Liputan6.com, Jakarta - Hidup adalah perjalanan penuh dengan kehilangan. Namun, ada satu hal yang tidak boleh luput dari genggaman manusia hingga akhir hayatnya, sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam, seorang pendakwah muda asal Blitar. Pesan ini mengingatkan umat Islam tentang esensi utama dalam kehidupan.
Mengutip sebuah ceramah yang di kanal YouTube @Jedasesaat, Gus Iqdam menyampaikan pesan mendalam mengenai apa yang benar-benar penting untuk dijaga oleh manusia.
"Manusia itu pada sejatinya boleh kehilangan apa saja. Kehilangan harta boleh, karena itu hanya titipan Allah. Kehilangan keluarga juga boleh, sebab semuanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya," ucapnya.
Advertisement
Namun, ia menekankan, "Hanya satu yang tidak boleh kita kehilangan sampai akhir hayat, yakni kehilangan Allah SWT."
Pernyataan ini menyiratkan pentingnya hubungan spiritual dengan Sang Pencipta sebagai pusat kehidupan.
Menurut Gus Iqdam, harta dan keluarga adalah bagian dari dunia yang fana. Semua itu bersifat sementara dan sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh Sang Pemilik. Hal ini, lanjutnya, sejalan dengan prinsip Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, yang berarti segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Manusia Sering Terjebak Kebiasaan Duniawi
Pesan ini hadir di tengah realitas kehidupan modern, di mana manusia sering kali terjebak dalam kesibukan duniawi. Gus Iqdam mengingatkan, fokus utama manusia seharusnya adalah menjaga hubungan dengan Allah SWT.
"Kalau kehilangan Allah, hidup kita akan kehilangan arah," tegasnya.
Kehilangan Allah, menurut Gus Iqdam, tidak hanya berarti jauh dari ibadah, tetapi juga hilangnya rasa syukur dan keimanan. Ia menambahkan bahwa banyak orang yang terpuruk bukan karena kehilangan harta atau keluarga, tetapi karena tidak lagi merasa dekat dengan Sang Pencipta.
Ceramah tersebut mengundang berbagai respons dari warganet. Banyak yang mengaku terinspirasi dan termotivasi untuk lebih memperbaiki diri. Salah satu komentar di video tersebut menyebutkan, "Pesan yang sangat sederhana tapi mengena. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya."
Pesan ini menggarisbawahi pentingnya keberserahan kepada Allah SWT. Kehidupan dunia memang penuh godaan, namun manusia harus senantiasa ingat bahwa tujuan akhir adalah kembali kepada Sang Pencipta.
Gus Iqdam juga mengajak umat Islam untuk tidak menjadikan harta dan keluarga sebagai sumber kebahagiaan utama. "Kalau semua itu hilang, tapi kita masih punya Allah, kita tidak akan kehilangan segalanya," ujarnya.
Advertisement
Siap-siap Hancur Sampai Kehilangan Allah SWT
Dalam konteks kehilangan, Gus Iqdam menekankan pentingnya bersikap ikhlas. Menurutnya, keikhlasan adalah kunci untuk menjalani hidup tanpa beban berlebih, sebab semua yang ada di dunia hanyalah titipan.
Ia juga mengingatkan bahwa kehilangan Allah SWT adalah kehilangan sejati yang akan membawa kehancuran, baik di dunia maupun akhirat. "Semua yang kita miliki di dunia hanya sementara, tapi Allah itu abadi. Kalau kita kehilangan yang abadi, bagaimana kita bisa hidup?" tanyanya retoris.
Ceramah ini menjadi pengingat bagi banyak orang untuk merenungkan kembali prioritas dalam hidup. Kesibukan dalam mengejar duniawi sering kali membuat manusia lupa akan tanggung jawabnya kepada Allah SWT.
Melalui pesannya, Gus Iqdam berharap umat Islam dapat menjaga keseimbangan antara usaha duniawi dan hubungan spiritual. "Kehilangan Allah itu berarti kita kehilangan pegangan hidup. Jangan sampai itu terjadi," pungkasnya.
Pendakwah asal Blitar ini juga mengajak umat Islam untuk lebih giat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah dan doa. "Allah itu dekat, lebih dekat dari urat nadi kita. Tapi terkadang kita yang menjauh," katanya.
Pesan Gus Iqdam seolah menjadi oase di tengah dahaga spiritual masyarakat. Kehidupan duniawi yang penuh tantangan dan kehilangan tidak seharusnya membuat manusia melupakan hakikat hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Melalui ceramah tersebut, Gus Iqdam mengajak setiap orang untuk menjadikan Allah sebagai poros utama dalam hidup. Karena pada akhirnya, hanya kepada-Nya kita akan kembali.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul