Liputan6.com, Jakarta - Taubat dan membaca istighfar adalah langkah penting dalam membersihkan diri dari dosa dan mendekatkan hati kepada Allah. Dengan taubat, seseorang mengakui kesalahannya, menyesalinya, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya.
Membaca istighfar, mengucapkan Astaghfirullahal'adzim, menjadi wujud permohonan ampun kepada Allah, sekaligus pengingat bahwa manusia tidak luput dari kesalahan.
Betapa pentingnya taubat dalam kehidupan seorang muslim menjadi perhatian Gus Baha. Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @Sentrasantri, ia menyoroti fenomena yang terjadi di masyarakat terkait taubat dan istighfar.
Advertisement
Menurut Gus Baha, taubat merupakan anugerah besar yang diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Berbeda dengan umat terdahulu yang harus melakukan tindakan berat seperti membunuh diri untuk bertaubat, umat Nabi Muhammad hanya diminta untuk beristighfar.
"Jadi umat Nabi sekarang tidak usah sok suci. Cara kamu dikandani, kamu taubat mateni awak dhewe. Taubat umat Nabi Muhammad SAW itu gampang banget, disuruh istighfar tanpa harus hal berat," ujar ulama bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini.
Namun, ia menyayangkan banyak orang yang tidak memanfaatkan kemudahan tersebut. "Taubat umat Nabi ini hanya istighfar, disuruh istighfar saja tidak mau," tambahnya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tentang Istighfar di Sepertiga Malam
Gus Baha juga mengingatkan pentingnya waktu sepertiga malam terakhir untuk beristighfar. Dalam firman Allah, waktu tersebut adalah saat Allah turun ke langit dunia untuk memberikan ampunan dan memenuhi permintaan hamba-Nya.
"Dalam sepertiga malam, siapa yang meminta maaf akan dimaafkan, siapa yang meminta akan diberi," jelasnya.
Sayangnya, fenomena yang terjadi di masyarakat sering kali keliru. Gus Baha mengkritik kebiasaan banyak orang yang beristighfar sambil menangis saat bersama-sama, tetapi ketika sendirian, mereka justru melewatkan waktu mustajab tersebut.
"Sekarang orang-orang salah kaprah, istighfar bareng orang banyak nangis, tapi pas setengah empat pagi malah menguap-menguap," ungkapnya.
Gus Baha menekankan bahwa waktu sepertiga malam adalah momen paling mujarab untuk taubat dan memohon kepada Allah.
"Nek wengi kari sepertiga Aku (Allah SWT) turun, sing istighfar tak sepuro, sing njaluk tak kasih," katanya, mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu tersebut.
Namun, yang sering terjadi adalah sebaliknya. Banyak orang mengabaikan waktu mustajab tersebut dengan lebih memilih tidur. "Malahan istighfar angop, angop terus turu. Kui pas mustajab banget," tambah Gus Baha dengan nada mengingatkan.
Ia juga menyoroti bagaimana masyarakat sering kali lebih fokus pada ritual bersama daripada memperhatikan hubungan pribadi dengan Allah. Menurutnya, istighfar dan taubat seharusnya dilakukan dengan penuh kesadaran, baik dalam kesendirian maupun dalam kebersamaan.
Â
Advertisement
Ajakan Gus Baha Pentingnya Taubat
Dalam penjelasannya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak hanya memahami pentingnya taubat, tetapi juga melaksanakannya dengan benar.
Ia menekankan bahwa istighfar bukan hanya ucapan, tetapi juga perenungan mendalam atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Gus Baha menambahkan, taubat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ampunan-Nya. "Taubat itu bukan sekadar kewajiban, tapi juga tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya," ujarnya.
Melalui ceramahnya, Gus Baha mengingatkan bahwa setiap manusia pasti memiliki dosa. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menunda taubat.
"Kita semua punya dosa. Jangan tunggu nanti untuk bertaubat, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput," pesannya.
Sebagai penutup, Gus Baha mengajak umat Islam untuk memanfaatkan waktu-waktu mustajab, terutama sepertiga malam, untuk beristighfar dan memohon kepada Allah. "Jangan tunggu ramai-ramai untuk istighfar. Saat sendiri pun, manfaatkan waktu terbaik untuk taubat," pungkasnya.
Pesan Gus Baha ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tidak menunda taubat dan lebih serius dalam memanfaatkan waktu-waktu mustajab. Dengan istighfar yang tulus, setiap hamba memiliki peluang besar untuk mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â