sekitar.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Ajaib Mbah Bungkuk saat Ajak Hama Wereng Berdzikir
Masjid Thohiriah yang didirikan oleh Mbah Bungkuk menjadi saksi hidup dari keberadaannya, dengan empat pilar tiang kayu jati yang masih kokoh berdiri sampai sekarang, menjadi bukti keteguhan karomah beliau.
Tidak hanya itu, masjid tersebut menyimpan kisah keajaiban ketika Mbah Bungkuk memperlihatkan Ka'bah di depan warga untuk meyakinkan arah kiblat yang tepat.
Hal ini dilakukan saat pembangunan masjid berlangsung, di mana warga masih ragu-ragu terhadap arah kiblat. Mbah Bungkuk menunjukkan keajaiban dengan memperlihatkan Ka'bah agar warga yakin akan arah yang benar untuk beribadah.
Kisah tak kalah menarik muncul saat hama wereng mulai merusak tanaman padi warga sekitar. Mbah Bungkuk, melihat kesulitan yang dialami petani, segera turun tangan.
Namun, tindakan Mbah Bungkuk untuk mengatasi hama ini sangat tidak biasa dan bahkan penuh keajaiban. Alih-alih menggunakan pestisida atau cara lain yang umum dilakukan,
Mbah Bungkuk hanya berjalan mengelilingi sawah dan mengajak seluruh tanaman untuk berzikir kepada Allah.
Dengan izin Allah, apa yang dilakukan Mbah Bungkuk membuahkan hasil. Hama wereng yang tadinya merusak sawah warga secara ajaib menghilang, dan tanaman padi yang hampir layu kembali sehat dan tumbuh subur.
Para petani yang menyaksikan hal ini takjub melihat karomah Mbah Bungkuk yang berhasil mengatasi ancaman gagal panen hanya dengan berzikir.
Advertisement
Hikmah yang Bisa Diambil dari Kisah Ini
Kisah ini masih terus diceritakan dari generasi ke generasi di kalangan warga dan santri, menjadi pengingat akan keagungan Allah dan keutamaan dzikir dalam menghadapi setiap kesulitan.
Warga sekitar merasa sangat bersyukur karena dapat terhindar dari ancaman gagal panen yang bisa saja menghancurkan sumber penghidupan mereka.
Menurut para ulama, salah satu ajaran yang ditanamkan oleh Mbah Bungkuk adalah selalu bergantung pada Allah dalam setiap keadaan, terutama saat menghadapi kesulitan.
Dzikir yang dia ajarkan pada tanaman padi menjadi salah satu wujud dari keyakinan penuh akan kuasa Allah dalam melindungi makhluk-Nya dari marabahaya.
Mbah Bungkuk juga mengajarkan bahwa dzikir bukan hanya sekadar ritual, melainkan jalan hidup yang bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan duniawi, termasuk masalah ekonomi yang dihadapi para petani. Baginya, ketergantungan pada Allah merupakan landasan hidup yang sejati bagi seorang muslim.
Banyak pihak yang terinspirasi oleh cara Mbah Bungkuk dalam menolong para petani, melihat bagaimana beliau menggabungkan ajaran agama dengan upaya pelestarian lingkungan tanpa merusaknya.
Kisah Mbah Bungkuk telah mengajarkan bahwa segala sesuatu, bahkan tanaman, dapat diajak untuk berzikir kepada Sang Pencipta dan memohon pertolongan-Nya.
Hingga kini, kisah tersebut tak hanya menjadi penghibur di kala petani mengalami masa-masa sulit, tetapi juga menjadi bukti bahwa keberkahan dari Allah akan turun bagi orang-orang yang selalu menyebut nama-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul