Sukses

Terlanjur Terima Duit Serangan Fajar Pilkada, Harus Bagaimana? Simak Kata Buya Yahya

Jika kepalang terima serangan fajar Pilkada, harus bagaimana? Simak berikut nasihat dari Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia akan mencoblos calon kepala daerah secara serentak pada Rabu, 27 November 2024. Pilkada Serentak ini dilaksanakan di seluruh Indonesia untuk memilih bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota, serta gubernur dan wakil gubernur.

Pilkada 2024 menjadi momentum masyarakat untuk memilih pemimpin daerahnya. Lima menit di tempat pemungutan suara (TPS) akan menentukan nasib lima tahun ke depan pembangunan di daerahnya.

Memilih calon pemimpin saat Pilkada harus dilandasi hati nurani dan melihat secara objektif mungkin terhadap calon-calonnya. Bila perlu, mengkaji ulang visi-misi hingga program kerjanya sebelum mencoblos calon tersebut.

Namun, tak dapat dipungkiri jika masih ada orang yang memilih calon kepala daerah karena serangan fajar alias amplop politik yang diberikan sebelum pencoblosan. Ini fenomena yang sering ditemukan di beberapa daerah.

Lantas, jika kepalang terima serangan fajar Pilkada, harus bagaimana? Simak berikut nasihat dari Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kata Buya Yahya soal Amplop Politik

Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tidak menerima pemberian amplop politik, meskipun uang politik tersebut tidak mengharuskan memilih calon tertentu. Menurut Buya Yahya, yang jadi masalah dalam politik uang bukan soal tulus dan ikhlas. 

“Permasalahannya bukan itu. Hati kita itu cenderung kepada dunia kuat sekali, sehingga menjadi kita itu tidak enakan karena merasa kita sudah menerima. Padahal dia tidak pantas untuk kita pilih lalu kita pilih. Maka lebih baik urusan hadiah jangan dihubungkan dengan pemilihan,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (26/11/2024).

Dalam politik uang, yang dikhawatirkan Buya yahya adalah sumber uangnya. Ia berpandangan bahwa bukan tidak mungkin uang tersebut berasal dari orang terkaya di negeri ini yang sudah ada janji-janji politik dengan calon pemimpin yang didukungnya.

“Nah, setelah jadi bagaimana dia akan menyejahterakan rakyat sementara dia sendiri punya kewajiban untuk mengembalikan (dana) karena dia nggak punya duit, tapi kok bisa bagi-bagi duit kan aneh,” tuturnya.

“Jadi banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjadikan kita jerumuskan dia. Kalau memang kita percaya dia orang baik, kita katakan, ‘Pak cukup gak usah Anda keluarkan uang karena aku tahu kamu orang baik dan kamu tidak punya duit. Maka gak usah bagi-bagi. Karena kamu baik kamu maka saya akan pilih’,” Buya Yahya menambahkan.

3 dari 3 halaman

Jika Terlanjur Terima Amplop Politik

Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan membiasakan menerima pemberian uang dari tim sukses (timses) manapun. Kalau masalah diajak makan atau makan makanan ringan darinya masih dianggap wajar, tetapi tetap waspada dan kalau perlu menghindar.

“Harapan kami adalah Anda jangan biasakan dengan pemberian itu takut hati Anda terbelih. Kemudian yang kedua akan merepotkan sang calon tersebut saat jadi karena harus membayar (dan) mengembalikan harta tersebut,” kata Buya Yahya.

“Jadi beri memberi tetap kami tidak imbau itu semuanya. Bahkan hindari, Anda tidak perlu. Aduh sudah terlanjur saya terima, ya tobatnya jangan dipilih saja dia. Itu saja sederhana,” pungkasnya.