Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kisah luar biasa tentang keberanian dan kebijaksanaan seorang ulama besar dari Jawa Barat, Abah Anom, kembali menjadi perbincangan. Pada masa pergolakan ideologi di Indonesia, Abah Anom menjadi salah satu target utama Partai Komunis Indonesia (PKI).
PKI melihat Abah Anom sebagai penghalang bagi gerakan mereka karena pengaruh besar yang dimiliki oleh Abah Anom di kalangan umat Islam. Terlebih, Abah Anom dikenal pula sebagai seorang wali yang dianugerahi banyak karomah.
Dengan tekad menyingkirkan sosok yang dianggap ancaman tersebut, PKIÂ mengirim beberapa orang untuk menjalankan misi pembunuhan. Strategi mereka tidak langsung menyerang, melainkan menyusup ke dalam lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya dengan menyamar sebagai santri.
Advertisement
Para penyusup ini berusaha menciptakan kesan baik di hadapan Abah Anom dan para santri lainnya. Mereka tinggal di pesantren, mengikuti kegiatan, dan mencoba berbaur dengan warga pesantren. Namun, di balik kepura-puraan tersebut, mereka menyimpan niat jahat untuk menghabisi Abah Anom ketika kesempatan tiba.
"Rencana mereka tampaknya sudah matang. Saat momentum yang dinilai tepat, mereka berencana menggunakan senjata api yang telah disembunyikan dengan rapi," demikian dikisahkan dalam tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626.
Namun, tanpa diduga, Abah Anom dengan kebijaksanaannya mengetahui niat tersembunyi mereka. Tidak ada yang menduga bagaimana Abah Anom bisa membaca rahasia tersebut, termasuk para penyusup sendiri.
Ketika momen konfrontasi tiba, Abah Anom memanggil mereka secara langsung. Dengan sikap tenang, ia meminta mereka untuk mengeluarkan senjata yang mereka sembunyikan. Para penyusup tersebut terkejut dan ketakutan. Mereka merasa rahasia mereka terbongkar tanpa ada yang memberi tahu.
Dalam situasi yang tegang itu, Abah Anom justru menunjukkan sikap luar biasa. Ia tidak marah, apalagi bertindak keras. Sebaliknya, ia tetap tenang dan mengucapkan kata-kata yang penuh makna. Kepada para penyusup, Abah Anom berkata.
"Senjata kalian tidak akan bisa membunuh saya. Saya tidak takut dengan senjata kalian. Saya hanya takut kepada Allah," katanya, kepada para pembunuh itu.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Penyusup Goyah dengan Kata-Kata Abah Anom
Pernyataan tersebut mengguncang hati para penyusup. Abah Anom melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika mereka ingin membunuhnya, mereka memerlukan senjata yang lebih kuat dari senjata api. Senjata tersebut, menurut Abah Anom, adalah iman yang kuat.
"Jika kalian memiliki iman yang kuat, kalian tidak akan mau membunuh saya, karena saya hanyalah ulama yang mengajarkan ilmu agama," ungkapnya.
Kata-kata itu menjadi titik balik bagi para penyusup. Niat mereka yang awalnya teguh untuk menjalankan perintah PKI mulai goyah. Keteguhan Abah Anom dalam menghadapi bahaya tanpa rasa takut mengejutkan mereka. Perlahan, hati mereka yang sebelumnya penuh kebencian mulai diliputi rasa penyesalan.
Keberanian Abah Anom dalam menghadapi situasi berbahaya tidak hanya menyelamatkan dirinya, tetapi juga menyentuh hati para penyusup. Satu per satu dari mereka akhirnya mengakui kesalahan dan menyatakan pertobatan di hadapan Abah Anom. Misi PKI yang dirancang untuk menyingkirkan Abah Anom pun gagal total.
Kisah ini menggambarkan kekuatan iman dan kebijaksanaan seorang pemimpin agama dalam menghadapi ancaman fisik maupun ideologi.
Abah Anom tidak hanya berhasil menggagalkan upaya pembunuhan terhadap dirinya, tetapi juga mengubah hati orang-orang yang sebelumnya menjadi musuhnya.
Advertisement
Penyusup Justru Bertobat
Pesan yang disampaikan oleh Abah Anom kepada para penyusup juga mengingatkan kita akan pentingnya kekuatan iman dalam menghadapi segala macam godaan atau ancaman. Ia menunjukkan bahwa keberanian sejati tidak hanya terletak pada kekuatan fisik, tetapi juga pada keteguhan hati untuk selalu berpihak kepada kebenaran.
Para penyusup yang bertobat akhirnya memilih untuk meninggalkan PKI dan kembali ke jalan yang benar. Mereka juga meminta maaf kepada Abah Anom atas niat buruk yang pernah mereka miliki. Abah Anom, dengan kebesaran hatinya, menerima permintaan maaf tersebut dan mengajak mereka untuk mendalami ilmu agama di pesantren.
Kisah ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kekuatan iman dan kebijaksanaan dapat mengatasi permusuhan yang dilandasi oleh ideologi yang bertentangan. Abah Anom tidak hanya menyelamatkan dirinya, tetapi juga memberikan kesempatan kedua kepada mereka yang pernah berniat mencelakainya.
Pondok Pesantren Suryalaya tetap menjadi tempat yang damai dan menjadi pusat dakwah Islam di Jawa Barat. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam di seluruh Indonesia untuk tetap berpegang pada iman dalam menghadapi berbagai ancaman.
Keberanian dan kebijaksanaan Abah Anom terus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisah ini juga mengingatkan bahwa dalam menghadapi kebencian, sikap sabar dan bijaksana sering kali menjadi senjata paling ampuh untuk mengubah hati manusia.
Dengan segala kebesaran hati dan keteguhannya, Abah Anom menjadi teladan nyata bagaimana seorang ulama mampu menghadapi ancaman fisik dan ideologi dengan cara yang tidak hanya menginspirasi umat Islam, tetapi juga menciptakan perubahan positif bagi para lawannya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul