Sukses

Istri Curhat Masalah Rumah Tangga pada Orang Lain, Apakah Berdosa?

Begini hukum dan pandangan islam tentang istri yang menceritakan masalah rumahtangganya kepada orang lain.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika seseorang telah memutuskan untuk menikah maka sejatinya ia harus bisa menerima setiap kekurangan dari pasangannya. Namun, wajar ketika dalam menjalani kehidupan rumah tangga tak selamanya indah dan harmonis.

Pada beberapa situasi, konflik antara suami dan istri bisa saja terjadi. Konflik tersebut bisa bersifat ringan, namun dalam kondisi tertentu, dapat berkembang menjadi masalah besar yang berisiko mengarah pada kekerasan atau perceraian.

Seiring berjalannya waktu, terkadang masalah itu pun akhirnya membuat istri merasa kesulitan untuk menyimpannya sendiri dan membutuhkan seseorang untuk berbagi atau yang sering disebut dengan curhat.

Lantas, bagaimanakah pandangan Islam terhadap istri yang menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang lain? Apakah tindakan ini dianggap berdosa, atau adakah kelonggaran dalam syariat terkait hal ini?

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

Hukum Istri Curhat Masalah Rumah Tangga kepada Orang Lain

Mengutip dari bincangmuslimah.com, Berdasarkan analisis psikologis, manusia tidak bisa hidup sendiri. Sekaligus mengindikasikan bahwa manusia membutuhkan teman untuk bercerita dan membagi perasaan.

Adapun masalah menceritakan masalah rumah tangga pada orang lain, dalam Islam hukumnya boleh. Terlebih jika seusai curhat bisa membantu persoalan rumah tangga utuh kembali dan harmonis. Atau pun teman curhat tersebut bisa dipercaya dan dinilai bisa memberikan solusi, maka hukumnya boleh. Tidak masalah dalam Islam menceritakan masalah keluarga kepada orang lain, dengan catatan demi kebaikan bersama pasangan suami dan istri.

Hal ini pernah dicontohkan langsung oleh anak Nabi Muhammad, Fatimah Binti Rasulullah. Dalam sebuah riwayat Imam Al-Dzahabi dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, dari Suwaid bin Ghaflah, dijelaskan bahwa rumah tangga putri Rasulullah itu (Fatimah) dan Sayyidina Ali tengah mengalami kesulitan ekonomi. Dalam keadaan terjepit ini suaminya meminta Fatimah untuk menjelaskan dan menceritakan masalah rumah tangga mereka kepada Nabi untuk mendapatkan solusi terbaik. 

Mendapatkan perintah dari Sayyidina Ali, Fatimah  kemudian mendatangi ayahandanya dan berkata terkait masalah rumahtangganya;

Wahai Rasulullah, makanan para malaikat hanya membaca tahlil, tasbih dan tahmid, namun bagaimana dengan makanan kami? Maka Nabi SAW berkata; Demi Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi, api tidak pernah menyala di keluarga Muhammad selama tiga puluh hari. Kami hanya memiliki lima ekor kambing, jika kamu mau, kami akan menyuruh kamu membawa lima ekor kambing, dan jika kamu mau, aku ajarkan kamu beberapa kalimat yang telah diajarkan kepadaku oleh malaikat Jibril barusan. Fatimah berkata; Ajari aku kalimat yang diajarkan Malaikat Jibril kepada engkau. 

Kemudian Nabi SAW berkata, ‘Ucapkanlah; ‘Yaa awwalal awwaliin wa yaa aakhirol aakhiriina wa yaa dzal quwwatil matiin wa roohimal masakiin wa yaa arhamar roohimiin. Kemudian aku lakukan. Aisyah kemudian pergi menemui Sayidina Ali dan ia bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang engkau dapat? Aisyah menjawab, ‘Aku pergi dari sisimu untuk dunia dan aku sekarang kembali kepadamu dengan akhirat.’ Sayidina Ali berkata, ‘Sungguh baik harimu, sungguh baik harimu.

Hadis di atas menunjukkan bahwa masalah rumah tangga yang dialami, boleh diceritakan pada orang lain. terlebih jika itu membantu mengatasi persoalan rumahtangga. Seorang yang tengah mengalami krisis dalam rumahtangga, memang seyogyanya membutuhkan teman bercerita. Bahkan dianjurkan untuk menemui konsultan rumahtangga. Agar tak sampai pada perceraian. 

3 dari 3 halaman

Jangan Sampai Menceritakan Aib dan Menimbulkan Fitnah

Namun, ada juga yang penting diingat, dalam menceritakan rumahtangga tersebut jangan sampai membongkar aib atau menjelek-jelekkan suami yang tidak sesuai faktanya. Sebab yang demikian itu menimbulkan fitnah dan menghancurkan harga diri suami. 

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Sa’id RA, dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda: 

عن أبي سعيد رضي الله عنه قال أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ‏أن النبي صلى اللّه عليه وآله وسلم قال ان من شر الناس عند اللّه منزلة يوم القيامة يفضي إلى المرأة وتفضي إليه ثم ينشر سرها‏ 

“Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukannya disisi Allah pada hari kiamat kelak adalah seorang laki-laki yang mengetahui rahasia istrinya atau seorang istri yang mengetahui rahasia suaminya kemudian menceritakan rasa itu kepada orang lain.” (HR Muslim). 

Sementara itu, dalam hadis lain disebutkan bahwa menceritakan rahasia dan aib suami yang tidak sesuai dengan aslinya termasuk pengkhianatan besar. Dalam hadis yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa pasangan suami-istri dalam Islam memikul amanah agar tak menyebarkan aib dan rahasia pasangan masing-masing. Namun jika itu dilanggar, maka tergolong dalam pengkhianatan. Nabi SAW bersabda;

إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْأَمَانَةِ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا

Sesungguhnya termasuk (pelanggaran) amanah terbesar di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, lalu dia menyebarkan rahasianya.

Maka dapat disimpulkan bahwa menceritakan masalah rumahtangga dengan tujuan menjelek-jelekkan pasangan tidaklah diperbolehkan. Adapun jika menceritakan dengan tujuan untuk mencari solusi kepada seseorang yang dipercaya maka diperbolehkan. Wallahu a’lam.