Liputan6.com, Jakarta - Santri-santri di pesantren seringkali memiliki keistimewaan yang diakui oleh para ulama. Salah satu kisah yang tetap abadi di tengah masyarakat adalah tentang Ahmad, santri yang diasuh oleh KH Kholil Bangkalan atau Mbah Kholil Bangkalan.
Ahmad berbeda dari santri lainnya karena kemampuan belajarnya yang sangat terbatas. Namun, di balik kekurangannya, ada keajaiban yang membuat kisahnya terus diceritakan.
Mbah Kholil, yang dikenal sebagai ulama kharismatik dari Madura, memiliki banyak santri yang cerdas dan taat. Namun, Ahmad adalah santri yang tidak pandai menghafal atau memahami bacaan sholat (bodoh-red).
Advertisement
Ahmad sering kali hanya diberi tugas sederhana, seperti memberi makan ayam. Kisah Ahmad ini menjadi bukti bahwa keajaiban bisa hadir pada siapa saja, terlepas dari kelemahan yang dimiliki.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Ceritaislami836, suatu ketika, Ahmad telat mengikuti sholat berjemaah di masjid. Mbah Kholil memanggilnya dan bertanya mengapa Ahmad tidak melaksanakan sholat sendiri jika tidak berjemaah. Dengan polosnya, Ahmad menjawab bahwa ia tidak tahu bacaan sholat. Perkataan ini membuat Kiai Kholil berpikir bagaimana cara membimbing Ahmad.
Kiai Kholil kemudian menyuruh Ahmad meniru bacaan syahadat yang diucapkannya. Namun, Ahmad tetap tidak mampu mengucapkan bacaan tersebut dengan benar. Menyadari hal itu, Kiai Kholil mencoba memberikan kalimat lain. "Beton sepuluh diambil sembilan, tinggal satu. Allahu Akbar," ucap Kiai Kholil. Kalimat ini ternyata bisa ditirukan Ahmad dengan lancar.
Setelah Ahmad berhasil mengucapkan kalimat tersebut, Kiai Kholil memberi arahan. "Jika kamu telat sholat dan tidak bisa melafalkan bacaan sholat, bacalah kalimat ini," kata Kiai Kholil. Ahmad pun memegang teguh pesan itu, menggunakannya sebagai pengganti bacaan sholat yang sulit baginya. Dari sinilah kisah keajaiban Ahmad mulai menyebar di kalangan santri dan masyarakat.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Antar Sandal Mbah Kholil ke Makkah dengan Bacaan Ini
Sebuah keajaiban terjadi ketika Kiai Kholil berangkat haji ke Makkah. Di pondok, Ahmad melihat bakiak atau sandal milik Kiai Kholil tertinggal. Ahmad merasa perlu untuk mengantarkan sandal itu kepada gurunya. Namun, Mekah adalah jarak yang sangat jauh dari Bangkalan. Bagaimana mungkin seorang santri yang tak tahu banyak bisa ke sana?
Ahmad, dengan penuh niat, menutup matanya dan membaca kalimat yang diajarkan oleh Kiai Kholil, "Beton sepuluh diambil sembilan, tinggal satu. Allahu Akbar." Setelah membaca kalimat itu, keajaiban pun terjadi. Ahmad, yang semula berada di pondok, tiba-tiba membuka matanya dan mendapati dirinya sudah berada di Makkah, tepat di belakang Kiai Kholil.
Sontak, Kiai Kholil merasa terkejut melihat Ahmad yang tiba-tiba muncul di tanah suci. Sandal yang tertinggal di pondok kini ada di tangan Ahmad, siap diantarkan. Hal ini menambah kepercayaan para santri dan masyarakat bahwa Ahmad memiliki keistimewaan yang luar biasa, berkat bimbingan Kiai Kholil.
Setelah menyerahkan sandal kepada Kiai Kholil, Ahmad kembali ke pondok dengan cara yang sama. Ia menutup matanya lagi dan membaca kalimat yang diajarkan. Saat membuka matanya, Ahmad sudah kembali di pondok seperti sebelumnya, seolah-olah tak pernah pergi ke mana-mana. Keajaiban ini menjadi perbincangan hangat di pesantren.
Kisah ini tak hanya membuat para santri takjub, tetapi juga memperkuat keimanan mereka. Bagi banyak orang, keajaiban yang terjadi pada Ahmad adalah bukti kekuatan doa dan niat yang tulus. Bahkan, santri yang dianggap tak pandai sekalipun bisa mendapatkan rahmat dan keajaiban dari Allah Ta’ala.
Advertisement
Ikhlas dan Ketulusan Merupakan Pelajaran dari Kisah Ini
Kiai Kholil dikenal sebagai sosok yang sangat arif. Ia mengajarkan kepada para santrinya bahwa ikhlas dan ketulusan hati adalah yang utama dalam menuntut ilmu dan beribadah. Ahmad, dengan segala keterbatasannya, menunjukkan bagaimana keajaiban bisa datang dari sesuatu yang sederhana, asal didasarkan pada niat yang lurus.
Pengalaman Ahmad juga menjadi pelajaran berharga tentang ketergantungan manusia pada kekuatan Allah. Betapa pun sulitnya keadaan, Allah Maha Kuasa mengatur segala sesuatu, bahkan memberi keajaiban pada seorang santri yang sekilas tampak tak berdaya. Kisah ini memberikan harapan bahwa semua orang, tanpa memandang kecerdasan, bisa memperoleh berkah yang tak terduga.
Tak sedikit orang yang merasa terinspirasi oleh kisah Ahmad. Keberadaan Kiai Kholil yang penuh hikmah semakin memperkuat cerita tersebut. Pesan dari kisah ini jelas: setiap orang, seberapa pun lemahnya, tetap memiliki potensi luar biasa jika mengandalkan Allah dengan sepenuh hati.
Di tengah kesederhanaan Ahmad, tersimpan pelajaran besar tentang keimanan dan keajaiban. Masyarakat yang mendengar cerita ini diharapkan bisa mengambil hikmah bahwa usaha yang penuh keikhlasan dan doa yang tulus tidak pernah sia-sia. Allah selalu melihat niat di balik setiap tindakan manusia.
Mbah Kholil Bangkalan terus diingat sebagai ulama yang membawa berkah, bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga karena kisah-kisah inspiratif seperti ini. Pesantren yang pernah ia asuh menjadi tempat penuh keberkahan, di mana keajaiban dan kebesaran Allah senantiasa dirasakan. Ahmad hanyalah satu contoh dari sekian banyak keajaiban yang terjadi di sekeliling Mbah Kholil.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul