Liputan6.com, Jakarta - Ulama asal Rembang yang merupakan guru Gus Baha, yakni KH. Maemoen Zubair atau lebih akrab dengan sapaan Mbah Moen menerangkan salah satu karomah yang dimiliki salah seorang wali asal negeri Jailan atau Jilan, Persia (sekarang Iran).
Nama waliyullah tersebut ialah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Syaikh Abdul Qadir al-Jilani ini tersohor sebagai salah seorang tokoh sufi dan merupakan salah satu pelopor tasawuf thariqati. Beliau adalah pendiri tarekat Qadiriyah.
Advertisement
Baca Juga
Beliau juga memperoleh julukan agung dan mulia yakni sebagai sulthanul awliya atau rajanya para wali. Berdasarkan riwayat, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani mendapat julukan in lantaran kebersihan hatinya yang tidak sedikitpun terbersit keinginan yang buruk.
Selain itu, gelar ini disematkan kepada beliau karena memang beberapa karomah dahsyat yang dimilikinya yang tentu saja sudah dinalar dengan akal sehat namun nyata.
Tidak Butuh kepada Selain Allah
Mbah Moen mengisahkan karakteristik waliyullah yang tidak membutuhkan apa-apa terlebih dengan gemerlapnya dunia. Mereka sama sekali tidak membutuhkan itu semua.
Mereka hanya membutuhkan Allah SWT. Dalam otak dan benaknya, tak lagi terfikirkan dunia. Mereka hanya sibuk memikirkan Dzat Yang Maha Tunggal, yakni Allah SWT.
“Wali-walinya Allah itu tidak butuh, tidak butuh ini dan itu, semua dari Allah SWT,” papar guru Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @SholehOfficial036, Selasa (26/11/2024)
“Itu wali-walinya Allah SWT,” sambungnya.
“Tidak ada yang berfikir di perkara dunia, yang dipikir hanya Allah SWT,” tandasnya.
Advertisement
Tak Kelaparan saat Menyendiri
Lebih lanjut Mbah Moen menerangkan bahwa waliyullah ini mulut dan hatinya selalu sibuk menyebut Allah SWT. Mereka senantiasa dekat dengan Sang Pencipta alam semesta.
“Allah…Allah…Allah…,” tuturnya.
Mbah Moen menerangkan salah satu wali yang sangat dekat dengan Allah SWT sehingga saat sedang sendirian saja ia tidak pernah merasakan kelaparan. Selalu saja ada yang memberi makanan.
“Ini walinya Allah SWT seperti Syaikh Abdul Qadir al-Jilani RA. Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menyendiri juga dikasih makan sebab wali,” terangnya.
“Oleh sebab itu wali dengan tidak wali beda, meskipun seberapa tinggi kamu tidak wali itu ya berbeda,” pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul