Liputan6.com, Jakarta - Ulama asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal dengan Gus Baha, memberikan pemahaman mendalam mengenai konsep ibadah yang seharusnya menyenangkan dan nyaman.
Hal ini disampaikan Gus Baha dalam sebuah ceramah, seperti dikutip dari tayangan video singkat di kanal YouTube @gusbaha-n8f. Gus Baha menekankan bahwa ibadah yang dilakukan dengan senang hati akan memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa.
Untuk diketahui, senang merupakan perasaan yang timbul dari keadaan seseorang yang merasa bahagia, puas, dan lega. Perasaan ini muncul ketika seseorang berada dalam keadaan tenang, bebas dari kecemasan, dan tanpa rasa kecewa.
Advertisement
Kesenangan ini, terkait dengan adanya neurotransmitter tertentu dalam tubuh yang mempengaruhi suasana hati dan pikiran.
Dalam pandangan Gus Baha, sangat penting untuk menyadari bahwa ibadah bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan atau dilakukan dengan perasaan terbebani.
Bahkan, ia mengingatkan bahwa ada perbedaan besar antara orang yang bermalam untuk beribadah kepada Allah dan mereka yang bermalam dalam kemaksiatan, seperti di tempat hiburan malam. Ibadah yang dilakukan dengan rasa senang dan khusyuk jelas jauh lebih bernilai daripada menikmati kesenangan duniawi yang tidak membawa manfaat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Orang Maksiat Saja Senang, Ibadah juga Harus Jauh Lebih Senang
“Jangan samakan orang yang bermalam untuk sujud kepada Allah dengan orang yang bermalam dalam kemaksiatan, seperti dugem,” ucap Gus Baha tegas, menekankan pentingnya niat dan tujuan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Ibadah yang dilakukan dengan perasaan senang akan membuahkan ketenangan hati yang sejati, sedangkan kesenangan yang didapat dari perbuatan dosa hanya akan membawa penyesalan.
Selanjutnya, Gus Baha mengungkapkan bahwa ibadah yang sejati haruslah senang, nyaman, dan membawa kebahagiaan. “Ibadah itu harus senang, harus happy, dan nyaman,” ujar Gus Baha, menyarankan agar umat Islam bisa merasakan kebahagiaan dalam setiap langkah ibadah yang dilakukan. Hal ini bukan hanya sekadar untuk mencapai ridha Allah, tetapi juga untuk mendapatkan ketenangan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pandangan Gus Baha, banyak orang di luar sana yang merasa senang dengan kemaksiatan, namun mereka tidak menyadari bahwa kebahagiaan sejati justru terletak pada kedekatan dengan Allah melalui ibadah yang penuh dengan rasa syukur dan ketulusan. Oleh karena itu, ia mengajak umat untuk lebih memperhatikan kualitas ibadah dan merasakannya dengan hati yang senang.
Gus Baha kemudian melanjutkan penjelasannya dengan menyatakan bahwa ibadah yang paling mudah dan sederhana adalah merasa senang. “Dalam Islam senang itu sudah ibadah. Jadi diantara ibadah terbaik manusia itu senang,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa senang merupakan bentuk ibadah yang tidak hanya mudah, tetapi juga penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Menurut Gus Baha, lawan dari rasa senang adalah menggerutu. Menggerutu, atau merasa tidak puas dengan apa yang sudah diberikan oleh Allah, merupakan tanda dari ketidakbenaran dalam beribadah. Gus Baha memberikan sebuah analogi untuk menjelaskan hal ini, yaitu ketika seseorang diberikan rumah atau hadiah lainnya secara gratis, namun ia masih merasa tidak puas atau menggerutu atas pemberian tersebut.
“Hal yang paling menjengkelkan itu sudah dapat gratisan tapi masih nggrutu,” kata Gus Baha. Ia menjelaskan bahwa perasaan menggerutu hanya akan membawa kita jauh dari rasa syukur, padahal segala yang kita miliki di dunia ini merupakan pemberian dari Allah SWT. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada kita.
Sebagai umat manusia, kita seharusnya menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu harta, kesehatan, atau bahkan kehidupan itu sendiri, adalah amanah dari Allah. Kita hanya ditugaskan untuk mengelola dan mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya. Namun, terkadang harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga muncul rasa kecewa atau menggerutu atas takdir yang telah ditentukan.
Gus Baha menegaskan bahwa perasaan seperti itu justru akan menutup pintu bagi rasa syukur yang seharusnya kita miliki. Ia mengajak umat untuk selalu berusaha melihat segala sesuatu dengan perspektif yang lebih positif dan menerima segala pemberian Allah dengan lapang dada, meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Advertisement
Bersyukur, dan Beribadah dengan Senang
Salah satu bentuk syukur yang paling sederhana namun sangat berarti, menurut Gus Baha, adalah dengan menyadari bahwa oksigen yang kita hirup setiap hari adalah pemberian Allah yang sangat berharga. “Oksigen yang kita hirup itu gratis, tapi begitu kita melihat orang yang kekurangan oksigen, mereka harus membayar untuk mendapatkannya,” jelasnya, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang terkadang kita anggap sepele.
Di tengah kehidupan yang serba cepat ini, seringkali kita terlena dengan berbagai hal yang kita anggap penting, tanpa menyadari bahwa banyak nikmat yang Allah berikan secara gratis. Oksigen yang kita hirup, misalnya, adalah salah satu nikmat yang tidak bisa kita bayar dengan uang. Banyak orang yang baru menyadari betapa berharganya oksigen ketika mereka menghadapi kesulitan dalam bernapas.
Kehadiran orang-orang yang membutuhkan oksigen dari tabung di rumah sakit adalah contoh nyata betapa berharganya setiap nafas yang kita hirup tanpa harus membayar. Gus Baha mengajak umat untuk merenungkan hal ini dan menjadikan setiap napas sebagai alasan untuk terus bersyukur.
“Bisa kita bayangkan, oksigen yang kita hirup secara gratis merupakan ciptaan Allah SWT yang patut kita syukuri,” ujar Gus Baha. Hal ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih menghargai nikmat yang telah diberikan oleh Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Akhirnya, Gus Baha menutup ceramahnya dengan mengingatkan umat untuk tidak hanya fokus pada apa yang tidak kita miliki, tetapi juga untuk selalu mensyukuri setiap nikmat yang sudah Allah berikan. Ibadah yang dilakukan dengan rasa senang dan ikhlas akan membawa kedamaian dalam hidup, dan itu merupakan salah satu cara untuk meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Kehidupan yang penuh dengan rasa syukur dan senang adalah kunci untuk mencapai ketenangan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Gus Baha mengajak kita semua untuk menjalani ibadah dengan penuh kebahagiaan, karena dalam Islam, senang itu sendiri sudah merupakan bentuk ibadah sangat mulia.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul