Liputan6.com, Jakarta - Istana Negara kental dengan cerita-cerita mistis yang menyelimuti keberadaannya. Keangkeran Istana Negara ini sudah menjadi rahasia umum, termasuk bagi para staf dan tamu yang berkunjung. Namun, di era Presiden RI ke 4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, situasi itu berubah secara unik.
Dalam sebuah kisah yang terungkap lewat video di kanal YouTube @PojokHistory, terungkap bagaimana Gus Dur menghadapi suasana mistis di Istana Negara dengan cara yang tak biasa. Pendekatannya yang khas berhasil menghilangkan kesan angker yang selama ini melekat.
Cerita bermula saat Gus Dur mengadakan pengajian di Istana Negara. Di tengah pengajian, pohon beringin yang berdiri megah di halaman depan istana tiba-tiba mengeluarkan asap putih. Pemandangan ini tentu saja membuat para jamaah ketakutan.
Advertisement
Namun, alih-alih panik, Gus Dur dengan santai menyampaikan kepada jamaah agar tidak takut. Ia menyebutkan bahwa hantu-hantu tersebut sedang ikut pengajian.
Perkataan ini tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga menggambarkan sikap santai Gus Dur dalam menghadapi situasi mistis, yang bagi sebagian orang menakutkan alias angker.
Keberanian Gus Dur tak hanya terlihat saat menghadapi pohon beringin yang mengepulkan asap. Dalam beberapa kesempatan, Gus Dur bahkan berkomunikasi dengan "penghuni lain" istana.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Ucapan yang Digunakan Gus Dur Hadapi Hantu
Suatu ketika, ia mengungkapkan bahwa dirinya pernah diganggu oleh hantu. Dengan tenang, Gus Dur berkata, "Saya sudah tahu ada kamu. Jangan ganggu, ya. Kamu di duniamu, saya di dunia saya."
Pendekatan ini dianggap efektif. Tidak hanya membuat Gus Dur merasa nyaman di istana, tetapi juga memberikan rasa aman bagi keluarganya. Keluarga Gus Dur akhirnya merasa lebih berani tinggal di istana karena melihat sikap santai sang kepala negara.
Para staf istana pun mengakui bahwa suasana istana berubah selama masa kepemimpinan Gus Dur. Jika sebelumnya istana terkesan sepi dan menyeramkan, kini justru ramai oleh kehadiran berbagai kalangan. Dari politisi, pejabat, hingga masyarakat umum, semuanya dapat masuk tanpa rasa takut.
Menurut salah satu staf, Gus Dur bukan hanya menghilangkan kesan angker istana, tetapi juga menghadirkan kehangatan baru. Istana yang dulu dingin dan sunyi kala itu menjadi lebih hidup.
Bahkan, beberapa staf lain menyebut bahwa pendekatan Gus Dur untuk “mengajak ngobrol” makhluk halus ini menjadi cerita unik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini membuat aura mistis istana perlahan memudar.
Kisah pohon beringin yang mengeluarkan asap putih itu kemudian menjadi simbol dari keberanian Gus Dur dalam menghadapi hal-hal di luar nalar. Bagi banyak orang, keberanian ini menggambarkan sisi lain dari sosok Gus Dur yang tidak hanya bijak, tetapi juga santai dan humoris.
Advertisement
Hadapi Segala Masalah dengan Santai
Banyak pihak percaya bahwa cara Gus Dur memperlakukan hal-hal gaib justru mencerminkan sikapnya yang terbuka dan inklusif. Baginya, semua makhluk, baik yang kasat mata maupun tidak, berhak dihormati selama tidak mengganggu.
Pendekatan ini pula yang akhirnya menginspirasi para staf dan masyarakat untuk tidak lagi takut pada keangkeran istana. Sebaliknya, mereka belajar melihat sisi lain dari keberadaan makhluk gaib sebagai sesuatu yang bisa dihadapi dengan tenang.
Selain cerita mistis, masa kepemimpinan Gus Dur di istana memang dikenal penuh dengan momen-momen unik. Kehadirannya selalu membawa nuansa berbeda, baik dalam kehidupan bernegara maupun dalam kehidupan sehari-hari di istana.
Kini, cerita Gus Dur dan istana yang angker menjadi bagian dari sejarah yang menarik untuk dikenang. Pendekatan santainya tetap menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang tentang bagaimana menghadapi rasa takut.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa ketenangan, keberanian, dan sikap santai dapat menjadi kunci untuk menghadapi apa pun, termasuk hal-hal di luar nalar. Gus Dur telah memberikan contoh bagaimana rasa takut bisa diubah menjadi kekuatan.
Di era modern ini, cerita tersebut masih relevan. Banyak yang memetik pelajaran dari pendekatan Gus Dur, tidak hanya soal keangkeran istana, tetapi juga tentang bagaimana menghadapi berbagai tantangan hidup dengan cara yang penuh kedamaian.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul