Sukses

Permintaan Unik Gus Dur saat Kunjungi NU Lampung

Tanpa diduga, Gus Dur keluar dari kamarnya sambil membawa bantal. Ia menuju ruang utama di mana para tamu lainnya berkumpul. Dengan santai, Gus Dur merebahkan diri di lantai bersama mereka.

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dikenal dengan kebiasaan unik dan humor khasnya. Salah satu kisah menggelitik terjadi saat ia berkunjung ke Lampung pada 1996 dalam rangka kegiatan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Kisah ini diceritakan oleh KH Syamsuddin Thahir yang menjadi saksi peristiwa tersebut. Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Fakta_Bray, Gus Dur saat itu meminta agar tidak menginap di hotel.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung kala itu, KH Husnan Mustofa Gufron, harus mencari alternatif tempat untuk memenuhi permintaan Gus Dur.

“Gus Dur itu kan selalu minta tidak tidur di hotel. Dia maunya di rumah saja, bersama-sama. Kebetulan waktu itu rumah Pak Husnan belum siap, jadi terpaksa pindah ke rumah Pak Supri,” ujar KH Syamsuddin mengenang.

Akhirnya, Gus Dur menginap di rumah salah satu pengurus NU, Pak Supri. Sebuah kamar khusus telah disiapkan untuk Gus Dur agar ia dapat beristirahat dengan nyaman. Namun, suasana berubah menjelang tengah malam.

Tanpa diduga, Gus Dur keluar dari kamarnya sambil membawa bantal. Ia menuju ruang utama di mana para tamu lainnya berkumpul. Dengan santai, Gus Dur merebahkan diri di lantai bersama mereka.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ini yang Dilakukan Gus Dur, Unik Banget

“Masa saya diperlakukan seperti tawanan?” kata Gus Dur dengan nada bercanda, membuat semua orang di ruangan itu tertawa. Humor khas Gus Dur kembali mencairkan suasana malam itu.

KH Syamsuddin, yang juga berada di sana, tidak bisa menolak permintaan Gus Dur untuk tidur bersama para tamu. Sebagai bentuk penghormatan, ia kemudian mengambil inisiatif untuk memijat Gus Dur.

“Nah, ini yang saya cari,” ujar Gus Dur sambil tertawa, menikmati momen tersebut. KH Syamsuddin menambahkan bahwa kesederhanaan Gus Dur selalu terlihat dalam setiap tindakannya.

Peristiwa ini menjadi salah satu dari banyak kenangan tentang Gus Dur yang selalu mampu menghadirkan kehangatan di tengah kesibukan.

Kehadirannya tidak hanya membawa pesan serius, tetapi juga tawa yang menghidupkan suasana.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang rendah hati dan dekat dengan siapa saja. Kebiasaannya memilih tidur di rumah penduduk daripada hotel menunjukkan prinsip hidupnya yang sederhana.

KH Syamsuddin juga mengungkapkan bahwa humor Gus Dur sering kali menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral. Dalam setiap candaannya, tersirat kebijaksanaan yang mendalam.

3 dari 3 halaman

Gus Dur Menyatu dengan Masyarakat

Kisah di Lampung ini menjadi salah satu contoh bagaimana Gus Dur mampu menyatu dengan masyarakat. Ia tidak hanya menjadi seorang pemimpin, tetapi juga sahabat yang memahami kondisi dan budaya setempat.

Humor Gus Dur selalu memiliki nilai lebih dari sekadar lelucon. Ia menggunakan humor sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan orang lain dan menciptakan suasana yang lebih santai.

Kesederhanaan dan kedekatan Gus Dur dengan rakyat menjadikannya sosok yang dirindukan hingga kini. Perilakunya yang penuh kasih dan humor mencerminkan kebesaran hatinya sebagai seorang ulama dan pemimpin.

KH Syamsuddin menutup ceritanya dengan menyebut bahwa pengalaman bersama Gus Dur adalah pelajaran berharga. Ia menunjukkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang mampu menjadi bagian dari rakyatnya, tanpa sekat dan penuh rasa hormat.

Kisah ini terus dikenang sebagai bagian dari warisan Gus Dur. Humor dan kesederhanaannya tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan kebahagiaan.

Dengan humor khasnya, Gus Dur tidak hanya meninggalkan tawa, tetapi juga pesan mendalam tentang kehidupan. Kisah-kisah seperti ini mengajarkan kita bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang dekat dengan rakyatnya, mampu berbagi kebahagiaan, dan selalu membawa kebaikan dalam setiap langkahnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul