Liputan6.com, Jakarta - Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim memberikan pandangan mendalam tentang senyum dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, senyum memiliki nilai ibadah, tetapi tergantung pada niat dan konteksnya.
Dalam ceramahnya, yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @gusbaha-n8f, Gus Baha menjelaskan bahwa tersenyum menjadi sunah dan bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar dan dalam situasi yang halal.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa senyum tidak selalu menjadi indikator kebaikan.
Advertisement
“Senyum itu sunah, ya baik. Tapi, para penipu juga senyum. Kalau tidak senyum, mereka tidak bisa menipu,” ujar Gus Baha dengan gaya khasnya yang santai.
Gus Baha mencontohkan bagaimana senyum sering kali digunakan oleh orang-orang dengan niat buruk, seperti penipu, wanita nakal, atau pelaku bisnis bodong.
Oleh karena itu, senyum hanya bernilai ibadah jika target atau konteksnya sesuai dengan yang disahkan oleh agama.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Hadis tentang Senyum
Mengutip jateng.nu.or.id, senyum juga tergolong sebagai sedekah. Rasulullah SAW bersabda:
«تَبَسُمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ»
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu” (Sahih, HR Tirmidzi no. 1956).
Dengan tersenyum, seseorang sudah melakukan suatu amalan ringan yang bernilai pahala. Senyum juga mendorong perilaku sopan dan santun kepada siapa saja tanpa memandang strata sosial, agama, ataupun latar belakang orang yang diajak tersenyum.
Dalam hadis terbut dijelaskan bahwa dalam konteks agama, senyum menjadi bernilai jika dilakukan tanpa mengharapkan pujian atau imbalan. Sebaliknya, pujian yang berlebihan justru dapat menimbulkan kesombongan.
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda:
«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلقٍ»
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri” (HR Muslim no. 2626).
Hadis ini menunjukkan pentingnya nilai kebaikan dari tindakan sederhana seperti tersenyum. Dengan senyum, seseorang bisa membawa kebahagiaan kepada orang lain tanpa harus mengeluarkan biaya atau usaha besar.
Advertisement
Senyum Dilihat dari Sisi Medis
Selain itu, penelitian medis juga mendukung manfaat senyum. Dokter mengungkapkan bahwa tersenyum dapat merangsang tubuh untuk mengeluarkan neurotransmitter bernama endorfin. Senyawa ini membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi rasa sakit, dan memperlambat penuaan dini.
Ketika kita tersenyum, tubuh merespons dengan meningkatkan mood. Efeknya, wajah kita menjadi lebih segar, dan kerutan di wajah bisa berkurang.
Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa senyum juga harus diimbangi dengan keikhlasan. Jika dilakukan dengan niat yang salah, senyum bisa kehilangan nilai ibadahnya. Misalnya, jika senyum digunakan untuk menipu atau memanipulasi orang lain.
“Senyum ini bernilai ibadah setelah ada kepastian bahwa target atau tujuannya halal dan sesuai ajaran agama,” tegas Gus Baha.
Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sering tersenyum. Kebiasaan ini menunjukkan betapa pentingnya senyum sebagai bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Islam.
“Senyum Rasulullah membuat orang-orang di sekitarnya merasa lebih bahagia dan nyaman. Ini adalah contoh nyata bagaimana senyum bisa menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan,” jelas Gus Baha.
Ceramah ini mengajarkan bahwa senyum tidak hanya soal kebiasaan sosial, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Dengan niat yang benar, senyum bisa menjadi ibadah dan membawa keberkahan dalam kehidupan.
Sebagai penutup, Gus Baha mengajak umat Islam untuk terus menjaga akhlak yang baik, termasuk dengan membiasakan senyum yang ikhlas. Dengan begitu, setiap tindakan kecil dapat menjadi amalan yang bernilai di sisi Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul