Sukses

Top 3 Islami: Gus Baha Ungkap Cara Agar Senang dan Nyaman Beribadah, Kisah Santri Tak Sadari Kedatangan Nabi Khidir

Artikel tentang ulasan Gus Baha supaya kita bisa beribadah dengan senang dan nyaman menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (21/11/2024)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah, di luar sejumlah ibadah wajib. Ibadah wajib itu di antaranya, sholat fardhu lima waktu.

Yang jadi soal, seringkali seseorang dihinggapi rasa malas. Oleh karenanya, Gus Baha mengajak kita berpikir logis supaya dapat menikmati ibadah.

Artikel tentang ulasan Gus Baha supaya kita bisa beribadah dengan senang dan nyaman menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (21/11/2024).

Artikel kedua yang juga populer yaitu kisah ketika santri dan kiai tak menyadari kedatangan Nabi Khidir AS, sebagaimana dikabarkan oleh Mbah Hamid Pasuruan.

Sementara, artikel ketiga yaitu momen langka ketika Abah Guru Sekumpul menolak hadiah dari santrinya.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Gus Baha Ungkap Cara agar Senang dan Nyaman Beribadah, Hidup Akan Tenang

Ulama asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal dengan Gus Baha, memberikan pemahaman mendalam mengenai konsep ibadah yang seharusnya menyenangkan dan nyaman.

Hal ini disampaikan Gus Baha dalam sebuah ceramah, seperti dikutip dari tayangan video singkat di kanal YouTube @gusbaha-n8f. Gus Baha menekankan bahwa ibadah yang dilakukan dengan senang hati akan memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa.

Untuk diketahui, senang merupakan perasaan yang timbul dari keadaan seseorang yang merasa bahagia, puas, dan lega. Perasaan ini muncul ketika seseorang berada dalam keadaan tenang, bebas dari kecemasan, dan tanpa rasa kecewa.

Kesenangan ini, terkait dengan adanya neurotransmitter tertentu dalam tubuh yang mempengaruhi suasana hati dan pikiran.

Dalam pandangan Gus Baha, sangat penting untuk menyadari bahwa ibadah bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan atau dilakukan dengan perasaan terbebani.

Bahkan, ia mengingatkan bahwa ada perbedaan besar antara orang yang bermalam untuk beribadah kepada Allah dan mereka yang bermalam dalam kemaksiatan, seperti di tempat hiburan malam. Ibadah yang dilakukan dengan rasa senang dan khusyuk jelas jauh lebih bernilai daripada menikmati kesenangan duniawi yang tidak membawa manfaat.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Tatkala Santri Tak Menyadari Kedatangan Nabi Khidir yang Menyamar, Kisah Karomah Mbah Hamid Pasuruan

Alkisah, Kiai Abdul Hamid atau Mbah Hamid dari Pasuruan menceritakan pengalaman unik tentang kedatangan Nabi Khidir AS.

Pada suatu hari, Mbah Hamid memberi tahu Kiai Yunus dari Tulung Agung bahwa Nabi Khidir AS akan datang pada pagi hingga dzuhur keesokan harinya. Berita tersebut segera menyebar ke seluruh jemaah dan kalangan Kiai di sekitar daerah tersebut.

Kisah ini dikutip dari tayangan video dari kanal YouTube @karomahislam. Dikisahkan, sejak pagi hari, setelah sholat subuh, ribuan jemaah mulai berdatangan, berharap bisa bertemu dan bersalaman dengan Nabi Khidir. Mereka datang dengan penuh harapan, tak sabar untuk bertemu dengan sosok yang sudah lama dikenal dalam sejarah Islam.

Para Kiai dan habaib yang datang juga turut serta dalam antusiasme itu, menyambut kedatangan nabi yang dijanjikan tersebut.

Namun, di tengah keramaian jemaah yang terus berdatangan, ada seorang pemuda dengan pakaian yang cukup mencolok dan modern, tidak ada yang menyadari bahwa pemuda ini memiliki peran penting dalam kejadian tersebut. Semua orang sibuk dengan tujuan mereka masing-masing, mengabaikan pemuda yang tampaknya tidak begitu menarik perhatian orang banyak.

Pemuda tersebut, meski tampak berbeda dengan kebanyakan jemaah lainnya, segera mendekati Kiai Abdul Hamid. Setelah berbincang sebentar, pemuda ini kemudian berpamitan dan berganti pakaian menjadi lebih sederhana dan kotor. Dia kemudian mulai membersihkan selokan yang ada di sekitar rumah Mbah Hamid, tanpa ada yang menyangka lebih jauh.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Tatkala Abah Guru Sekumpul Menolak Hadiah dari Santri walau Hanya Setandan Pisang, Ada Apa?

Pendidikan spiritual yang diajarkan oleh para ulama di Indonesia sering kali meninggalkan kesan mendalam bagi para santri. Salah satu kisah yang menarik datang dari Abah Guru Sekumpul, seorang ulama besar yang terkenal karena kesederhanaan dan keteladannya dalam hidup.

Sebuah kejadian yang menggambarkan kebijaksanaan beliau dan pesan moral yang kuat telah menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang.

Dikutip dari kanal YouTube @SPORTS_30626, cerita ini berawal dari seorang murid Abah Guru Sekumpul yang berasal dari Pengaron. Pada suatu hari, sang murid menyadari bahwa buah pisang yang tumbuh di belakang rumahnya telah matang.

Pisang tersebut tumbuh di pohon subur yang terletak di tepi Sungai Pengaron, sebuah tempat yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang di daerah tersebut.

Sebagai murid yang penuh rasa hormat dan cinta kepada Abah Guru Sekumpul, murid ini merasa terpanggil untuk memberikan sebagian buah pisang itu kepada sang guru. Ia berangkat dengan semangat membawa pisang untuk diserahkan kepada Abah Guru di Martapura, tempat kediaman sang guru.

Setibanya di rumah Abah Guru Sekumpul, sang murid dengan penuh rasa hormat menyerahkan buah pisang yang ia bawa. Namun, dengan lembut dan sopan, Abah Guru menolak pemberian itu.

“Tolong bawa pulang pisang ini, tanam kembali di tanah, dan jangan dimakan,” ujar Abah Guru dengan penuh ketenangan.

Selengkapnya baca di sini