Sukses

Makna Kafir Dzimmi dan Harbi, Penjelasan Ustadz Das'ad Latif

Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad Latif menjelaskan bahwa "kafir" bermakna seseorang yang menyembunyikan atau menutupi kebenaran.

Liputan6.com, Jakarta - Istilah "kafir" sering kali menimbulkan kesalahpahaman dan dianggap sebagai kata kasar. Namun, menurut Ustadz Das'ad Latif, makna sebenarnya dari kata ini memiliki pengertian yang mendalam dan tidak semestinya disalahartikan.

Hal ini disampaikannya dalam sebuah ceramah yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @hanafireact.

Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad Latif menjelaskan bahwa "kafir" bermakna seseorang yang menyembunyikan atau menutupi kebenaran.

"Kafir itu bukan maknanya kasar. Kafir itu artinya menutup atau menyembunyikan. Disebut menyembunyikan karena mereka tidak mengakui keesaan Allah," ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam Islam, istilah "kafir" dibagi menjadi dua kategori, yaitu kafir dzimmi dan kafir harbi. Kafir dzimmi adalah mereka yang tidak memeluk Islam, tetapi hidup berdampingan secara damai dengan umat Muslim.

"Kafir dzimmi mau bekerja sama dengan kita. Banyak non-muslim yang ikut membantu kegiatan dakwah meskipun berbeda keyakinan," jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ustadz Das'ad Latif Jelaskan Jenis-jenis Kafir

Ustadz Das'ad Latif menekankan pentingnya menghormati kafir dzimmi sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad. "Nabi bersabda, jika kamu mengganggu kafir dzimmi, maka aku akan menjadi musuhmu di akhirat," tambahnya.

Berbeda dengan kafir dzimmi, kafir harbi adalah mereka yang memerangi umat Islam. Istilah ini merujuk pada orang-orang yang secara aktif bermusuhan dan menyerang umat Islam. "Kafir harbi ini adalah mereka yang memerangi Islam. Mereka disebut juga sebagai kafir muharib atau ahlul-harb," katanya.

Menurut Ustadz Das'ad Latif, memahami perbedaan ini sangat penting agar umat Islam tidak salah dalam bersikap. Ia mengingatkan agar tidak sembarangan menyematkan label "kafir" tanpa mengetahui konteks dan pengertiannya.

"Jangan asal sebut orang kafir tanpa memahami apa yang dimaksud. Kita harus belajar dan memahami ajaran agama dengan benar," pesannya.

Lebih lanjut, Ustadz Das'ad Latif mengajak umat Islam untuk tetap menjaga hubungan baik dengan semua orang, termasuk mereka yang berbeda keyakinan.

"Perbedaan agama tidak seharusnya menjadi alasan untuk memutus tali silaturahmi atau menanam kebencian," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya berdakwah dengan cara yang santun dan penuh hikmah. "Kalau kita ingin mengajak orang kepada kebenaran, lakukan dengan cara yang baik. Jangan memaksa atau menggunakan cara yang keras," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Jangan Mudah Terprovokasi

Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad Latif mengingatkan bahwa tugas seorang Muslim adalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksa orang lain untuk menerima keyakinannya. "Hidayah itu milik Allah. Tugas kita hanya menyampaikan dengan cara yang baik," katanya.

Ia juga mengingatkan agar umat Islam tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah persaudaraan. Menurutnya, memahami ajaran agama secara mendalam akan membantu umat Islam bersikap bijak dalam menghadapi perbedaan.

Selain itu, Ustadz Das'ad Latif mengajak umat untuk introspeksi diri sebelum menilai orang lain. "Jangan sibuk mencari kesalahan orang lain. Lebih baik kita perbaiki diri kita sendiri," ungkapnya.

Dalam pandangannya, kedamaian dalam bermasyarakat dapat tercipta jika setiap individu saling menghormati dan memahami perbedaan.

"Islam adalah agama yang mengajarkan rahmat bagi seluruh alam. Maka, kita harus menunjukkan akhlak yang baik kepada siapa saja," tuturnya.

Ceramah ini ditutup dengan pesan agar umat Islam selalu menjaga akhlak mulia dalam setiap pergaulan. Ustadz Das'ad Latif mengingatkan bahwa Islam mengajarkan kasih sayang, bukan permusuhan. "Jadilah Muslim yang menebarkan kedamaian. Dengan begitu, orang lain akan melihat keindahan Islam," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul