Sukses

Minum Itu Rutinitas Biasa tapi Bisa jadi Ibadah, UAH Ungkap Caranya

Menurut UAH, inti dari menjadikan minum sebagai ibadah terletak pada niatnya. Minum bukan semata-mata karena rasa haus atau ingin menyegarkan tubuh. Namun, dengan menyebut nama Allah dan mensyukuri nikmat-Nya, aktivitas yang tampak biasa ini memiliki dimensi spiritual.

Liputan6.com, Jakarta - Minum air adalah aktivitas sehari-hari yang sering dianggap remeh. Namun, menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), minum bisa menjadi ladang pahala jika dilakukan dengan cara yang benar. Hal ini disampaikan UAH dalam sebuah ceramah yang sarat makna.

Dalam tayangan video di kanal YouTube @Hahrhp08, UAH menjelaskan bagaimana minum tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan tubuh. Ia menegaskan bahwa aktivitas ini dapat bernilai ibadah jika diawali dengan niat yang tepat dan diiringi doa.

“Ketika saya minum menyebut nama Allah dengan niat ibadah, misal tak tahu doa, saya ucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Minum selesai, ucapkan Alhamdulillahi rabbil ‘alamin,” ungkap UAH.

Menurut UAH, inti dari menjadikan minum sebagai ibadah terletak pada niatnya. Minum bukan semata-mata karena rasa haus atau ingin menyegarkan tubuh. Namun, dengan menyebut nama Allah dan mensyukuri nikmat-Nya, aktivitas yang tampak biasa ini memiliki dimensi spiritual.

UAH juga menjelaskan bahwa tindakan sederhana seperti meletakkan gelas setelah minum dapat dicatat sebagai pahala. Dengan melibatkan niat yang ikhlas, skala amal tersebut tidak hanya bermanfaat di dunia tetapi juga berdampak pada akhirat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Bukan Sekadar Penghilang Haus, akan Dapat Pahala

“Begitu diletakkan akan dituliskan pahala. Jadi ibadah minumnya, menghilangkan haus, kalimat tadi menjadikan ibadah. Ditulis skala akhirat 10 kebaikan kalau ikhlas,” tambahnya.

Keikhlasan menjadi poin penting yang ditekankan UAH. Ia menyatakan bahwa amal ibadah yang dilakukan tanpa niat riya akan memberikan ketenangan hati. Sebaliknya, jika aktivitas tersebut dilakukan dengan tujuan pamer, maka pahala akan terputus.

“Makanya ukuran ibadah itu enak. Ikhlas, bukan hasil. Tapi kalau tadi niatnya pengin ria, pengin begini, enggak ada ibadahnya. Abtar, terputus,” jelas UAH lebih lanjut.

Pesan UAH ini mengingatkan umat Muslim bahwa ibadah tidak selalu membutuhkan usaha besar atau waktu yang panjang. Bahkan tindakan sederhana seperti minum bisa menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu, UAH mengingatkan pentingnya berdoa dalam setiap aktivitas harian. Hal ini menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah, termasuk nikmat berupa air yang sering kita anggap sepele.

Ceramah ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan niat karena Allah akan membawa berkah. Oleh karena itu, umat Muslim diajak untuk lebih memperhatikan niat dan adab dalam setiap aktivitas sehari-hari.

 

3 dari 3 halaman

Biasakan Kebiasaan Baik Ini

Pesan ini juga relevan di era modern, di mana banyak orang sibuk dengan aktivitas duniawi hingga melupakan esensi ibadah dalam tindakan kecil. Dengan menyadari bahwa hal-hal sederhana dapat bernilai pahala, hidup menjadi lebih bermakna.

Dalam konteks ini, UAH mengajak semua orang untuk memulai kebiasaan baik dari hal kecil. Salah satunya adalah membiasakan menyebut nama Allah sebelum dan sesudah minum.

Praktik ini tidak hanya menambah pahala tetapi juga menjadi bentuk rasa syukur yang mendalam. Dengan cara ini, umat Muslim dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih bermakna dan bernilai ibadah.

Akhirnya, pesan UAH ini menyiratkan bahwa agama Islam memberikan kemudahan dalam meraih pahala. Bahkan, aktivitas sehari-hari yang sederhana pun bisa menjadi sarana ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar.

Minum, yang sering dianggap sebagai aktivitas biasa, kini memiliki makna yang lebih mendalam. Dengan mempraktikkan ajaran UAH, umat Muslim dapat meraih manfaat duniawi sekaligus ukhrawi.

Mari mulai dari sekarang, ucapkan Bismillah sebelum minum dan Alhamdulillah setelahnya. Tindakan kecil ini membawa pahala besar dan menunjukkan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul