Liputan6.com, Jakarta - Kebijaksanaan Sayidina Ali bin Abi Thalib selalu menginspirasi para ulama dan umat Muslim hingga kini. KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab dikenal sebagai Gus Baha, membahas kekuatan dari kalimat-kalimat yang digunakan dalam bacaan wirid Sayidina Ali..
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @AlGhifari27, di mana Gus Baha membahas tiga kalimat khusus yang memiliki kekuatan spiritual luar biasa.
Menurut Gus Baha, kalimat-kalimat tersebut tak bisa ditandingi oleh hikmah manapun, kecuali oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri.
Advertisement
Ketiga kalimat ini bukan hanya ungkapan biasa, melainkan manifestasi dari kebesaran jiwa dan kedalaman iman Sayidina Ali.
Gus Baha menjelaskan, “Tentu, kalimat-kalimat ini luar biasa karena berasal dari seseorang yang sangat terhormat. Sayidina Ali memiliki martabat tinggi sebagai seorang hamba yang menyadari kebesaran Tuhannya.”
Baca Juga
Saat KH Hasyim Asy’ari Tak Sadar Gendong Nabi Khidir yang Menyamar Kakek Tua, Disaksikan Mbah Kholil Bangkalan
Gaji Pas-pasan, Pilih Sedekah atau Menabung untuk Masa Depan? Simak Jawaban Buya Yahya
Kisah Kocak Ustadz Das'ad Latif Jadi Tukang Bersih Toilet dan Tak Mau Dibayar karena Berharap Umrah Gratis
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Kalimat Wiridnya
Gus Baha kemudian menguraikan salah satu kalimat yang menyentuh hati. Sayidina Ali mengungkapkan kebanggaan menjadi hamba Allah, Tuhan yang Maha Sempurna. Ucapan ini menegaskan betapa besar rasa syukur yang dimiliki Sayidina Ali, yang merasa terhormat memiliki Tuhan seagung Allah SWT.
Dalam wirid tersebut, Sayidina Ali menyatakan bahwa ia sangat bangga menjadi hamba dari Sang Maha Pencipta. “Kalimat itu penuh rasa syukur dan penghambaan yang dalam. Tidak ada kebanggaan yang lebih besar daripada menjadi milik Allah,” ujar Gus Baha dengan penuh semangat.
Gus Baha juga menyampaikan, “Bayangkan jika seseorang harus menjadi hamba dari tokoh-tokoh zalim seperti Firaun atau Namrud.”
Kalimat tersebut menggambarkan betapa nistanya posisi manusia jika diperbudak oleh penguasa yang zalim dan tak beriman. Dengan kata lain, menjadi hamba Allah adalah kehormatan terbesar yang tak bisa dibandingkan dengan apa pun di dunia ini.
Ulama asal Rembang itu menekankan bahwa Sayidina Ali memahami betul perbedaan martabat seorang hamba berdasarkan siapa Tuhannya. Sebab, kehormatan seseorang diukur dari siapa yang ia sembah. “Kalau seseorang menyembah Allah, kehormatan itu menjadi tak tertandingi,” jelasnya.
Gus Baha menambahkan bahwa ada kekuatan luar biasa dalam kata-kata Sayidina Ali, terutama ketika ia menyatakan dengan penuh kerendahan hati bahwa menjadi hamba Allah adalah karunia yang sangat agung.
“Kalimat ini menunjukkan betapa Sayidina Ali memahami posisi dirinya di hadapan Tuhannya,” kata Gus Baha.
Advertisement
Kalimat Wirid yang Memiliki Kedalaman Makna
Kalimat-kalimat wirid ini, menurut Gus Baha, memiliki kedalaman makna yang tak mudah ditandingi. Para ulama sepakat bahwa ucapan Sayidina Ali ini sarat akan hikmah dan mengajarkan kesadaran penuh sebagai hamba yang taat dan bersyukur.
Di tengah ceramahnya, Gus Baha juga membahas betapa Sayidina Ali merasa cukup dan terpenuhi hanya dengan memiliki Tuhan seperti Allah. “Tak ada yang lebih cukup selain merasa menjadi bagian dari kehendak Allah SWT,” ujarnya.
Kalimat-kalimat tersebut menjadi pegangan hidup bagi banyak orang yang ingin memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Sang Pencipta. Sayidina Ali tidak sekadar mengucapkannya, melainkan mempraktikkan makna dari kata-kata itu dalam setiap tindakannya.
Gus Baha mengingatkan bahwa keagungan kalimat tersebut terletak pada keikhlasan dan kepasrahan Sayidina Ali kepada Allah SWT. Dalam pandangan Sayidina Ali, hidup hanya bermakna jika diarahkan kepada Tuhan yang Maha Esa. “Ini adalah pelajaran besar tentang bagaimana seorang manusia harus menempatkan dirinya di hadapan Allah,” jelasnya.
Ceramah Gus Baha membuat banyak pendengar terinspirasi untuk lebih mengenal Allah dan mensyukuri status mereka sebagai hamba-Nya. Penjelasannya yang ringan dan sederhana membawa pesan-pesan spiritual yang dalam, menjadikannya mudah dipahami oleh semua kalangan.
Bagi Gus Baha, kalimat-kalimat Sayidina Ali adalah bentuk pengakuan tertinggi atas kekuasaan Allah dan wujud kerendahan hati yang mutlak. Ucapan-ucapan tersebut mengajarkan manusia untuk senantiasa merasa cukup dengan keberadaan Tuhan, tanpa perlu mencari penghormatan dari sesama makhluk.
Di akhir ceramah, Gus Baha mengajak jamaah untuk meneladani sifat-sifat Sayidina Ali. Menurutnya, salah satu pelajaran terbesar adalah bersyukur atas kedudukan kita sebagai hamba yang memiliki Tuhan yang Mahaagung dan Maha Pemurah.
Kebijaksanaan Sayidina Ali, yang diangkat oleh Gus Baha, menyampaikan pesan abadi bahwa manusia tak boleh lupa siapa yang sebenarnya memberikan kehormatan dan kemuliaan. “Jangan pernah merasa hina jika Anda merasa cukup dengan Allah,” ujar Gus Baha sambil menutup ceramahnya.
Pesan tersebut memperkuat keimanan para pendengar dan membuat mereka merenung tentang betapa agungnya menjadi hamba Allah SWT. Ceramah ini menjadi refleksi yang sangat bermakna bagi setiap orang yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
Gus Baha berhasil membuat kebijaksanaan Sayidina Ali terasa lebih dekat dan relevan bagi kehidupan umat Islam saat ini. Dengan gaya penyampaiannya yang khas, Gus Baha menghidupkan kembali warisan spiritual Sayidina Ali yang tak pernah pudar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul