Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah kesempatan yang penuh makna, ulama muda Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menceritakan sebuah pengalaman yang membuatnya terenyuh dan menitikkan air mata.
Kisah tersebut bermula dari seorang penggembala kambing yang penuh perhatian terhadap hewan yang ia pelihara. UAH menceritakan, penggembala tersebut tidak hanya sekadar menggembalakan kambing, tetapi juga memperlihatkan kepedulian yang luar biasa terhadap kebersihan dan hak-hak hewan.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @hasuriaceng8823, UAH menggambarkan momen ketika dirinya bertemu dengan seorang penggembala yang sedang merawat kambing dengan cara yang tidak biasa.
Advertisement
Pada waktu itu, UAH terkejut melihat mulut kambing yang ditutup dengan potongan botol minuman. UAH merasa penasaran dan langsung bertanya kepada penggembala tersebut mengenai tujuan dari tindakan yang dilakukannya itu.
Saat mendengar penjelasan dari penggembala kambing itu, UAH merasa sangat terharu. Ternyata, botol minuman tersebut digunakan untuk menutupi mulut kambing agar selama perjalanan, kambing tersebut tidak makan apa pun yang bukan haknya. Hal ini dilakukan oleh penggembala untuk menjaga agar kambing tetap dalam kondisi yang baik dan tidak mengonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur.
“Ini bukan karena kambingnya sakit, tapi karena kami baru membeli kambing ini dari tempat penangkaran. Kami tutup mulutnya dengan botol minuman sampai kami sampai ke sini supaya kambing ini tidak makan yang bukan haknya,” kata penggembala tersebut, seperti yang diceritakan UAH dalam video tersebut.
Mendengar penjelasan tersebut, UAH diam sejenak, merenungkan kata-kata penggembala itu. Dalam keheningan, perasaan UAH mulai terguncang. Ia merasa sangat tersentuh dan bahkan UAH menangis.
Betapa penggembala tersebut begitu peduli dengan hak-hak kambing yang ia rawat, sementara seringkali manusia tidak memperhatikan hak-hak sesama mereka.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Belajar dari sang Penggembala
Dalam waktu yang cukup lama, UAH merasa bahwa apa yang dilakukan penggembala kambing tersebut adalah bentuk pengamalan ajaran agama yang sangat mulia. Ia menilai bahwa tindakan penggembala itu sangat mencerminkan nilai-nilai kejujuran dan kepedulian yang harusnya juga dimiliki oleh setiap umat manusia. UAH pun mulai mengevaluasi dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan selama ini.
“Ya Allah, dia lebih layak untuk masuk ke dalam surgamu tanpa hisab,” kata UAH menahan tangis.
Kata-kata itu mengalir dari hati UAH yang merasa bahwa penggembala tersebut jauh lebih pantas mendapatkan pahala dari Allah karena pengamalan ajaran agama yang telah ia lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut UAH, penggembala tersebut justru memberikan contoh yang lebih baik dibandingkan dengan banyak orang yang sering mengajarkan kebaikan tetapi tidak mengamalkannya. “Apa yang sering kami ajarkan kepada orang lain, justru mereka yang praktikan dengan tulus. Ini adalah contoh nyata dari mereka yang benar-benar memahami nilai-nilai agama,” lanjut UAH dengan penuh kesedihan.
Setelah momen tersebut, UAH semakin menyadari betapa pentingnya untuk tidak hanya mengajarkan kebaikan, tetapi juga untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi dirinya untuk lebih meningkatkan kualitas iman dan amal dalam setiap langkah hidupnya.
Kisah ini, menurut UAH, menjadi cermin bagi umat Islam untuk lebih peduli terhadap sesama makhluk hidup, baik manusia maupun hewan. Penggembala kambing itu menunjukkan bahwa perhatian terhadap hak-hak makhluk lain adalah bagian dari iman yang sejati. Kepedulian ini bukan hanya sebatas tindakan baik, tetapi juga merupakan bentuk penghambaan yang tulus kepada Allah SWT.
Lebih lanjut, UAH menyampaikan bahwa sering kali manusia lupa untuk menjaga hak-hak makhluk lain dalam kehidupan mereka. Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita tidak hanya peduli terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap lingkungan sekitar, termasuk hewan yang menjadi bagian dari kehidupan kita.
Advertisement
UAH Ajak Perhatikan Amalan-Amalan Kecil
Apa yang dilakukan penggembala kambing tersebut seharusnya menjadi contoh bagi banyak orang, terutama dalam hal menjaga hak-hak makhluk hidup. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, hewan, dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Tindakan kecil seperti yang dilakukan oleh penggembala itu memiliki dampak besar terhadap kedamaian dan keberkahan dalam hidup.
UAH juga menekankan bahwa seringkali kita terjebak dalam kesibukan duniawi yang membuat kita lupa akan tanggung jawab kita terhadap makhluk hidup lainnya. Padahal, setiap perbuatan yang kita lakukan, baik terhadap manusia atau hewan, akan mendapat ganjaran dari Allah, baik itu buruk maupun baik.
Dalam kesempatan ini, UAH juga mengajak umat Islam untuk lebih memperhatikan amalan-amalan kecil yang terkadang terlewatkan, tetapi memiliki dampak yang besar di mata Allah. Kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun itu, jika dilakukan dengan ikhlas, akan mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya.
Momen ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa setiap tindakan kita, baik terhadap manusia, hewan, maupun alam, harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Menghargai hak-hak makhluk hidup adalah bagian dari ibadah yang harus kita laksanakan dengan sepenuh hati. Karena setiap makhluk hidup memiliki haknya di bumi ini, yang sudah diatur oleh Allah.
Mengakhiri cerita ini, UAH menekankan pentingnya untuk selalu belajar dari setiap kejadian yang kita alami. Kita bisa mendapatkan pelajaran berharga dari siapa saja, termasuk dari penggembala kambing yang mungkin terlihat sederhana, namun memiliki pelajaran yang luar biasa dalam kehidupan.
Kisah ini juga menjadi pembelajaran bahwa kadang-kadang orang-orang yang tampaknya sederhana dan jauh dari hiruk pikuk dunia, justru lebih dekat dengan Allah melalui amalannya yang tulus dan ikhlas. Mereka tidak mencari pujian atau pengakuan, tetapi hanya ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Kisah penggembala kambing ini mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan, meski tampaknya kecil dan sepele, tetap memiliki nilai di mata Allah, asalkan dilakukan dengan niat yang ikhlas dan hati yang bersih. Inilah yang seharusnya kita jaga dalam kehidupan sehari-hari, untuk selalu berbuat baik kepada sesama dan menjaga hak-hak makhluk hidup di sekitar kita.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul