Sukses

Firasat Gus Dur dan Gus Miek soal Kematian dan di Mana Dimakamkan, Kisah Karomah Wali

Bagi masyarakat yang mendengar cerita ini, ada banyak hikmah yang bisa diambil. Salah satunya adalah bagaimana menghadapi kematian dengan tenang dan penuh keyakinan.

Liputan6.com, Jakarta - Dikisahkan, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia, pernah berbagi cerita saat menghadiri acara Sama'an Al-Qur'an Jantiko Mantap.

Dalam sambutannya, Gus Dur mengisahkan sebuah percakapan dengan Gus Miek atau KH Hamim Thohari Djazuli, seorang ulama kharismatik dari Jawa Timur, yang juga pendiri sekaligus pimpinan majelis tersebut.

Dalam tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, Gus Dur menyebut bahwa Gus Miek pernah menawarkan kepada dirinya sebuah tempat pemakaman di Makam Aulia Tambak, Kediri.

"Apakah Anda bersedia dimakamkan di Makam Tambak? Nanti yang pertama kali dimakamkan di sana adalah Kiai Anis, lalu Kiai Ahmad, kemudian saya," ujar Gus Miek kepada Gus Dur.

Mendengar tawaran tersebut, Gus Dur dengan santai menjawab, "Saya belakangan saja, Gus,".

Jawaban tersebut menunjukkan keakraban antara dua tokoh besar ini dalam membahas sesuatu yang sering dianggap tabu, yaitu kematian.

Kisah ini kemudian diperkuat oleh cerita dari Kiai Syaifullah, salah satu ulama dari Kediri. Menurut Kiai Syaifullah, dirinya pernah diperintahkan oleh Gus Miek untuk menemui Gus Dur.

Tugasnya adalah meminta kesediaan Gus Dur agar nantinya dimakamkan di Desa Tambak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Inilah yang Terjadi dengan Ucapan Gus Miek

Namun, Kiai Syaifullah mengaku selalu gagal setiap kali mencoba menemui Gus Dur. Dalam sebuah kesempatan, ia akhirnya menyampaikan kepada Gus Miek bahwa Gus Dur sepertinya enggan untuk dimakamkan di Desa Tambak.

"Sepertinya Gus Dur punya rencana lain," ujar Kiai Syaifullah.

Dengan berjalannya waktu, perkataan Gus Miek akhirnya terbukti. Yang pertama kali wafat dan dimakamkan di Makam Desa Tambak adalah Kiai Anis Ibrahim. Setelah itu, Kiai Ahmad Siddiq menyusul, lalu diikuti oleh Gus Miek sendiri.

Cerita tentang Gus Miek ini menunjukkan betapa karomah seorang wali sering kali terkait dengan prediksi yang menjadi kenyataan. Hubungan erat antara Gus Dur dan Gus Miek juga menjadi salah satu contoh keharmonisan dua tokoh besar dalam menjaga tradisi keislaman.

Pada akhirnya, apa yang disampaikan Gus Dur, "Saya belakangan saja, Gus," juga terbukti. Gus Dur wafat pada tanggal 30 Desember 2009, beberapa tahun setelah Gus Miek meninggal dunia.

Kisah ini menjadi pengingat tentang bagaimana para ulama besar memandang kematian dengan penuh ketenangan. Bagi mereka, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan menuju keabadian.

Hubungan antara Gus Dur dan Gus Miek juga mencerminkan bagaimana dua tokoh dengan latar belakang yang berbeda saling menghormati dan mendukung.

3 dari 3 halaman

Kisah 2 Gus Ini Sering Dicari

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang mengutamakan toleransi dan pluralisme, sementara Gus Miek adalah seorang ulama yang mengedepankan dakwah dengan pendekatan spiritual.

Pemakaman di Makam Desa Tambak sendiri kini menjadi salah satu tempat ziarah yang dihormati oleh umat Islam. Banyak peziarah datang untuk mendoakan para ulama yang dimakamkan di sana, termasuk Gus Miek.

Kisah-kisah tentang Gus Miek sering kali penuh dengan hikmah dan keajaiban. Begitu pula dengan cerita yang melibatkan Gus Dur. Kedua tokoh ini memberikan teladan bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dijalani dengan ikhlas dan tawakal.

Perbincangan tentang kematian antara Gus Dur dan Gus Miek juga menjadi pelajaran penting tentang arti persahabatan. Mereka saling mendukung dan saling menghormati hingga akhir hayat.

Bagi masyarakat yang mendengar cerita ini, ada banyak hikmah yang bisa diambil. Salah satunya adalah bagaimana menghadapi kematian dengan tenang dan penuh keyakinan.

Makam Desa Tambak kini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir para ulama, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan keabadian ajaran Islam yang diajarkan oleh Gus Miek dan Gus Dur.

Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus meningkatkan keimanan dan meneladani para ulama yang telah memberikan contoh hidup yang penuh keberkahan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul