Sukses

Anak Adalah Penerus Keimanan dan Sujud, Memperlakukannya Harus Begini Kata Gus Baha

Gus Baha mengajak setiap orang tua untuk merenungi makna sebenarnya dari kehadiran anak dalam kehidupan mereka. Ketika anak dilihat sebagai penerus iman dan sujud orang tua, maka keberadaan anak menjadi sesuatu yang sangat berharga.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, kehadiran anak sering kali dipandang sebagai beban tambahan, terutama jika mereka mempertimbangkan biaya pendidikan, pernikahan, hingga tanggung jawab membesarkan mereka.

Namun, pandangan ini justru menunjukkan cara berpikir yang keliru. KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, seorang ulama yang disegani, menegaskan pentingnya melihat anak bukan sebagai masalah, melainkan sebagai penerus kebaikan dan keimanan kita.

Gus Baha mengungkapkan bahwa jika seseorang melihat anaknya hanya sebagai sumber pengeluaran, maka anak tersebut akan dianggap sebagai masalah. “Kalau kamu bilang, 'Anak ini nanti butuh biaya kuliah, biaya menikah,’ maka kamu melihat anak ini sebagai problem,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya.

Pandangan semacam ini, menurut Gus Baha, akan membuat seseorang melihat anak sebagai beban hidup, bukan sebagai anugerah.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ngajisantri93, Gus Baha menekankan betapa pentingnya mengubah cara pandang tentang anak. Menurutnya, anak seharusnya dilihat sebagai penerus kebaikan dan amal sujud orang tua.

“Kalau kamu melihat anak ini sebagai penerus sujud saya, penerus kebaikan saya, maka kamu akan merasa senang,” tutur Gus Baha.

Gus Baha mengajak setiap orang tua untuk merenungi makna sebenarnya dari kehadiran anak dalam kehidupan mereka. Ketika anak dilihat sebagai penerus iman dan sujud orang tua, maka keberadaan anak menjadi sesuatu yang sangat berharga. Dengan begitu, kehadiran mereka menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kebaikan bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Anak Sebagai Penerus Iman

Menganggap anak sebagai penerus iman dan kebaikan akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Bagi Gus Baha, anak yang menunaikan ibadah dan sujud kepada Allah merupakan tabungan berharga bagi orang tua, baik di dunia maupun di akhirat.

"Tabungan saya adalah di anak saya yang sujud, cucu saya yang sujud, dan menjadi penyembah Allah, pecinta Rasulullah," ujar Gus Baha dengan penuh keyakinan.

Gus Baha juga menegaskan bahwa cara kita memandang anak sejak awal akan membentuk sikap kita terhadap mereka. Jika anak dipandang sebagai beban sejak awal, maka segala tanggung jawab terhadap mereka akan terasa berat. Sebaliknya, jika anak dipandang sebagai amanah dan investasi akhirat, maka keberadaannya akan disyukuri dan dinikmati.

Menurut Gus Baha, memandang anak sebagai penerus iman bukan sekadar sikap mental, melainkan juga bentuk keimanan kepada Allah. "Kalau Allah mengistilahkan anak itu apa? Kita melihat anak itu sebagai generasi penerus iman saya, generasi penerus sujud saya. Maka kita melihat anak ini dengan senang,” jelas Gus Baha dalam ceramahnya.

Bahkan, Gus Baha menyindir sebagian orang yang merasa kaget atau kecewa saat mendapati istrinya hamil, padahal memiliki anak adalah harapan yang diimpikan banyak orang. “Kalau dari awal melihat anak sebagai beban, maka anak ini akan terus dianggap sebagai problem, sampai kalau asik kumpul istri terus jadi hamil, malah kaget dan kecewa,” kata Gus Baha, mencontohkan fenomena ini.

Gus Baha mengingatkan agar setiap pasangan suami istri menyadari bahwa kehamilan dan kelahiran anak merupakan kehendak Allah yang harus diterima dengan rasa syukur. Anak bukanlah suatu hal yang perlu disesali atau dikhawatirkan. Justru, anak adalah amanah yang membawa keberkahan bagi keluarga.

3 dari 3 halaman

Punya Anak Itu Bahagia, Bukan Terbebani

Menurut Gus Baha, anak yang lahir adalah generasi penerus sujud, iman, dan kebaikan orang tua. “Melihat anak ini sebagai penerus sujud saya, generasi penerus iman saya, maka kita merasa senang,” ujar Gus Baha lagi, menekankan pentingnya perubahan sudut pandang dalam menerima kehadiran anak.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa jika orang tua benar-benar melihat anak sebagai penerus kebaikan, maka mereka akan merasa bangga dan bahagia, bukan terbebani. Kegembiraan ini bukan karena manfaat duniawi, melainkan karena mereka tahu bahwa anak-anak adalah aset akhirat yang akan menjadi sumber doa bagi mereka ketika sudah tiada.

Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak tentang keimanan dan kebaikan, sehingga mereka tumbuh sebagai individu yang taat kepada Allah dan mencintai Rasulullah. Gus Baha menyebutkan bahwa doa dan sujud anak adalah warisan paling berharga yang bisa orang tua tinggalkan.

Melihat anak sebagai penerus iman juga berarti orang tua memiliki tanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini. Orang tua seharusnya tidak hanya fokus pada materi, tetapi juga pada akhlak dan pendidikan agama anak-anak mereka.

Gus Baha mengingatkan bahwa jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh keimanan, maka mereka akan melanjutkan warisan kebaikan yang dimulai oleh orang tua. Hal ini membuat anak-anak tumbuh dengan fondasi yang kuat dalam iman dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya.

Di akhir ceramahnya, Gus Baha mengajak setiap orang tua untuk menyadari bahwa anak adalah titipan Allah yang harus dirawat dan dididik dengan penuh kasih sayang. Melalui anak-anak yang sholeh dan sholehah, orang tua akan merasakan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul