Liputan6.com, Jakarta - Kisah tentang sosok unik, KH Hamim Thohari Djazuli alias Gus Miek mewarnai khazanah ulama Nusantara. Terlahir menjadi seorang putra ulama besar, Gus Miek menjelma menjadi sosok yang penuh kontroversi.
Diyakini Gus Miek adalah seorang ulama, sekaligus wali yang dianugerahi karomah.
Kali ini adalah kisah kenakalan Gus Miek sewaktu mondok di Ponpes Lirboyo. Padahal, Gus Miek khusus dijemput oleh KH Mahrus Ali, yang juga seorang ulama besar.
Advertisement
Baca Juga
Kisah berbagai kenakalan Gus Miek sewaktu mondok di Pesantren Lirboyo ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Kamis (29/11/2024).
Artikel kedua yang juga populer yaitu peringatan Ustadz Das'ad Latif kepada orang yang masih berani meninggalkan sholat.
Sementara, artikel ketiga yaitu kisah KH Hasyim Asy'ari yang marah dan nyaris bikin pabrik gula Belanda bangkrut.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Kenakalan Gus Miek saat Mondok di Pesantren Lirboyo, Mata Batin KH Makhrus Ali
Sejarah perjalanan seorang wali Allah sering kali dipenuhi kisah-kisah unik yang menginspirasi. Salah satunya adalah cerita tentang KH Hamim Thohari Djazuli atau yang lebih dikenal sebagai Gus Miek saat mondok di Pesantren Lirboyo.
Kisah ini menunjukkan bagaimana penglihatan mata batin seorang ulama mampu melihat potensi luar biasa pada diri seseorang.
Mengutip tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626., diceritakan bagaimana Gus Miek, putra KH Djazuli, akhirnya menjadi santri di Pesantren Lirboyo berkat pandangan mata batin KH Mahrus Ali, pengasuh Pesantren Lirboyo.
Menjelang bulan Ramadhan, KH Mahrus Ali mendatangi Pesantren Al-Falah Ploso, tempat Gus Miek kecil berada. Kedatangannya bukan tanpa tujuan.
Ia datang untuk membawa Gus Miek ke Lirboyo, dengan keyakinan bahwa Gus Miek memiliki potensi besar sebagai wali Allah. Pandangan ini lahir dari mata batin KH Mahrus Ali, yang dikenal sangat tajam.
Advertisement
2. Dear yang Masih Suka Meninggalkan Sholat, Dengar Nasihat Menyentuh Ustadz Das'ad Latif Ini
Meninggalkan sholat adalah tindakan yang memiliki konsekuensi besar dalam Islam. Ustadz Das'ad Latif dalam sebuah ceramahnya menggambarkan bagaimana panasnya neraka sebagai tempat ciptaan Allah SWT yang disediakan untuk orang-orang yang lalai terhadap kewajiban sholat.
Dalam ceramah yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Merasi-tv, Ustadz Das'ad Latif memberikan ilustrasi yang sederhana namun penuh makna.
"Sehari-hari, kita minum kopi saja masih ditiup karena takut panas. Tapi ada orang yang berani meninggalkan sholat, seolah-olah sanggup menanggung panasnya api neraka," ujarnya.
Ia mengungkapkan keheranannya terhadap orang-orang yang tidak mengindahkan kewajiban sholat.
"Hujan saja kita lari mencari tempat berteduh. Minum kopi panas saja kita tiup pelan-pelan. Tapi kok ada yang berani meninggalkan sholat?" ujarnya dengan bahasa dan nada khasnya.
3. Saat Kemarahan KH Hasyim Asy'ari Nyaris Bikin Bangkrut Pabrik Gula Belanda, Kisah Karomah Wali
Di masa penjajahan Belanda, banyak kisah keberanian dan karomah para ulama yang tak hanya melawan penjajahan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi generasi berikutnya.
Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang KH Hasyim Asy'ari, seorang ulama besar yang dihormati oleh umat Islam di Indonesia. Kisah ini menunjukkan bagaimana karomahnya membuat pabrik gula milik Belanda bangkrut.
Pada waktu itu, pabrik gula Cukir, yang terletak di Jawa Timur, adalah salah satu pabrik gula terbesar di wilayah tersebut. Pabrik ini sangat bergantung pada pengangkutan tebu yang dilakukan oleh lori-lori yang melalui jalur kereta api yang sering dilalui kereta komersil.
Setiap kali lori-lori itu tiba, tebu-tebu yang diangkut akan segera digiling di mesin pabrik untuk diolah menjadi gula.
Namun, suatu hari, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Lori yang mengangkut tebu siap giling terguling di jalur kereta, membuat tumpukan tebu berhamburan ke tanah.
Kejadian ini langsung menarik perhatian sejumlah santri yang kebetulan berada di sekitar tempat tersebut. Mereka segera mengambil tebu yang berhamburan, berharap bisa mendapatkan bagian dari hasil tersebut.
Tindakannya yang dianggap melanggar aturan itu kemudian menarik perhatian mandor Belanda yang bekerja di pabrik Cukir. Mandor tersebut datang dengan marah dan memukuli para santri yang sedang mengambil tebu.
Advertisement