Sukses

Kisah Mbah Mangli Enggan Tidur di Kasur saat Menginap di Rumah Abah Guru Sekumpul

Saat melewati kamar yang disediakan untuk Mbah Mangli, Abah Guru mendapati pintu kamar terbuka. Ia melihat Mbah Mangli memilih tidur di lantai, bukan di kasur yang telah disediakan. Pemandangan ini menunjukkan kesederhanaan luar biasa dari seorang wali Allah.

Liputan6.com, Jakarta - Kesederhanaan dan akhlak mulia sering kali menjadi teladan yang abadi dari para wali Allah. Kisah Abah Guru Sekumpul atau Guru Ijai dan Kiai Hasan Asyari, yang dikenal sebagai Mbah Mangli dari Magelang, adalah salah satu contoh nyata tentang keindahan adab dan penghormatan antar sesama ulama.

Abah Guru Sekumpul, seorang ulama besar dari Kalimantan Selatan, memiliki pengaruh yang mendalam di masyarakat. Sosoknya dihormati bukan hanya karena keilmuan, tetapi juga karena kesantunan dan ketawadhukan yang selalu ia tunjukkan.

Dalam sebuah video di kanal YouTube @Fakta_Bray, diceritakan momen pertemuan antara Abah Guru Sekumpul dengan Mbah Mangli.

Mbah Mangli, seorang ulama besar dari Magelang, Jawa Tengah, dikenal sebagai wali Allah yang memiliki karomah luar biasa.

Salah satu karomahnya adalah kemampuan menyampaikan pengajian kepada ribuan jemaah tanpa menggunakan pengeras suara, namun tetap didengar dengan jelas oleh semua yang hadir.

Ketika Mbah Mangli bertamu ke kediaman Abah Guru Sekumpul, sambutan hangat diberikan. Abah Guru menyiapkan sebuah kamar khusus bagi tamunya untuk beristirahat. Namun, kejadian yang menyentuh hati terjadi di malam hari.

Saat melewati kamar yang disediakan untuk Mbah Mangli, Abah Guru mendapati pintu kamar terbuka. Ia melihat Mbah Mangli memilih tidur di lantai, bukan di kasur yang telah disediakan. Pemandangan ini menunjukkan kesederhanaan luar biasa dari seorang wali Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini yang Dilakukan Abah Guru Sekumpul

Melihat hal itu, Abah Guru pun memutuskan untuk tidur di lantai, tepat di depan kamar Mbah Mangli. Sikap ini mencerminkan ketawadhuan Abah Guru yang tidak ingin merasa lebih nyaman dibandingkan tamunya. Sebuah tindakan kecil yang sarat makna.

Kisah ini bukan hanya tentang keramahan atau adab terhadap tamu, tetapi juga menjadi pelajaran tentang penghormatan kepada sesama manusia. Abah Guru dan Mbah Mangli menunjukkan bahwa kedudukan seseorang tidak diukur dari fasilitas atau kenyamanan, melainkan dari akhlak dan sikap terhadap orang lain.

Kepribadian kedua ulama ini menjadi cerminan dari akhlak Rasulullah SAW. Kesederhanaan dan kerendahan hati mereka telah menginspirasi banyak orang untuk meneladani sikap hidup yang lebih ikhlas dan tawaduk.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini. Salah satunya adalah pentingnya menjaga adab, terutama kepada orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan ilmu yang tinggi. Abah Guru dan Mbah Mangli memberikan contoh bahwa penghormatan sejati datang dari hati yang tulus.

Tidak hanya itu, kisah ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya sikap tawaduk dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari status atau posisi, manusia harus selalu rendah hati dan memuliakan sesama.

Keikhlasan yang ditunjukkan oleh Abah Guru Sekumpul dan Mbah Mangli adalah warisan yang tidak lekang oleh waktu. Doa mereka dan akhlak mulia mereka menjadi contoh nyata bagaimana Islam mengajarkan nilai-nilai luhur dalam setiap aspek kehidupan.

3 dari 3 halaman

Pentingnya Adab dan Akhlak

Dalam sebuah kehidupan yang serba cepat dan penuh dengan kompetisi, pelajaran dari dua ulama besar ini menjadi oase yang menyegarkan. Kesederhanaan mereka mengingatkan kita pada hakikat hidup yang sejati.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk menunjukkan akhlak mulia seperti mereka. Hanya saja, sering kali kesibukan duniawi menutupi kesadaran akan nilai-nilai tersebut.

Namun, kisah ini memberikan harapan. Bahwa masih ada teladan yang dapat dijadikan inspirasi, mengarahkan langkah kita menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Semoga kita semua mampu meneladani kesederhanaan dan kerendahan hati kedua wali Allah ini. Mereka adalah bukti nyata bahwa kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya, bukan pada apa yang dimilikinya.

Ya Allah, berilah kami keikhlasan untuk mengikuti jejak mereka yang mulia. Jadikan kisah ini sebagai pengingat agar selalu menjaga akhlak dan adab dalam setiap langkah hidup. Aamiin.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul