Sukses

Ketika Orang Beriman Sakit, Ini Sebenarnya yang Terjadi Kata Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, ada tiga tujuan utama yang Allah kehendaki ketika seorang beriman mengalami sakit atau musibah. Semua ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Liputan6.com, Jakarta - Sakit adalah bagian dari pengalaman umum yang bisa dialami oleh siapa saja. Namun bagi orang beriman, sakit sering kali dipandang lebih dalam, berbada dari orang kebanyakan.

Dalam sudut pandang spiritual, sakit bukan sekadar penderitaan fisik, melainkan ujian dan pengingat akan kuasa Sang Pencipta. Ujian ini dimaknai sebagai cara untuk membersihkan dosa, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan melatih kesabaran serta keikhlasan.

Sakit yang dialami seorang hamba beriman menyimpan makna mendalam. Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya mengupas hikmah di balik musibah, khususnya sakit, yang menimpa orang beriman.

Menurut Buya Yahya, ada tiga tujuan utama yang Allah kehendaki ketika seorang beriman mengalami sakit atau musibah. Semua ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Penjelasan ini mengingatkan bahwa setiap kejadian memiliki hikmah yang besar jika direnungkan dengan baik.

"Tujuan pertama dari sakit yang dialami seorang beriman adalah untuk menghapus dosa-dosa. Dengan demikian, ketika dia berpindah ke alam barzakh atau menghadapi hari kiamat, dia tidak lagi mendapatkan siksa," ungkap Buya Yahya dalam video tersebut.

Penghapusan dosa ini adalah bentuk pembersihan dari kesalahan yang pernah dilakukan seorang hamba. Buya Yahya menjelaskan, sakit yang dirasakan dengan sabar dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya di dunia.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Dua Hal Lainnya

Selanjutnya, tujuan kedua adalah untuk mengangkat derajat. Buya Yahya menyebut bahwa setiap cobaan yang dihadapi dengan sabar akan menjadi penentu tingginya kedudukan seseorang di sisi Allah.

"Semakin berat ujian yang dihadapi, semakin tinggi derajat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya," tambahnya.

Pengangkatan derajat ini menjadi bukti bahwa Allah memberikan penghargaan atas keteguhan hati seorang hamba. Kesabaran dan keikhlasan dalam menerima musibah menjadi faktor utama yang mendukung proses ini.

Tujuan ketiga, menurut Buya Yahya, adalah sebagai bentuk pahala yang tak terduga. Sakit yang diterima dengan penuh keikhlasan dapat menghasilkan pahala yang melebihi ibadah-ibadah besar lainnya. "Pahalanya bisa lebih besar dari salat tahajud bermalam-malam, puasa berbulan-bulan, atau salat berpuluh-puluh rakaat," jelasnya.

Perbandingan ini menegaskan betapa besarnya ganjaran yang diberikan Allah kepada mereka yang sabar menghadapi cobaan. Pahala ini, lanjut Buya Yahya, sering kali mengejutkan orang-orang beriman ketika mereka menyadari besarnya karunia Allah.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa sakit dan musibah bukanlah tanda bahwa Allah tidak sayang kepada hamba-Nya. Sebaliknya, semua itu adalah bagian dari rencana besar yang penuh hikmah. “Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Setiap musibah pasti ada hikmahnya," ujarnya.

Dalam menghadapi sakit, seorang hamba disarankan untuk tetap bertawakal dan bersabar. Buya Yahya menekankan pentingnya doa sebagai wujud penghambaan kepada Allah. Doa juga menjadi sarana untuk memohon kekuatan dan petunjuk dalam menjalani ujian hidup.

3 dari 3 halaman

Apa yang Dilakukan Jika Sakit?

Sebagai bagian dari keimanan, seorang muslim diajarkan untuk selalu bersangka baik kepada Allah. Buya Yahya mengingatkan bahwa setiap cobaan adalah bentuk perhatian dari Allah untuk mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya.

"Orang beriman harus yakin bahwa Allah tidak pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Apa pun yang terjadi, tetaplah berprasangka baik kepada Allah," pesannya.

Buya Yahya juga menambahkan bahwa sikap keluarga dan orang-orang terdekat sangat penting dalam mendukung seseorang yang sedang sakit. Dengan memberikan dukungan moral dan spiritual, mereka turut membantu proses penyembuhan, baik secara fisik maupun batin.

Sebagai penutup, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk melihat sakit dan musibah sebagai peluang untuk memperbaiki diri. "Jadikan sakit sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak doa, dan memperbaiki ibadah," pungkasnya.

Penjelasan Buya Yahya ini memberikan sudut pandang yang positif dalam menghadapi ujian hidup. Dengan memahami hikmah di balik musibah, seorang muslim dapat menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan keyakinan akan kasih sayang Allah yang tak terbatas.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul