Liputan6.com, Jakarta - Mempertahankan ketenangan saat berkomunikasi dengan pasangan memang penting, terutama ketika menghadapi perbedaan pendapat atau masalah. Ketika emosi memuncak, risiko salah paham dan konflik yang lebih besar bisa meningkat.
Cobalah untuk mengambil jeda sejenak, menarik napas dalam-dalam, atau memilih waktu yang tepat untuk membahas persoalan dengan kepala dingin. Dengan begitu, komunikasi bisa berlangsung lebih sehat dan saling menghargai, serta hubungan menjadi lebih harmonis.
KH Yahya Zainul Ma'arif, atau Buya Yahya, memberikan nasihat tentang dinamika hubungan suami istri yang seringkali diwarnai oleh sikap emosional tanpa alasan yang jelas.
Advertisement
Menurutnya, emosi dalam rumah tangga tidak selalu karena masalah besar, tetapi kadang terjadi karena cara berkomunikasi yang kurang tepat. Dalam sebuah ceramahnya, Buya Yahya menyoroti hal ini agar pasangan suami istri bisa lebih memahami pentingnya sikap saling menghormati.
Dalam penjelasannya, Buya Yahya menyampaikan bahwa ada banyak kasus di mana seorang istri mudah sekali merasa tersulut emosinya ketika berbicara dengan suaminya, meskipun suaminya menyampaikan dengan nada rendah dan penuh kelembutan.
Kondisi seperti ini, menurut Buya Yahya, bisa jadi terjadi karena kurangnya kematangan emosi dalam hubungan, dan hal ini kerap kali tidak disadari oleh pasangan suami istri.
Penjelasan ini dikutip dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @SantriMW, di mana Buya Yahya menjelaskan tentang pentingnya saling menghargai dalam rumah tangga. Ia mengatakan bahwa sikap emosional yang berlebihan, baik dari suami maupun istri, bisa merusak suasana keharmonisan dalam rumah tangga.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Biasanya Masalahnya
"Biasanya ini terjadi karena terlalu baiknya pasangan, sementara sang istri masih bersikap kekanak-kanakan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Buya Yahya juga menyinggung bahwa sering kali pasangan suami istri bisa bersikap sangat lembut terhadap orang lain, namun justru mudah marah ketika berinteraksi dengan pasangannya.
Hal ini menurutnya adalah tanda bahwa hubungan suami istri membutuhkan penyesuaian, terutama dalam hal komunikasi dan pengendalian emosi.
Buya Yahya juga memberikan pandangan bahwa ada cara komunikasi yang tepat antara suami dan istri, yakni tanpa adanya sikap merendahkan. Baginya, meskipun berkelakar dan bercanda diperbolehkan, namun harus tetap memperhatikan adab dalam bertutur kata.
“Tidak perlu ada candaan yang merendahkan,” ujarnya, menekankan bahwa bercanda dalam batas yang wajar lebih menambah keharmonisan daripada saling mengolok-olok.
Menurut Buya Yahya, komunikasi yang baik antara suami istri adalah yang saling menghormati tanpa melibatkan kata-kata yang menyakitkan. Ketika ada guyonan atau candaan yang berlebihan, justru hal ini bisa memicu masalah baru.
Advertisement
Meski di Keluarga, Bercanda Tetap Pakai Adab
“Bercanda boleh, tapi jangan sampai menjadi olok-olokan yang merendahkan satu sama lain,” tegasnya.
Dalam pandangannya, bahkan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi masalah jika tidak dibarengi dengan adab yang baik. Salah satu contohnya adalah kebiasaan yang sering dianggap sepele, seperti bercanda soal hal-hal yang tidak pantas.
“Mohon maaf ini majelis mulia, buang angin bukan suatu yang haram, tapi jika dilakukan dengan cara yang tidak beradab, maka menjadi tidak pantas,” tambah Buya Yahya.
Lebih jauh, Buya Yahya menekankan bahwa rumah tangga yang harmonis akan tercipta jika suami istri bisa menjaga tutur kata mereka, baik dalam hal serius maupun bercanda. Buya menegaskan bahwa guyonan yang berlebihan atau guyonan yang tidak sopan bisa membuat rasa hormat antara suami dan istri berkurang. Baginya, rasa hormat adalah fondasi penting dalam hubungan yang sehat.
“Jika sudah terlalu sering gojlok-gojlokan atau olok-olokan, maka hubungan tidak lagi terasa hormat,” ungkapnya. Menurut Buya, candaan yang merendahkan bahkan bisa berakibat pada menurunnya rasa percaya satu sama lain, yang pada akhirnya bisa merusak keharmonisan rumah tangga.
Buya Yahya mengingatkan bahwa dalam hubungan suami istri, ada batasan-batasan yang sebaiknya dijaga. Meskipun mungkin terlihat sebagai candaan ringan, tetapi ketika suami atau istri sering kali merendahkan satu sama lain, hal ini akan mengikis rasa saling menghargai. “Saling menghormati dalam setiap keadaan adalah yang utama,” pesannya.
Di akhir ceramahnya, Buya Yahya menyarankan agar pasangan suami istri tetap menjaga sikap saling menghargai, baik dalam komunikasi serius maupun saat bercanda. Ia berpesan agar pasangan bisa mengontrol emosi, terutama saat berinteraksi di dalam rumah tangga, agar hubungan tetap harmonis dan penuh kasih sayang.
Melalui nasihat ini, Buya Yahya mengajak pasangan suami istri untuk merenungkan cara berkomunikasi mereka, serta menghindari sikap emosional yang berlebihan. Dengan menjaga komunikasi yang baik dan adab dalam bertutur kata, pasangan diharapkan dapat menikmati hubungan yang lebih harmonis dan saling mendukung satu sama lain.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul